Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Pemanfaatan Media Konvegensi Dalam Dakwah Para Dai di Masa Covid-19
24 Mei 2020 5:48 WIB
Tulisan dari khairul anam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Islam merupakan agama dakwah, dimana ajarannya yang diturunkan Allah SWT kepada manusia melalui manusia pilihan (mustofa) Nabi Muhammad SAW, untuk menyampaikan kabar gembira terhadap khalifatullah di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Beda dulu beda sekarang, bulan ramadhan sebagai momentum keagamaan tahun ini mengalami nuansa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, semua kegiatan dan interaksi dibatasi, serta tak segan pemerintah sebagai ulil amri akan memberikan punishment kepada siapun yang enggan mentaatinya. Bukan tanpa alasan, situasi seperti ini dipicu dengan adanya pandemi COVID-19 yang mengubah 180 derajat tatanan hidup manusia, dari perjumpaan konvensional beralih ke virtual tak terkecuali dalam berdakwah.
Kondisi ini memunculkan fenomena gempita dakwah, dimana media konvegensi menjadi trigger penyampaian dakwah. Dalam kacamata Quraish Shihab (2010; 194) dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. Terlebih memasukkan ajaran-ajaran agama dalam pengamalan pada kehidupan sehari-hari kita.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dalam perspektif penulis, dakwah bukan hanya urusan ubudiyah “Selesai”, tidak. Tetapi lebih universal ke seluruh aspek kehidupan manusia multidimensi, dengan bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadis sebagai nomeklatur utama umat Islam, sebagai hamba Allah SWT dan agent social of change.
Dengan kondisi seperti saat ini, para da'i dituntut untuk melakukan tranformasi dakwah konvensional ke virtual. Sudah banyak platform penyedia jasa yang mungkin bisa kita manfaatkan di tengah pandemi seperti Youtube, Instagram, Facebook dan lain-lain. Bahkan aplikasi webinar lagi nge-hype (zoom, goole meeting dll) yang tidak hanya digunakan dalam berdakwah melainkan dunia pendidikan serta perkantoran sudah akrab dengan ini.
Apakah ini menjadi trend sekarang? Tentu iya, terlebih kalangan milenial yang hidupnya akan ambyar tanpa gawai (smartphone) dimana memiliki jangkauan tanpa tersekat geografis dan akan terkoneksi keseantero negeri.
ADVERTISEMENT
Sangat rugi kalau pendakwah hanya sebagai penonton melihat kemajuan media teknologi yang memanjakan setiap insan dalam beraktivitas, jangan sampai ada kamus “kudet” apalagi membuang kesempatan serta sebagai aksesoris semata tanpa memberikan sentuhan magic agar mad’u terpesona dengan materi yang kita bawakan.
Bukan hanya COVID-19 yang menjadi wabah, media juga sudah terlebih dahulu menjadi wabah di tengah masyarakat kita, tinggal bagaimana langkah kita kedepan bergerak seperti apa, seorang coach tidak akan berhasil memenangkan pertandingan jika tidak memiliki racikan jitu untuk menaklukkan medan.
Da’i tidak boleh kaleng-kaleng ! media yang sudah berjejer dimana-mana, jangan sampai menjadi mubadzir terlebih di tengah pandemi, pesan keagamaan harus tetap tersampaikan ke khalayak (ummat) yang senantiasa menantikan kesejukan dalam mengisi relung-relung rohani sehingga tecipta ketenangan bathin dan peningkatan kualitas ibadah (hablum minallah) dan hubungan sesama manusia (hablum minannas). Menurut Nur Hidayat (2020) dakwah virtual dilakukan tidak hanya monologis tetapi dialogis, sesuai dengan prinsip fiqhu dakwah.
ADVERTISEMENT
Sebagai akhir tulisan, penulis ingin menyampaikan pemanfaatan media konvegensi mutlak harus dilakukan dan tidak ada tawar menawar bagi siapa saja yang aktif di dunia dakwah khususnya. Da'i tidak boleh tenggelam di tengah arus teknologi, harus melek terhadap digitalisasi tanpa harus meninggalkan cara klasik. Wallahuaklambissawab. (*)
Oleh: Khairul Anam*
*Penulis adalah Mahasiswa Program Magister Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta