Konten dari Pengguna

Prabowo, Program Ekonomi Papi, dan Sistem Ekonomi Pancasila

KH Anwar Abbas
Wakil Ketua Umum MUI, Ketua PP Muhammadiyah
29 Oktober 2024 6:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH Anwar Abbas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo, mengungkapkan bahwa kakaknya memiliki ambisi untuk menjalankan program ekonomi dari orang tuanya, Sumitro Djoyohadikusumo Begawan, ekonomi indonesia pada masanya yang berhaluan sosialis.
ADVERTISEMENT
Apakah ini bertentangan dengan sistem ekonomi konstitusi? Menurut Bung Hatta, sistem ekonomi kita memang bukan sistem ekonomi liberalisme kapitalisme dan juga bukan sosialisme marxisme. Sistem ekonomi kita menurutnya, sistem ekonomi sosialisme versi indonesia.
Seperti apakah sistem ekonomi sosialisme versi indonesia itu? Sri Edy Swasono menyebutnya dengan istilah sosialisme religious. Sementara Mubyarto menyebutnya dengan sistem ekonomi Pancasila, yaitu sebuah sistem ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai dari Ketuhanan Yang Maha Esa dan dengan 4 sila berikutnya.
Di sinilah mungkin perlu ada dialog di antara kita, agar sistem ekonomi berhaluan sosialis yang disampaikan Sumitro Djoyohadikusumo tidak berbenturan dengan ketentuan yang ada dalam konstitusi apalagi dalam pasal 29 ayat 1 dari UUD 1945.
ADVERTISEMENT
Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa yang menuntut setiap kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi tidak boleh ada yang bertentangan dengan nilai-nilai dari ajaran agama. Dengan demikian wajah ekonomi jelas tidak sama dengan wajah dari sistem ekonomi sosialis yang ada di barat yang sekuler.
Sistem ekonomi sosialisme adalah sistem ekonomi sosialisme yang religious, di mana bila kita bicara tentang konsep baik dan buruk serta benar dan salah dalam kehidupan ekonomi tidak hanya didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan rasio semata, tetapi rasio kita tersebut haruslah dicerahkan dan disinari dengan nilai-nilai dari ajaran agama dan dengan 4 sila lainnya.
Sebab, yang kita cari dalam kehidupan ekonomi ini tidak hanya menyangkut kesejahteraan lahir dari rakyat saja, tapi juga kesejahteraan batin mereka. Tidak hanya harta saja tapi juga berkah-Nya. Tidak hanya mencari kesuksesan dan keselamatan di dunia ini saja tapi juga untuk kesuksesan dan keselamatan di akhirat kelak.
ADVERTISEMENT
Jika Prabowo bisa mensubstansiasi konsep ekonomi papinya, tentu tidak ada masalah karena memang begitulah ekonomi negara harus dikelola. Jadi bukan seperti yang dilihat hari ini, yang sangat kental warna liberalisme kapitalismenya.
Akibatnya jumlah orang miskin masih sangat banyak dan kesenjangan sosial ekonomi di negeri ini tampak tumbuh dan berkembang semakin tajam. Oleh karena itu, jika tidak ingin negeri ini bermasalah ke depan karena adanya pertentangan antara kelompok miskin dan kaya antara penduduk asli dan penduduk non asli, maka cara yang ditempuh Sumitro lewat gerakan bentengnya masih sangat relevan untuk dihidupkan kembali yaitu dengan adanya affirmation action.
Hal tersebut harus dilakukan dari pihak pemerintah untuk membela dan mengangkat kehidupan sosial ekonomi dari masyarakat lapis bawah ke lapis tengah dan atas, sehingga diharapkan potret bangunan ekonomi nasional tidak lagi seperti piramid tapi sudah berubah menjadi seperti belah ketupat.
ADVERTISEMENT
Di mana pada gilirannya nanti bentuk tersebut juga akan berubah seperti bola, di mana kelompok usaha mikro dan ultra mikro sudah tidak ada dan yang ada hanya kelompok usaha besar, menengah, dan kecil. Di mana perilaku berekonomi mereka diharapkan akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945, bukan sebaliknya.