Ramadan: Antara Perburuan Religi dan Tradisi

Khairil Anwar
Dosen Prodi Sastra Minangkabau dan Pascasarjana FIB Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
7 April 2024 1:01 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairil Anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lentera Ramadhan. Foto: JOAT/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lentera Ramadhan. Foto: JOAT/Shutterstock

Pendahuluan

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ramadan, bulan suci umat Islam yang penuh berkah dan berkat, tinggal beberapa hari lagi. Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut bulan penuh rahmat ini dengan hati yang tulus dan jiwa yang bersih. Namun, dalam dekade terakhir, kekhusukan Ramadan terasa menjadi kesibukan dan tekanan. Aspek historis dan tradisi religius bergabung dengan realitas modern yang penuh tantangan, menciptakan bulan Ramadan yang semakin dipenuhi dengan kesibukan dan tantangan.
ADVERTISEMENT
Namun, di tengah semua tantangan dan hiruk pikuk kehidupan modern, tujuan Ramadan tetap sama: untuk mendekatkan diri pada Allah, membersihkan jiwa dan hati, serta meningkatkan empati dan kepedulian terhadap sesama. Tujuan utama Ramadan antara lain adalah memperkuat iman, disiplin diri, dan kesadaran sosial dalam diri umat Islam.
Ramadan menjadi lebih dari sekadar bulan ibadah, tetapi adalah waktu refleksi, introspeksi, dan transformasi pribadi. Meskipun mungkin terasa sulit ditemukan di tengah kesibukan dan tekanan sehari-hari. Ramadan memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk menemukan keseimbangan yang lebih baik antara dunia dan akhirat, antara kepentingan pribadi dan kepentingan umat, serta antara materi dan spiritualitas.
Di sinilah dipahami bahwa Ramadan sebagai ajang 'perburuan' amal saleh, amal sosial dan spritual, dengan memperdalam hubungan spiritual, menunjukkan kepedulian kepada sesama, dan memperkuat komitmen untuk kebaikan dan keadilan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, di tengah kesibukan dan tekanan, penting bagi umat Islam untuk tetap mengingat nilai-nilai spiritual yang mendasari bulan suci ini. Menjaga harmoni antara dunia dan akhirat sehingga dapat memperoleh manfaat sejati yakni memperkuat iman serta hubungannya dengan Allah. Dalam hal ini dapat disimak beberapa aktivitas religi dan tradisi selama bulan Ramadan.

Berburu Pahala

Bulan Ramadan menjadi padang perburuan pahala umat Islam. Berbagai aktivitas dilakukan bertujuan meningkatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah. Aktivitas ini merupakan bagian integral dari praktik ibadah selama bulan suci ini.
Salah satu aktivitas utama dalam berburu pahala selama Ramadan adalah menjalankan ibadah saum. Saum atau puasa Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Dengan menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas lainnya yang membatalkan dari terbit fajar hingga terbenam matahari, umat Islam menguji ketabahan dan kesabaran serta meningkatkan kesadaran akan nikmat Allah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, memperbanyak amalan ibadah lainnya selama Ramadan, seperti meningkatkan kualitas salat, memperbanyak salat sunat, membaca Al-Qur'an, bersedekah, serta aktivitas lainnya. Amalan-amalan ini dipercaya pahalanya lebih besar pada bulan Ramadan.
Begitu pula aktivitas iktikaf, yaitu beribadah di masjid selama beberapa hari di akhir bulan. Bahkan ada yang dilakukan satu bulan penuh, di Sumatera Barat dikenal dengan sebutan Suluk. Dengan melakukan iktikaf, umat Islam dapat fokus sepenuhnya pada ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Selain itu, berbagi takjil untuk berbuka dan berbagi dengan berbagai kebutuhan untuk orang-orang yang membutuhkan juga menjadi padang berburu pahala. Memberikan makanan kepada yang lapar menjadi sumber pahala yang besar bagi umat Islam selama bulan suci ini.
ADVERTISEMENT

Berburu Takjil

Berburu takjil merupakan salah satu tradisi dalam bulan ini, tentu berbeda di setiap bagian permukaan bumi ini. Takjil merupakan hidangan kecil yang disajikan untuk berbuka puasa, yang seringkali berupa makanan atau minuman manis yang menyegarkan. Aktivitas berburu takjil ini tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik yang berpuasa, tetapi juga memiliki nilai-nilai sosial dan kebersamaan yang mendalam.
Salah satu aspek yang membuat aktivitas berburu takjil menjadi istimewa adalah munculnya variasi makanan dan minuman yang ditawarkan. Di pasar-pasar tradisional, toko-toko kue, atau penjual kaki lima, berbagai jenis takjil tersedia untuk memenuhi selera yang berpuasa. Mulai dari kolak, es buah, kurma, hingga jajanan tradisional seperti lemang tapai, kacimuih, dan aneka gorengan, semua dapat ditemukan sebagai takjil berbuka puasa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, berburu takjil juga menciptakan suasana kebersamaan dan solidaritas di antara umat Islam. Banyak takjil yang dibeli dibagi dengan tetangga, sahabat, atau bahkan orang yang kurang mampu sebagai bentuk kebaikan dan kepedulian. Berbagi takjil tidak hanya menyatukan umat Islam dalam momen berbuka puasa, tetapi juga menguatkan ikatan sosial dan empati antar sesama.
Aktivitas berburu takjil juga mencerminkan nilai-nilai persatuan dan gotong royong dalam masyarakat. Banyak komunitas yang mengorganisir kegiatan berbagi takjil secara massal, di mana para relawan bekerja sama untuk menyiapkan dan mendistribusikan takjil kepada yang membutuhkan. Kegiatan ini, menumbuhkan rasa kebersamaan dan gotong royong yang kuat yang memperkaya hikmah Ramadan.
Uniknya, saat ini sedang trendi di media sosial, ternyata perburuan takjil juga dilakukan para nonis, dari agama yang berbeda. Mereka memanfaatkan kesempatan untuk dapat menikmati aneka jajanan yang tidak ditemukan pada hari-hari biasa. Selain itu, mereka sengaja memborong takjil itu untuk dibagikan ke asrama-asrama dan panti. Bahkan ada guyonan “Ayo kita habisi takjil teman muslim yang berpuasa”. Mereka dalam berburu takjil sore hari ke berbagai pasar takjil pun seperti umat Islam adanya, mereka berpakaian gamis dan jilbab. Tidak terkesan mereka dari umat kalangan nonis.
ADVERTISEMENT

Berburu Tiket Mudik

Aktivitas Ramadan ini menjadi sebuah tradisi ritual tahunan di mana jutaan orang mempersiapkan diri untuk pulang ke kampung halaman atau bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat selama libur panjang Idul Fitri. Perburuan tiket mudik menjadi perjuangan tersendiri karena tingginya permintaan dan keterbatasan jumlah tiket yang tersedia.
Aktivitas perburuan tiket mudik memerlukan persiapan yang matang. Banyak orang mulai mencari tiket mudik jauh-jauh hari sebelum bulan Ramadan tiba, bahkan hingga beberapa bulan sebelumnya. Mereka mencari informasi tentang jadwal dan harga tiket, serta mempertimbangkan berbagai opsi transportasi seperti kereta api, bus, kapal laut, atau pesawat terbang, baik yang berbayar atau gratis. Semakin dekat dengan awal bulan Ramadan, permintaan tiket biasanya semakin tinggi, sehingga membuat persaingan semakin sengit.
ADVERTISEMENT
Tantangan lain yang dihadapi dalam berburu tiket mudik adalah harga yang cenderung melonjak. Kenaikan harga tiket pada saat-saat menjelang Ramadan seringkali menjadi masalah bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi. Hal ini membuat banyak orang harus mempertimbangkan dengan matang budget perjalanan mereka, serta mencari solusi alternatif agar tetap dapat pulang ke kampung halaman tanpa harus mengorbankan kebutuhan lainnya, seperti mudik dan balik pada minus dan 7 hari “H”.
Selain itu, teknologi juga memainkan peran penting dalam aktivitas berburu tiket mudik. Banyak orang memanfaatkan aplikasi pemesanan tiket online atau situs web travel untuk mencari dan membeli tiket secara lebih efisien. Meskipun demikian, tingginya minat bisa menyebabkan situs-situs tersebut mengalami kemacetan atau bahkan kehabisan kuota tiket dalam waktu singkat, sehingga tetap memerlukan kesabaran dan kecepatan dalam bertransaksi.
ADVERTISEMENT
Semangat pulang ke kampung dan bersilaturahmi dengan keluarga motor utama dalam berburu tiket mudik. Meskipun memerlukan usaha dan kesabaran ekstra, kebahagiaan dirasakan ketika berhasil mendapatkan tiket. Kesempatan pulang ke kampung menjadi hadiah yang sangat berharga bagi banyak orang yang akan merayakan kemenangan.

Berburu Baju Baru dan Kue Lebaran

Aspek budaya dan tradisi menjadi bagian dari Ramadan, salah satunya adalah persiapan untuk merayakan Idul Fitri. Berburu baju baru dan kue lebaran menjadi bagian tak terpisahkan. Baju baru dianggap sebagai simbol kesegaran dan kegembiraan. Pusat perbelanjaan, toko-toko pakaian, dan pasar tradisional menjadi ramai oleh para pemburu baju baru yang mencari model terbaru dan terkini. Mereka mencari baju-baju yang cocok untuk dipakai selama lebaran, merayakan pasca ibadah puasa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kue-kue khas lebaran juga menjadi primadona dalam berbelanja selama Ramadan. Kue-kue seperti nastar, kue kacang, dan ketupat adalah beberapa di antaranya yang menjadi favorit.
Di toko-toko kue, pasar tradisional, atau bahkan dalam bentuk online, orang-orang berbondong-bondong membeli kue-kue tersebut sebagai bagian dari tradisi silaturahmi dan merayakan kebersamaan dengan keluarga dan teman-teman. Selain menjadi bagian dari tradisi, aktivitas tersebut juga menciptakan atmosfer tersendiri bagi masyarakat. Pertukaran cerita dan rekomendasi mengenai baju atau kue yang akan dibeli menjadi topik pembicaraan yang hangat.

Berburu Uang Kertas Baru

Kegiatan yang menjadi sorotan di kalangan masyarakat, yaitu perburuan uang kertas baru. Tradisi ini menjadi bagian dari persiapan menyambut Idul Fitri. Aktivitas berburu uang kertas baru tidak hanya merupakan kebiasaan tetapi juga memiliki makna simbolis dan praktis bagi masyarakat yang melakukannya.
ADVERTISEMENT
Penyediaan uang kertas baru menjadi penting karena pada hari raya Idul Fitri adanya tradisi berbagi uang atau "uang lebaran" kepada sanak saudara sebagai tanda kebahagiaan dan kemurahan hati. Uang kertas baru dianggap lebih bersih, lebih segar, dan memiliki nilai simbolis yang lebih tinggi daripada uang yang sudah lama beredar. Oleh karena itu, menjelang akhir Ramadan, masyarakat beramai-ramai menuju bank dan rela antrean di tempat penukaran uang untuk mendapatkan sejumlah uang kertas baru.
Uang kertas baru dipandang lebih estetis dan menarik untuk diberikan sebagai hadiah. Di samping itu, aktivitas ini juga menciptakan kegiatan ekonomi tersendiri di sekitar masyarakat. Permintaan akan uang kertas baru meningkat secara signifikan selama bulan Ramadan, sehingga tempat bank atau penukaran uang menjadi ramai oleh para pelanggan yang ingin memenuhi kebutuhan mereka akan uang baru. Bahkan untuk mendapatkan uang baru tersebut mereka rela melebihkan jumlahnya dari jumlah uang baru di jasa penukaran non bank sehingga berdampak dari segi ekonomi.
ADVERTISEMENT

Penutup

Bulan Ramadan bukan hanya tentang ibadah puasa, tetapi juga tentang berbagai aktivitas yang menciptakan kebersamaan dan semangat kegembiraan di antara umat Muslim. Aktivitas perburuan pahala, takjil, tiket, baju baru, kue lebaran, dan uang kertas baru menjadi bagian integral. Meskipun berbagai kegiatan religi dan tradisi, namun esensi bulan suci ini lebih penting, yaitu meningkatkan ibadah dan keimanan kepada Allah SWT .
Oleh karena itu, harus tetap dijaga koridor keseimbangan antara aspek spiritual dan material. Manfaatkan momen-momen tersebut sebagai sarana untuk meningkatkan ibadah, kebersamaan, serta berpegang pada nilai-nilai kebaikan dan kedermawanan. Dengan demikian, Ramadan menjadi bulan berburu duniawi dan akhirat dalam memperkuat hubungan dengan Allah sehingga menjadi orang yang taqwa.