Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menilik Tingkat Kepercayaan Masyarakat terhadap Influencer di Masa Pandemi
6 Desember 2021 13:44 WIB
Tulisan dari Keysha Raafasya Fonna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, media sosial beberapa tahun terakhir ikut diramaikan dengan fenomena influencer. Social media influencer sendiri merupakan seseorang yang mampu memberi pengaruh kepada para pengikutnya dan umumnya memiliki pengikut yang banyak pada platformnya. Karena banyaknya pengikut dan besarnya pengaruh yang dimiliki, influencer umumnya diminta oleh berbagai entitas bisnis untuk mempromosikan produk yang ditawarkan. Efektivitas influencer dalam melakukan promosi rupanya disadari oleh pemerintah yang kini ikut memanfaatkan influencer dalam mempromosikan berbagai kebijakan penanganan Covid-19 kepada masyarakat di masa pandemi. Beberapa influencer lainnya yang tidak terafiliasi secara langsung dengan pemerintah juga ikut memberi andil dalam menyebarkan informasi-informasi terkait Covid-19 beserta penanganannya kepada para pengguna media sosial.
ADVERTISEMENT
Pada pertengahan 2021 kemarin, sebagian kelompok mahasiswa semester 4 Ilmu Administrasi Negara Universitas Indonesia melakukan riset terkait Pengaruh Kredibilitas Influencer terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kebijakan Covid-19 dengan responden 393 pengguna media sosial di seluruh Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas. Berdasarkan olah data atas riset tersebut, terungkap bahwa sebesar 91,35% responden atau sejumlah 359 responden memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang diberikan oleh influencer. Sedangkan sebanyak 8,65% atau 34 responden memiliki kepercayaan yang sedang terhadap informasi yang diberikan oleh influencer.
Angka tersebut menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap informasi dan konten-konten yang disebarkan oleh influencer. Seharusnya dengan kepercayaan yang sangat tinggi itu, influencer mampu memproduksi konten-konten yang valid dan informatif di tengah pandemi guna memengaruhi pola hidup masyarakat dalam menangani Covid-19. Sebaliknya beberapa influencer justru menunjukkan perilakunya yang cenderung meremehkan Covid-19, sebut saja Indira Kalistha yang sempat viral karena pernyataannya pada sebuah kanal YouTube bahwasannya ia enggan memakai masker dan mencuci tangan. Begitu juga influencer dan Selebgram Rachel Vennya yang viral akibat kasus kabur karantina dari Wisma Atlet Kemayoran hingga ditetapkan sebagai tersangka. Dan masih banyak lagi jajaran-jajaran influencer yang viral akibat pernyataan maupun perbuatannya yang cenderung kontroversial di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Berbagai hal-hal kontroversial dan tidak valid terkait Covid-19 yang disajikan dan disebarkan dalam bentuk konten maupun aksi oleh influencer melalui platform media sosialnya dapat berakibat negatif terhadap penanganan Covid-19. Konten-konten yang disajikan dapat memengaruhi pengikutnya untuk melakukan hal-hal yang masih dipertanyakan validitasnya atau bahkan yang telah terbukti tidak valid dan dapat memperkeruh situasi Covid-19. Apabila semakin banyak masyarakat yang mempercayai dan melakukan hal-hal tersebut, otomatis penanganan Covid-19 di Indonesia akan semakin melambat mengingat bahwa unsur utama keberhasilan penanganan Covid-19 adalah kepatuhan masyarakatnya itu sendiri.
Saran
Masyarakat sebagai pengguna media sosial harus dapat bijak memilah mana saja influencer yang baik untuk diikuti serta mana saja informasi yang valid dan dapat dipercaya. Informasi terkait Covid-19 yang diperoleh melalui media sosial harus dicek kembali pada sumber-sumber terpercaya, seperti laman website milik pemerintah atau WHO. Di sisi lain, influencer harus memahami besarnya kepercayaan masyarakat yang mereka peroleh serta besarnya pengaruh yang dimiliki. Kedua kelebihan tersebut seharusnya digunakan untuk menyebarkan hal-hal yang positif, bukan justru kontroversial dan dapat memperkeruh suasana. Khususnya di masa pandemi dimana dibutuhkan kontribusi dari setiap individu untuk bersama-sama menangani Covid-19.
ADVERTISEMENT