Konten dari Pengguna

Cinta dan Kasih Sayang

KH M. Cholil Nafis
Dosen Tetap Program Doktor FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok
15 Februari 2018 12:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH M. Cholil Nafis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi simbol cinta  (Foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi simbol cinta (Foto: Getty Images)
ADVERTISEMENT
Oleh: Cholil Nafis, Lc., Ph D Ketua Pembina Yayasan Investa Cendekia Amanah
ADVERTISEMENT
Cinta dan kasih sayang adalah kebutuhan semua makhluk, khususnya manusia sebagai makhluk sosial. Seperti hamba butuh kasih sayang Tuhannya, anak butuh kasih sayang ibu, murid butuh kasih sayang guru, istri butuh kasih sayang suami, karyawan butuh kasih sayang bosnya, pembantu butuh kasih saying majikannya, yang muda butuh kasih sayang yang tua, dan demikian sebaliknya. Jadi seseorang tidak mungkin bisa hidup tanpa kasih sayang.
Banyak ragam orang dalam rangka mengartikulasikan kasih sayangnya, seperti melalui surat, telepon, short message service (SMS), cium pipi kanan dan cium pipi kiri, pelukan, memberi kado dan banyak cara lainnya. Waktu menumpahkan kasih sayangpun banyak berbeda-beda, adakalanya pada saat ulang tahun kelahiran, ulang tahun perkawinan, hari lebaran, hari kasih sayang (valentine), syukuran, dan waktu lainnya yang menjadi kebiasaan seseorang memilih waktu menyampaikan cinta dan kasih sayangnya.
ADVERTISEMENT
Betapa berartinya kasih sayang itu, sampai-sampai Allah SWT menyebutkan nama diri setelah nama Allah ialah nama Yang Maha Pengasih (Ar Rahman) dan Yang Maha Penyayang (Ar Rahim). Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua nama Allah yang amat dominan, karena itu kedua nama inilah yang ditempat-kan menyusul penyebutan narna Allah. Ini pula agaknya, yang menjadi sebab sehingga Nabi Muhammad SAW melukiskan setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan Bismillnhirrahmanirrahhim (menyabut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang) adalah buntung, hilang berkahnya. Di dalam al Qur'an kata Ar-Rahman terulang sebanyak 57 kali, sedang Ar-Rahim sebanyak 95 kali.
Syekh Muhammad Abduh berpendapat bahwa Rahman adalah rahmat Allah SWT yang sempurna tetapi bersifat sementara, dan yang dicurahkan-Nya kepada semua makhluk. Kata ini dalam pandangan Abduh adalah kata yang menunjuk sifat fi'il/perbuatan Tuhan. Dia Rahman, berarti Dia mencurahkan rahmat yang sempurna tetapi bersifat sementara tidak langgeng. Ini antara lain dapat berarti bahwa Allah mencurahkan rahmat yang sempurna dan menyeluruh, tetapi tidak langgeng terus menerus. Rahmat menyeluruh tersebut menyentuh semua manusia -mukmin atau kafir- bahkan menyentuh seluruh makhluk di alam raya, tetapi karena ketidak langgengan/kesementaraannya, maka ia hanya berupa rahmat didunia saja. Bukankah rahmat didunia untuh semua makhluk tetapi dunia itu sendiri, begitu juga rahmat yang diraih di dunia tidak bersifat abadi
ADVERTISEMENT
Adapun Rahim yang patronnya menunjukkan kemantapan dan kesinambungan, maka ia menunjuk kepada sifat Dzat Allah SWT, atau menunjukkan kepada kesinambungan dan kemantapan nikmatnya. Kemantapan dan kesinambungan hanya dapat terwujud di akhirat kelak, disisi lain rahmat ukhrawi hanya diraih oleh orang yang taat dan yang bertakwa. Karena itu, rahmat yang dikandung oleh kata Rahim adalah rahmat ukhrawi yang hanya akan diraih oleh yang taat dan yang bertakwa kepada-Nya
Penyebutan Ar-Rahim setelah Ar-Rahman - sebagaimana halnya dalam surah Al-Fatihah, bertujuan menjelaskan bahwa anugerah Allah SWT apapun bentuknya sama sekali bukan untuk kepentingan Allah SWT atau sesuatu pamrih tetapi semata-mata lahir dari sifat rahmat dan kasih sayang-Nya yang telah melekat pada diri-Nya. Oleh karena itu, dalam surat al Ruum ayat 21, Allah SWT menyebut hubungan dan perasaan pasangan suami Istri dengan dua tingkatan. Pertama tingkatan mawaddah (cinta) yang kemudian melahirkan tingkatan yang kedua ialah rahmah (kasih sayang).
ADVERTISEMENT
Imam al Qurtubi dalam kitab tafsirnya “al Qutubi” menafsirkan kata mahabbah dengan ungkapan cinta dan ingin melakukan hubungan seksual, sedangkan kata rahmah ditafsikan dengan kesenangan terhadap anak yang dilahirkan dan rasa kasih sayang yang mendalam. Cinta.adalah sebuah rasa yang dimiliki seseorang ketika melihat seseorang lainnya (biasanya dari jenis kelamin yang lain) yang menarik perhatiannya. Apabila kedua orang ini cocok dan menjadi pasangan, maka rasa ini juga masih ada pada permulaan relasi. Cinta ini setelah selang beberapa waktu akan menghilang sedikit demi sedikit, dan yang muncul biasanya rasa-rasa lain, seperti perasaan cinta sejati, kasih sayang serta rasa aman dan nyaman.
Al Qusyairi dalam versi sufinya melukiskan cinta sebagai maqam (tingkatan) terakhir dari jalan mendaki menuju Allah SWT sebagai, "mementingkan kekasih dari sahabat." Maksudnya mementingkan hal-hal yang diridhai kekasih - daham hal ini – Allah SWT. Daripada kepentingan ego, jika kepentingan tersebut bertentangan dengan katentuan Allah SWT. Rumusan tanda-tanda orang yang terkena demam cinta maka dia akan banyak menyebutnya. Maka ini berarti bahwa yang paling di cintai Allah SWT adalah "al zakir," yakni mereka yang selalu mengingat dan menyebut nama Allah SWT dan diaplikasikan dalam kehidupannya. Yaitu berbuat baik terhadap yang berbuat jahat kepadanya, dan atau berbuat lebih baik terhadap orang yang berbuat baik kepadanya. Adil adalah berlaku seimbang, sedang ihsan adalah memberi lebih banyak dan lebih baik dari yang diterima.
ADVERTISEMENT
Cinta dan kasih sayang sebenarnya sebuah rasa yang pasti dimiliki oleh semua orang bahkan oleh makhluk lainnya dan dibutuhkan oleh siapa pun. Ia tidak mengenal usia, tingkatan, dan juga waktu. Cinta dan kasih sayang dibutuhkan pada setiap saat, detik, menit, jam, bulan dan tahun, tetapi banyak orang memilih waktu tertentu untuk mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama. Memilih waktu tertentu dalam mengungkapkan cinta dan kasih sayang sebenarnya sah-sah saja asalkan jangan mengkultuskan dan tidak berlebihan. Namun, ungkapan cinta dan kasih sayang Allah SWT kepada kita semua dibutuhkan setiap saat, kapan pun dan di manapun kita berada. Mari kita tanamkan cinta dalam diri kita kepada Allah melebihi cinta kita kepada yang lain-Nya agar kita bisa mencicipi nikmatnya iman, dan kita selalu mengharap kasih sayang Allah SWT melebih harapan kasih sayang dari yang selain-Nya agar kita mendapatkan ketenangan dan keteduhan hati di dunia dan akhirat. Amiiin ya rabbal’alamin. .
ADVERTISEMENT