Konten dari Pengguna

Naruhito, Era Baru Jepang dan Perdamaian Dunia

Khairul Fahmi
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)
2 Mei 2019 1:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairul Fahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Putra Mahkota Jepang Naruhito (kanan) dan istrinya Putri Mahkota Masako (kiri) menghadiri upacara turun tahta Kaisar Akihito di ruang negara Matsu-no-Ma di Istana Kekaisaran di Tokyo. Foto: STR / Japan Pool / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Putra Mahkota Jepang Naruhito (kanan) dan istrinya Putri Mahkota Masako (kiri) menghadiri upacara turun tahta Kaisar Akihito di ruang negara Matsu-no-Ma di Istana Kekaisaran di Tokyo. Foto: STR / Japan Pool / AFP
Negeri kekaisaran tertua --yang masih eksis-- di dunia, Jepang, membuka lembaran baru dalam sejarahnya. Kaisar Naruhito naik tahta, menandai dimulainya Era Reiwa, yang kurang lebih bermakna ketertiban dan harmoni.
ADVERTISEMENT
Jepang mengalami tiga kali pergantian era, dalam tiga dekade. Tahun 1989, Pangeran Akihito naik tahta menggantikan ayahnya Hirohito yang mangkat. Suksesi itu sekaligus menandai terbitnya era Heisei yang berarti "mencapai perdamaian" menggantikan era Showa yang bermakna "harmoni yang tercerahkan".
Bukan tanpa alasan Heisei dipilih sebagai nama gengo atau masa kekaisaran. Akihito mewarisi citra Jepang yang belum pulih pasca Perang Pasifik yang dikobarkan ayahnya, Hirohito.
Perang Pasifik, sebuah perang yang memakan banyak korban di berbagai penjuru Asia dan berakhir dengan kekalahan memilukan bagi rakyat Jepang. Kekalahan yang berkonsekuensi penanggalan status keilahian sang kaisar, sebagai bentuk pengakuan kekalahan dan penyerahan.
Dalam 30 tahun sejak 1989, kita kemudian menyaksikan Kaisar Jepang yang ramah, tak hanya berkenan menundukkan kepala namun juga rela bersimpuh di hadapan rakyatnya. Akihito juga tak segan meminta maaf atas penderitaan rakyat di negeri-negeri taklukan semasa perang pasifik.
ADVERTISEMENT
Ketika Showa terejawantah dalam bentuk cita-cita Jepang memimpin Asia menuju harmoni dunia baru, bahkan kemudian juga menandai kebangkitan dari keterpurukan pasca perang, maka di era Heisei kita menyaksikan betapa perdamaian benar-benar ditunjukkan. Nyaris tak ada sekat, antara rakyat dan kekaisaran. Kini era Heisei telah berakhir dengan lengsernya Akihito. Jepang memiliki Kaisar Emeritus pertama setelah 200 tahun.
Reiwa telah terbit. Tepat di hari pertama bulan Mei 2019. Ketika di berbagai belahan bumi, para buruh memperingati "May Day". Di bawah kendali pemerintahan Shinzo Abe yang cenderung kanan dan militeristik, dunia menanti ke arah mana Jepang akan bergerak di era ketertiban dan harmoni --kata yang juga menandai Era Showa-ini. Layakkah penantian itu diikuti dengan kewaspadaan global?
ADVERTISEMENT
Dalam pidato pertamanya setelah naik tahta, Naruhito berjanji selalu memikirkan dan mendekat dengan rakyat, memenuhi tugasnya sebagai simbol dan pemersatu Jepang. Sang Kaisar juga berharap rakyat bahagia dan kemajuan negara ini demi perdamaian dunia.
Sebagai pamungkas, ada sebuah kisah di balik pernikahan Sang Kaisar dan Permaisuri Masako di tahun 1993. Konon Masako yang bukan dari kalangan ningrat itu mau menerima pinangan, setelah Naruhito meyakinkannya dengan berkata, "Kamu mungkin takut dan khawatir bergabung dengan keluarga kekaisaran. Tetapi aku akan melindungi sepanjang waktu."
Selamat bertahta Kaisar Naruhito, Tenno Heika Banzai!