Konten dari Pengguna

Akrobat Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa di Media Sosial

Khairul Fahmi
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)
2 April 2022 16:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairul Fahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa saat mengunjungi lokasi IKN bersama Ketua DPR Puan Maharani beberapa waktu lalu. (Sumber: tangkapan layar akun youtube Jenderal Andika Perkasa)
zoom-in-whitePerbesar
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa saat mengunjungi lokasi IKN bersama Ketua DPR Puan Maharani beberapa waktu lalu. (Sumber: tangkapan layar akun youtube Jenderal Andika Perkasa)
ADVERTISEMENT
Terlepas dari segala polemik yang menyertai, saya melihat strategi publikasi yang dijalankan oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa makin kreatif belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Boleh dibilang, akun-akun media sosial resmi TNI maupun atas nama Jenderal Andika setiap pekan selalu menggulirkan isu yang sukses menjadi perbincangan dan diresonansi oleh media.
Tim komunikasi mantan Kasad ini agaknya menangkap peluang yang hadir sebagai dampak 'kemalasan' media dan jurnalis kekinian dalam membangun isu. Interaksi langsung dengan media, juga dibatasi secara cerdik. Sebagai gantinya, disodorkanlah konten-konten memikat dan bertenaga untuk diasup.
---
Politik jelas tidak terjadi di ruang hampa. Namun ruang-ruang politik tak boleh dipenuhi ketidakpercayaan dan prasangka. Karena itu, kawan saya 'parafilsuf' Nuruddin Asyhadie mengatakan politik mestinya didorong menuju kondisi yang disebutnya sebagai politik 5.0.
Ini adalah kultur politik yang ditandai oleh hadirnya kecerdasan (thinking better, serving better, performing better), keterhubungan (affective/emotional relationship), dan keterbukaan (24 hours frankly communication/kitchen in front).
ADVERTISEMENT
Nah, aksi dan narasi yang dihadirkan oleh akun-akun media sosial Panglima TNI Jenderal Andika, sekaligus menunjukkan bagaimana teknologi digital dan ruang siber telah membantunya membangun brand awareness.
Dia menunjukkan pada publik, bagaimana dirinya melakukan proses kebijakan dan mendistribusikannya, bagaimana mengendalikan organisasi, menggerakkan asset dan sumber daya. Bahkan cukup berani menunjukkan keterbatasan dan kelemahan diri maupun organisasi, sekaligus menjawab keraguan publik dengan konten-konten bertema "fix it!".
Saya sendiri meyakini bahwa smart gov, keterhubungan dan transparansi mestinya memang bukan sekadar narasi dan tagar kosong pencitraan di ruang siber. Melainkan juga meliputi rangkaian aksi yang bersifat timbal-balik, partisipatif dan kolaboratif.
Aksi dan narasi yang ditampilkan sebenarnya tidak banyak dan berat, tapi jelas populis dan berdampak. Segala plus-minus dan peluang dialektika tampaknya sangat diperhitungkan sehingga selalu berpeluang menjadi diskursus menarik. Hingga narasi dan aksi berikutnya dihadirkan.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah perbincangan mengenai selebritas politik, Nuruddin mengatakan bahwa zaman telah beranjak dari politik marketing ke politik showbiz. Dari rasionalitas ke afeksi, dari jualan kebijakan ke jualan penampilan.
Namun dia juga mengingatkan, afeksi dari politik showbiz itu seharusnya merupakan pengembangan dari rasionalitas. Keimanan yang tumbuh dari pemahaman yang baik, yang tumbuh dari kematangan dan kedewasaan.
---
Sejak awal, TNI memang dibekali kemampuan yang cukup dan memiliki ruang yang memadai untuk melakukan praktik-praktik kepemimpinan dan komunikasi sosial.
Keahlian dalam melakukan propaganda serta membangun citra dan reputasi positif, harus diakui merupakan keunggulan TNI. Termasuk bagaimana membangun komunikasi dalam situasi krisis di mana citra dan reputasi mereka terancam atau berpotensi negatif.
Para perwira TNI sadar betul bahwa eksistensi mereka, terutama yang berkelindan dengan politik, bergantung pada seberapa besar dukungan elit politik dan publik sekaligus. Apalagi rezim dan elit politik belakangan ini nampak sekali cenderung mengambil sikap dengan bersandar pada dukungan publik yang direpresentasikan melalui media sosial dan ruang digital.
ADVERTISEMENT
Karena itu menurut saya, baik kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam penyelenggaraan negara yang dipicu oleh ketidakpuasan dan ketidakpercayaan publik. Maupun meningkatnya pelibatan TNI dalam agenda-agenda pemerintahan dan pembangunan, telah sekaligus dan akan terus meningkatkan popularitas Jenderal Andika.
Asal gak bicara berlebihan soal Papua, gak buru-buru bikin rezim maupun elit politik jadi baper dan konsisten pada isu-isu pembenahan internal yang populis, saya kira persepsi publik akan terus cenderung bergerak positif.
Klo sudah begitu, ngapain lama-lama jadi Panglima TNI? Gak pengen nyapres apa? Belum tentu kalah kok... Hehe...