Konten dari Pengguna

Petualangan Rasa: Mengenal Ampyang Bu Mikem, Camilan Khas Kota Solo

Khalil Ahmad
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret
27 November 2023 12:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khalil Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
FOTO: Triyanto (45) saat sedang membuat ampyang. (Dok. Khalil Ahmad)
zoom-in-whitePerbesar
FOTO: Triyanto (45) saat sedang membuat ampyang. (Dok. Khalil Ahmad)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika berkunjung ke Kota Solo, gandrung rasanya setiap menjelajahi kelezatan kuliner khas daerah ini. Setiap langkah menelusuri kota ini terasa seperti petualangan rasa yang memanjakan lidah. Pengalaman ini makin terasa ketika saya mencicipi Ampyang Bu Mikem, jajanan manis nan gurih yang menghadirkan perpaduan sempurna antara kacang tanah dan gula jawa, menjadi rasa yang menggugah selera. Ampyang ini tidak hanya sekadar camilan, tetapi juga menjadi bukti hidup bahwa tradisi kuliner di Kota Solo tetap eksis, bahkan di tengah gempuran tren camilan luar negeri di Indonesia
ADVERTISEMENT
Berlokasi di Jalan Kusumodilagan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Ampyang Bu Mikem telah berdiri sejak tahun 1980-an. Tempat ini masih setia memproduksi camilan manis tersebut hingga sekarang. Kini putra Bu Mikem, Triyanto, adalah generasi kedua yang berdedikasi meneruskan warisan kuliner tersebut. Di dalam dapur yang sederhana, aroma semerbak gula jawa yang mendidih menjadi daya tarik tersendiri ketika saya menghampiri rumahnya, sekaligus tempat produksi dari Ampyang ini.
Perjalanan Ampyang Bu Mikem ini cukup unik, awalnya Bu Mikem justru membuat kudapan lain, yaitu onde-onde. Tetapi, ketika melihat tetangganya sendiri membuat ampyang dan sukses, ia pun tertarik untuk belajar membuat ampyang, sampai akhirnya memproduksi secara mandiri.
“Pertama ya, itu ibu dan bapak malah buat onde-onde, bukan ampyang. Tapi, karena ngeliat tetangga bikin, ikut. Terus, bikin usaha sendiri,” cerita Triyanto.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Ampyang Bu Mikem telah menjadi salah satu produsen ampyang yang cukup terkenal di kalangan penjual camilan di Kota Solo. Mereknya bahkan telah tersebar ke banyak toko.
“Alhamdulillah, kurang lebih sekarang terdapat 13 toko di Pasar Klewer yang menjajakan Ampyang Bu Mikem ini,” menurut Triyanto.
Proses Pembuatan Ampyang
FOTO: Proses Pembuatan Ampyang. (Dok. Khalil Ahmad)
Pembuatan Ampyang Bu Mikem ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Triyanto menjelaskan bahwa hanya ada empat bahan utama yang digunakan, yaitu kacang tanah, gula jawa, gula pasir, dan air. Proporsi bahan-bahan ini harus tepat untuk menghasilkan cita rasa yang khas.
“Setiap 1 kilogram ampyang itu 1 kilogram juga kacang tanahnya, lalu 4 ons gula jawa, ¼ kilogram gula pasir, lalu ditambah air sekitar 250 ml,” ungkap pria kelahiran Solo itu.
ADVERTISEMENT
Proses pembuatannya pun tidak rumit. Kacang tanah disangrai hingga matang, kemudian air dipanaskan dalam wajan, lalu gula jawa serta gula pasir ditambahkan sesuai takaran. Setelah mendidih dan gula larut, kacang tanah yang telah digoreng dimasukkan ke dalam campuran tersebut. Aduk merata hingga cairan gula mengental, kemudian adonan tersebut dicetak menggunakan sendok makan. Setelah menunggu selama kurang lebih lima menit, Ampyang Bu Mikem siap dikemas.
Selalu Diminati Pelanggan Karena Menjaga Kualitas
FOTO: Kemasan Ampyang Bu Mikem. (Dok. Khalil Ahmad)
Kata Triyanto, Ampyang Bu Mikem ini dapat terus bertahan dalam persaingan di pasar karena selalu menggunakan bahan-bahan dengan kualitas yang bagus.
“Di tempat saya, kacangnya menggunakan kualitas yang super, gula merahnya pun sama, karena ya dapat ngaruh ke hasil jadinya nanti,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga dipengaruhi suatu kejadian, ia diprotes oleh pelanggan karena rasa ampyangnya berbeda ketika menggunakan bahan dengan kualitas di bawahnya.
“Dulu pernah nyoba make kacang lain, komplen pelanggannya, dikembalikan semua,” kata Triyanto.
Ia juga menambahkan bahwa Ampyang Bu Mikem dapat memproduksi rata-rata 20 kilogram setiap harinya, tetapi saat weekend atau perayaan hari tertentu permintaan dapat melonjak dua atau tiga kali lipat dari biasanya. Saat Haul Solo, yaitu perayaan tahunan untuk memperingati Haul Al Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, ia harus menyediakan stok tambahan dalam produksi pembuatan ampyang.
“Ini hari biasa ya, paling 20 kilo, tapi kalau Sabtu atau Minggu karena banyak yang ke pasar ya bisa sampai 40 kilo. Bahkan, kalau liburan atau ada haul Solo itu bisa sampai 60-an kilo,” terang putra Bu Mikem itu. “Saat acara itu, harus nyetok dulu, kalo ga nyetok dulu ya gamampu, satu minggu acara tersebut bisa habis satu ton kacang.”
ADVERTISEMENT
Daya tarik Ampyang Bu Mikem tidak hanya terbatas di Kota Solo. Penggemar setianya bahkan datang dari berbagai daerah seperti Jambi, Bali, dan Lombok. Mereka sengaja datang ke Solo untuk mencari dan menikmati kelezatan khas camilan ini. Bahkan setelah pulang, beberapa penggemar masih memesan produk ini untuk dikirimkan ke daerah mereka
"Teman-teman dari Jambi, Bali, Lombok itu kalau ke Solo ya mencari ampyang ini, bahkan setelah pulang masih minta dikirim-kirim," jelasnya.
Triyanto pun berharap usahanya dapat terus konsisten dan dapat melebarkan sayapnya ke toko-toko di wilayah lain. Ampyang Bu Mikem dibanderol mulai dari harga Rp5 ribu – Rp35 ribu, pembeli dapat memilih sesuai kebutuhannya masing-masing.
Bagi para pecinta kuliner dan penggemar jajanan tradisional, Ampyang Bu Mikem menjadi pilihan yang menarik untuk dicoba. Keberhasilannya dalam mempertahankan cita rasa khas dan kualitas produknya membuatnya layak menjadi bagian dari kuliner khas Kota Solo yang kaya akan tradisi dan kelezatan. Jadi, apakah Anda tertarik untuk mencicipi jajanan khas Solo yang satu ini?
ADVERTISEMENT