Puasa Teristimewa

KH M. Cholil Nafis
Dosen Tetap Program Doktor FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok
Konten dari Pengguna
24 April 2020 11:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH M. Cholil Nafis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menyambut bulan suci Ramadhan Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menyambut bulan suci Ramadhan Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ramadhan 1441 H. Ini teristimewa bagi warga muslim se-dunia. Pahala berlipat ganda tiada tara. Keluarga semakin solid dan pendidikan kemanusiaan makin terasa dalam nuansa keluarga inti nan bahagia. Ibadah serasa lebih khusyuk dan bisa lebih fokus pada tugas-tugas pekerjaan dan bisa langsung menjalankan ibadah Puasa dan mengisi kegiatan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Puasa kali ini mendapat dua pahala besar buah kesabaran. Pertama, kita sabar menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan karena itu separuh kesabaran. Kedua, sabar menghadapi cobaan mewabahnya COVID-19. Balasan orang sabar mendapat pahala yang tak terbatas dari Allah SWT. Surat Al Zumar :10. “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
Physical distancing, selama puasa Ramadhan menjaga jarak fisik membuat kita harus di rumah saja. Kebiasaan Tarawih berkerumun dan guyup berbuka bersama di masjid atau undangan ke rumah tak dapat lagi bisa di laksanakan. Namun bahagianya, pahala kita tetap mendapatkan dari ibadah yang biasa kita lakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Rasulullah saw. Bersabda:
‎إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا Artinya: “Jika seorang ahli ibadah jatuh sakit atau safar, ia tetap diberi pahala ibadah sebagaimana ketika ia sehat atau sebagaimana ketika ia tidak dalam safar” [HR. Bukhari]
ADVERTISEMENT
Jadi, di rumah saja bisa dapat pahala iktikaf di masjid dan salat berjemaah. Itulah rahmat Allah kepada hambanya. Meskipun tentunya rasanya berbeda. Begitulah beragama itu berdasarkan ilmu yang digali dari wahyu Allah SWT. Bukan dari perasaan. Sebab perasaan itu acapkali dipengaruhi oleh kebiasaan.
Di rumah saja itu nikmat. Tak pernah dialami pada Ramadhan sebelumnya. Kini masing-masing keluarga umat Islam dapat memaksimalkan keakraban bahkan pendidikan karakter lebih maksimal di keluarga, kecuali yang masih jomblo he hehe. Dalam keluarga terasa perlu ada yang bisa ngaji untuk jadi imam bahkan pemberi ceramah karena tak bisa mengandalkan lagi dari masjid sebelah.
Di rumah saja dapat memaksimalkan mengikuti pengajian atau mengisi pengajian via daring. Sebab waktu lebih efektif mengikuti dari berbagai pengajian di mana saja karena tak butuh waktu lagi untuk melakukan perjalanan. Masjid terus dimakmurkan dengan berbagai aktivitas rutin seperti azan, tarhim dan shalawatan tapi hanya dilakukan oleh ustadz dan takmir masjid saja. Sedangkan jemaah bisa mengikutinya dari rumahnya masing-masing tanpa datang ke Masjid.
ADVERTISEMENT
Kini puasa lebih khusyuk dan lebih banyak kesempatan untuk menggapai lailatul qadar. Selama Ramadhan tak banyak kesibukan di luar rumah sehingga bisa lebih fokus pekerjaan dan ibadah. Selama berpuasa dan pada akhir bulan Ramadhan tak disibukkan dengan persiapan mudik sehingga pada Ramadhan kali ini bisa dimaksimalkan dengan bekal ibadah untuk menjemput lailatul qadar.
Tak ada masalah yang berat kalau dihadapi dengan sabar dan tawakal. Semua orang pasti menghadapi masalah dan ujian namun yang berbeda cara menyikapinya. Cara pandang seseorang pada masalah yang dapat mengubah masalah menjadi peluang bahkan menjadi nikmat.
Jangan pernah berpikir mengubah dunia jika cara pandangnya kepada dunia belum berubah.
Ttd
Cholil Nafis