Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenang Kuli Tinta di Era Digital
2 Juli 2023 18:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Khairul anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi banyak sendi kehidupan kita. Tanpa rapat RT sekalipun, saya kira banyak orang sepakat akan hal itu. Baik di bidang ekonomi, politik, sosial, hingga pendidikan, semuanya telah terpengaruhi oleh perkembangan teknologi yang kita tak bisa menghindar darinya.
ADVERTISEMENT
Di era kekinian, banyak aktivitas kita yang dibantu oleh mesin. Lewat tembang berjudul "Tahun 2000" ciptaan KH Bukhori Masruri, grup kasidah Nasida Ria bahkan telah memberi tahu kita bahwa tidurnya manusia pun berkawan dengan mesin. Apa-apa serba mesin, bahkan makan dan minum yang dilakukan manusia dilayani mesin.
Aktivitas kita di era serba digital memang tak dapat dimungkiri turut dibantu oleh mesin-mesin canggih. Mesin-mesin itu yang memudahkan kita dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Aktivitas kita jadi lebih efisien dan efektif.
Semisal mau pesan makanan, kita tak perlu lagi untuk keluar rumah. Tinggal hubungi abang Gofood maka beberapa menit kemudian makanan akan datang ke rumah kita. Itu hanya salah satu contoh saja.
ADVERTISEMENT
Di era sekarang, salah satu jenis pekerjaan yang sangat terpengaruhi oleh kehadiran teknologi canggih adalah wartawan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi.
Karena pekerjaannya identik dengan dunia tulis menulis, maka wartawan disebut sebagai kuli tinta. Frasa "kuli tinta" merupakan sebuah idiom. Nah, Idiom sendiri adalah serangkaian kata yang artinya tidak bisa diartikan secara harfiah, namun mewakilkan ekspresi tertentu yang tersirat di dalamnya.
Dahulu, seorang wartawan memang berurusan dengan tinta. Tinta itu dipakai di pena mereka. Dan mereka memakai pena itu buat menulis berita. Gambarannya seperti itu. Nah, ketika komputer muncul, muncul julukan Kuli Disket menggantikan Kuli Tinta.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Iqbal Aji Daryono dalam bukunya berjudul Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira, istilah "kuli disket" tidak bertahan lama, karena produk peradaban yang bernama disket pendek sekali umurnya. Walhasil, idiom "kuli tinta" pun masih dipakai untuk menyebut nama lain seorang wartawan.
Yang jadi pertanyaan, masih relevankah idiom "kuli tinta" di era sekarang, di era yang serba digital, di era banyak orang lebih memilih telepon genggam daripada telepati, di era saluran YouTube lebih diminati daripada televisi? Masih adakah wartawan menggunakan pena dalam aktivitas kerjanya? Menulisnya di kertas kemudian disebarluaskan.
Ah, rasa-rasanya, di masa yang sekarang ini cukup sulit membayangkan wartawan yang bekerja masih seperti itu, memakai pena untuk menulis berita. Tentu akan memakan waktu yang cukup lama. Memang media kertas masih digunakan (koran, dll) tapi tulisan di situ diketik melalui komputer, bukan tulisan tangan.
Masih mengutip Iqbal Aji Daryono, dalam bukunya Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira, pada salah satu poin pembahasannya mempertanyakan apakah idiom "kuli tinta" bisa diganti atau tidak? Iqbal menyatakan, idiom "kuli tinta" sudah tak relevan lagi di masa sekarang. Sebab, para wartawan sudah tidak menggunakan tinta lagi untuk menulis berita.
ADVERTISEMENT
Dalam segi mewawancarai narasumber pun, wartawan kini memilih menggunakan alat rekam, terutama dari handphone, dan kemudian langsung membuat transkripnya di komputer. Alat perekam selain lebih akurat juga lebih efisien.
Para wartawan bekerja sudah menggunakan perangkat-perangkat digital, mulai laptop hingga telepon genggam. Wartawan lapangan, yang bekerja di media daring, pun demikian. Karena kebutuhan publikasi berita yang harus cepat, maka mustahil bagi mereka untuk menggunakan tinta dalam menuliskannya. Mereka umumnya memakai laptop atau gadget dalam menulis berita.
Nah, sekarang sudah terjawab kan pertanyaan "idiom kuli tinta masih relevankah di era digital?" Walaupun tinta sudah lama digantikan oleh mesin ketik, kemudian mesin ketik pun sudah diganti dengan komputer (laptop dan sebangsanya) dalam menopang kerja wartawan, toh tidak pernah muncul istilah atau idiom "kuli mesin ketik" atau "kuli komputer".
ADVERTISEMENT