Konten dari Pengguna
Nasib Anak Perempuan: Patriarki dalam Keluarga
6 Juli 2025 0:26 WIB
·
waktu baca 2 menitKiriman Pengguna
Nasib Anak Perempuan: Patriarki dalam Keluarga
Bagaimana sistem patriaki bekerja dan berdampak terutama kepada perempuan dalam keluarga patriakis. Perempuan berhak atas hak dan kebebasannya, bukan dituntut patuh selama hidupnya.Khaerina Aulia Putri

Tulisan dari Khaerina Aulia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Patriarki dalam keluarga bukan sekadar tentang ayah yang lebih dominan dari ibu, tapi tentang sistem nilai yang menganggap anak perempuan harus lebih banyak mengalah, membantu, dan berkorban—hanya karena mereka perempuan. Lahir sebagai perempuan di keluarga patriarki, dituntut untuk kuat tanpa mendapatkan hak yang semestinya, memikul beban yang tak pernah mereka minta.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Patriarki Membentuk Beban Tak Terlihat
Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pusat kuasa dan otoritas. Dalam keluarga, ini terlihat dari pembagian peran yang tidak setara. Anak laki-laki diberi kebebasan dan ekspektasi “berprestasi”, sementara anak perempuan dibebani tanggung jawab emosional dan domestik sejak kecil.
Menurut Suci Ramadhani (2021) dalam Jurnal Gender dan Anak, anak perempuan dalam keluarga patriarki kerap dituntut menggantikan peran ibu saat ibu tidak hadir—baik secara fisik maupun emosional. Mereka juga sering menjadi sasaran kritik, standar ganda, dan tekanan moral untuk menjaga nama baik keluarga. Apalagi jika keluarga tersebut mengalami perpecahan atau broken home, beban anak perempuan bisa jadi berlipat ganda. Mereka diminta "jadi dewasa" sebelum waktunya. Kakaknya (jika laki-laki) bisa tetap bebas, tapi dia? Harus bisa segalanya.
ADVERTISEMENT
Membentuk Luka yang Tak Terlihat
Fitri Handayani (2019) mencatat bahwa ketidaksetaraan dalam rumah bisa menimbulkan efek psikologis serius pada anak perempuan. Di antaranya:
Laporan UN Women (2022) juga memperkuat bahwa anak perempuan di lingkungan patriarkal lebih rentan mengalami tekanan emosional, terutama jika dibesarkan di keluarga yang tidak adil dalam membagi peran dan empati.
Menghantui hingga Masa Kedewasaan
Dampak dari luka masa kecil ini nggak selesai ketika mereka tumbuh dewasa. Banyak anak perempuan dari keluarga patriarkis mengalami:
ADVERTISEMENT
Yang lebih menyedihkan, pola ini bisa berulang—karena mereka pun belum pernah belajar seperti apa hubungan yang sehat dan setara.
Ubah Polanya, Serukan Hak Perempuan
Setelah memahami bagaimana sistem patriarki membentuk luka yang dalam bagi anak perempuan—baik secara emosional, sosial, maupun psikologis—pertanyaannya adalah: apa yang bisa kita lakukan sekarang?
ADVERTISEMENT
Memutus rantai patriarki bukan perkara instan, tapi bukan berarti tidak mungkin. Perubahan dapat dimulai dari langkah kecil, dari dalam rumah, dari pola pikir, hingga pada tindakan nyata yang adil dan empatik.
Anak Perempuan juga Butuh Didengar
Anak perempuan bukan tempat untuk meletakkan beban keluarga. Mereka bukan pengganti ibu, bukan penebus luka masa lalu orang tuanya, dan bukan pelengkap kebahagiaan keluarga yang belum selesai berdamai.Anak perempuan berhak tumbuh tanpa harus memikul beban keluarga yang tidak mereka buat.
Sudah saatnya kita berhenti mewariskan sistem yang menuntut mereka menjadi kuat, tanpa pernah memberi ruang untuk mereka rapuh.