news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Parade Surabaya Juang Bangkitkan Semangat Mahasiswa Inbound PMM Untag Surabaya

Khairi Syalwana amin
Belajar menemukan ide-ide kreatif dibalik setiap peristiwa. Content creator @Eduaksi.
Konten dari Pengguna
19 November 2022 20:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairi Syalwana amin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Aah, kenyang,” ucap actor itu.
Perut yang kenyang ternyata membuatnya tidak mengantuk. Walaupun hari itu tidak tidur, rasanya tidak mengantuk sama sekali.
ADVERTISEMENT
Pagi itu langit Surabaya mendung. Tidak seperti biasanya. Tuhan memberkati. Perhelatan Surabaya juang yang menjadi hajatan setiap tahunnya itu ramai. Sekitar 5.000 aktor terlibat.
Pertunjukan Teatrikal Surabaya Juang. (foto: khairi Images)
Juga kami, mahasiswa PMM UNTAG Surabaya. Hanya 4 bulan kami berada di sini, rasanya ini bisa jadi oleh-oleh terindah. Sayangnya, 40 hari lagi kami akan kembali ke tempat asal masing-masing. Kami bisa merasakan atmosfer kota pahlawan ini. Ya, dibuka dengan teatrikal dan marching band.
Pahlawan, perkataan yang amat sangat bias. Pahlawan menurutku adalah seorang pejuang yang gagah berani berkorban untuk tanah airnya demi merebut sebuah kemerdekaan abadi.
Marching Band oleh Taruna. (foto: mahasiswa PMM Untag Surabaya)
Sekitar pukul 6 pagi, tugu pahlawan hari itu begitu ramai. Satu hal yang terlintas di kepalaku saat itu, “Begitu antusiasnya arek Surabaya untuk membersamai Surabaya juang, mereka berdatangan mulai dari hari masih gelap, menunggu parade dengan begitu antusias.” Melihat hal seperti ini setelah vakum dari 2 tahun yang lalu karena COVID-19 yang merajalela. Tahun ini kembali dimulai lagi dengan begitu meriah tanpa rasa takut karena adanya halangan.
ADVERTISEMENT
Lama waktu berjalan, sampai akhirnya pembukaan parade dimulai dengan teatrikal yang memperlihatkan perjuangan pahlawan dan pemuda bangsa dalam merenggut kemerdekaan, dilanjutkan dengan begitu banyak penampilan lainnya.
Pertunjukan Teatrikal Surabaya Juang. (foto: mahasiswa PMM Untag Surabaya)
“Merdeka atau Mati!” begitu teriaknya si aktor pemeran salah satu pahlawan yang berjuang pada 10 November 1945.
Membuat bulu kuduk seketika berdiri, jiwa nasionalisme yang tersembunyi dari lubuk hati se-ketika bangkit, air mata yang bertumpuk di pelupuk mata entah tanpa diundang berkumpul akan membentuk satu tetesan air. Haru dan juga rasa bangga serasa tertanam kembali di hati kami. Tidak terbayangkan ji-kalau kejadian di depan mata kami saat ini adalah sebuah kejadian nyata, seperti yang terjadi di tahun 1945 silam.
Bunyi petasan dan juga suara riuh para pemeran aktor yang meneriakkan kata “MERDEKA!!! MERDEKA!!!” telah membawa kami untuk sejenak kembali mengingat perjuangan para pahlawan kemerdekaan yang begitu berjasa untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kami sangat bersyukur bisa berkesempatan untuk menyaksikan teatrikal ini bahkan juga terlibat langsung di dalamnya. Arek-arek Suroboyo, bunga bangsa yang gugur dalam pertempuran 10 November. Keberanian sebesar apa yang sampai-sampai berani mempertaruhkan nyawa mereka untuk sebuah kemerdekaan?
Pembawa foto Pahlawan. (foto: mahasiswa PMM Untag Surabaya)
Lantas, apa yang mereka gadai untuk semua ini? Adakah sebuah jaminan kebahagiaan lebih atas ini? Diseret oleh keadaan, disiksa oleh waktu, kebebasan yang menguasai pikiran, dan malam yang selalu kelam adalah hantu terseram dari semua waktu yang menakutkan tanpa adanya sebuah pintu cahaya jika tidak ada yang berusaha untuk mencari titik terang. Namun lagi-lagi semangat nasionalisme dan juga keberanian lah yang pada akhirnya mampu menaklukkan serangan para penjajah kala itu.
Sempat terpikir sejenak bersamaan dengan kabut hitam putih yang menguasai pikiranku, “Akankah kami ini bisa se-berani generasi dulu? Apa yang mereka pikirkan jika mereka melihat generasi masa kini? bisakah kami juga menjadi Pahlawan untuk bangsa ini, tanpa harus bertumpah darah?”
ADVERTISEMENT
Kendati seperti itu, sebenarnya di masa kini, menjadi pahlawan tidak harus bertempur di lapangan, tidak harus ada nyawa yang dikorbankan. Siapa pun bisa menjadi pahlawan Aku, Kamu, Kita semua bisa menjadi pahlawan. Pahlawan untuk diri sendiri, pahlawan untuk keluarga, pahlawan untuk agama, bangsa dan negara. Dengan keahlian, karakter, dan apa yang kita miliki. Jika kita memperjuangkannya dan memberikan tindakan nyata, semua itu pada akhirnya akan menjadi sumbangsih untuk negeri ini. Dengan begitu mereka para pahlawan yang gugur di medan tempur pasti akan merasa bangga dan bersyukur, karena kita mampu membersamai perjuangan mereka, meskipun dengan cara yang berbeda.