Konten dari Pengguna

Dilema #Tarif104Persen: Perang Dagang AS-China Babak Baru, Dunia Kena Imbasnya

Kezia Novtavia
Mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya
9 April 2025 12:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kezia Novtavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penulis: Kezia Novtavia Sugiharto, mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
zoom-in-whitePerbesar
Penulis: Kezia Novtavia Sugiharto, mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Amerika Serikat baru saja menetapkan tarif impor baru sebesar 104% terhadap kendaraan listrik buatan China. Kebijakan ini bukan hanya langkah proteksionis semata, tapi juga sinyal eskalasi perang dagang yang bisa memicu gelombang baru ketegangan ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Dari perspektif manajemen bisnis internasional, kebijakan ini mengubah peta persaingan global, khususnya dalam industri otomotif dan teknologi ramah lingkungan. Dengan tarif setinggi ini, kendaraan listrik asal China menjadi jauh lebih mahal di pasar AS, menguntungkan produsen lokal seperti Tesla. Namun, di sisi lain, konsumen di AS harus menghadapi pilihan yang lebih mahal dan terbatas.
Dampaknya tak hanya dirasakan oleh dua raksasa ekonomi dunia ini. Negara seperti Indonesia pun ikut terdampak. Banyak perusahaan Indonesia yang terhubung dalam rantai pasok China harus menyesuaikan strategi produksi dan ekspor mereka. Jika permintaan dari China menurun akibat tekanan tarif, maka ekspor bahan baku dari Indonesia bisa ikut melemah.
Selain itu, gejolak tarif seperti ini menambah ketidakpastian global. Investor menjadi lebih berhati-hati, dan perusahaan multinasional perlu mengevaluasi ulang lokasi pabrik dan jalur distribusi mereka. Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, bisa jadi rebutan sebagai alternatif basis produksi, tetapi hanya jika mampu menyediakan stabilitas, insentif investasi, dan infrastruktur yang memadai.
ADVERTISEMENT
Kebijakan tarif 104% ini mengajarkan bahwa dalam ekonomi global yang saling terhubung, kebijakan satu negara besar dapat memicu efek domino yang luas. Dunia usaha dituntut lebih adaptif, sementara pemerintah harus waspada dan lincah dalam menangkap peluang maupun meredam dampak negatifnya.
Opini ditulis oleh Kezia Novtavia Sugiharto, Mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya