Konten dari Pengguna

Mengenang Mahsa Amini: Simbol Menentang Aturan Berpakaian di Iran

Khairan Rei
Saya Khairan Rei! Hobi saya menulis puisi, cerpen, dan juga artikel tentang opini saya sendiri! Saya masih pelajar di Sekolah Cikal Amri Setu.
27 Agustus 2024 20:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairan Rei tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan Iran. Foto: Wachiwit/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan Iran. Foto: Wachiwit/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bayangkan jika kalian warga asli Iran sedang berjalan di jalanan yang terbuka lalu tidak memakai jilbab. Kalian sedang bersenang-senang memandangi burung-burung yang beterbangan, mendengarkan musik dari handphone, merasakan angin yang meniup wajah; namun seketika ada polisi yang menangkap kalian.
ADVERTISEMENT
Mereka menganggap kasus kalian sangat serius bahkan bisa dibawa menuju pengadilan. Dan, dari sana, kalian dikirim menuju penjara untuk 10 tahun hanya dikarenakan tidak mengenakan jilbab. Apakah kalian akan marah? Apakah kalian akan merasa semua ini tidak adil?
Karena hal ini memang terjadi di Iran.
Pada tahun 1979, Ayatollah Ruhollah Khomeini membuat peraturan baru bagi seluruh perempuan untuk mengenakan jilbab. Tidak peduli agama mereka apa. Bahkan jika kalian kristen, hindu, dan lain-lain. Kalian harus tetap mengenakan jilbab. Peraturan ini resmi diselenggarakan secara hukum. Bagi mereka yang melanggar hal tersebut akan diberi denda dan juga dipenjara selama 10 tahun.
Foto Mahsa Amini di luar Gedung Federal Wilshire Los Angeles, California, AS. Foto: Bing Guan/REUTERS
Kita tidak bisa membicarakan peraturan ini tanpa menyebut Mahsa Amini. Ia lahir di Saqqez, Iran pada 21 September 1999. Ia menjadi simbol untuk menentang peraturan berpakaian di Iran.
ADVERTISEMENT
Hari itu, pada 13 September 2022, Mahsa Amini pergi menuju Teheran untuk menemui adik kecilnya. Namun, perjalanannya dihentikan oleh polisi moral yang menahan rakyat-rakyat yang melanggar aturan dalam cara berpakaian.
Mahsa Amini ditangkap sebab jilbabnya kurang rapi dan juga rambutnya masih kelihatan. Polisi membawanya menuju pusat penahanan Vozara. Di dalam mobil itu diduga polisi moral sempat berlaku kasar kepadanya, seperti memukul kencang kepala Mahsa Amini.
Beberapa jam berlalu. Mahsa Amini tiba-tiba dikabarkan meninggal dunia dan dikirimkan menuju rumah sakit. Pihak berwenang menyebut Mahsa Amini meninggal karena serangan jantung pada 16 September 2022. Hal ini langsung dibantah oleh kedua orang tuanya. Mereka berkata yakin putrinya tidak memiliki penyakit tertentu yang bisa mengakibatkan serangan jantung.
sumber foto - pexels (https://www.pexels.com/photo/woman-holding-placard-with-handwritten-message-14061245/)
Dr.Hossein Karampour mengatakan bahwa kematian Mahsa Amini bukan disebabkan oleh serangan jantung. Apalagi ada pendarahan dari telinga dan juga memar di sekitar matanya.
ADVERTISEMENT
Kebohongan pihak berwenang atas kematian Mahsa Amini dan juga kekesalan rakyat terhadap polisi moral di seluruh tempat Iran, menyebabkan protes besar-besaran. Tak cuma di dalam negeri, protes ini juga merambah ke luar Iran.
Seluruh orang geram dengan tragedi ini. Mereka mulai berunjuk rasa dengan membakar jilbab mereka, hingga menggunting rambut sebagai simbol protes terhadap para polisi moral.
sumber foto - pexels (https://www.pexels.com/photo/protest-after-the-death-of-mahsa-amini-13861978/)
Mereka menilai, hukuman yang didapat para perempuan dari peraturan ini terlalu berat. Para perempuan ini tak cuma terkena denda, atau penjara 10 tahun,mereka juga bisa saja kehilangan nyawa seperti Mahsa Amini.
Kasus ini juga menggegerkan dunia. Ini sama saja seperti merenggut hak dan pilihan perempuan atas pakaiannya. Sebenarnya, tak banyak perempuan Muslim yang siap memakai jilbab. Beberapa orang mungkin butuh waktu agar siap menjalankannya.
ADVERTISEMENT
Dengan memaksakan sesuatu yang tidak diinginkan, peraturan ini dianggap sebagai bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Hal ini juga dianggap sebagai membatasi seluruh form untuk mengekspresikan diri.
sumber foto - pexels (https://www.pexels.com/photo/people-holding-banners-protesting-14030257/)