Konten dari Pengguna

Kerajaan Sriwijaya Sebagai Pusat Pendidikan Ajaran Buddha Nusantara Dan Dunia

Misbahul Khairul Ikhwan
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang
31 Oktober 2024 13:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Misbahul Khairul Ikhwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi meditasi para Biksu dalam upaya mendalami ajaran Buddha. Sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/biksu-duduk-50709/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi meditasi para Biksu dalam upaya mendalami ajaran Buddha. Sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/biksu-duduk-50709/
ADVERTISEMENT
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Armada laut dan kekuatan bahari yang besar menjadi salah satu ciri yang khas dari kerajaan ini. Meski letak pusat kerajaan masih terus diperdebatkan hingga hari ini, berbagai bukti peninggalan telah menegaskan bahwa ada sebuah kerajaan besar di pesisir Sumatera Selatan yang pernah menguasai sebagian besar Nusantara dan Asia Tenggara. Salah satunya adalah peninggalan berupa Prasasti Ligor yang ditulis pada 775 Masehi berisikan penghormatan kepada Raja-raja Sriwijaya, seperti Sriwijayendraraja, Srwiwjayeswarabhupati, dan Sriwijayanrpati.
ADVERTISEMENT
Bukti lain keberadaan Sriwijaya juga dapat dilihat dari catatan pendeta Cina masa Dinasti Tang abad 7 Masehi bernama I-Tsing yang pernah singgah di Sriwijaya pada perjalanannya mengarungi samudera selama 6 bulan. Menurut catatan I-Tsing, selama bermukim di daerah Kerajaan Sriwijaya. Dirinya telah menemukan masyarakat yang menyembah dan percaya kepada Buddha sebagai juru selamat yang akan membimbing kepada nirvana.
Catatan I-Tsing mengenai keberadaan Sriwijaya berbunyi:
“Banyak raja dan kepala suku di pulau-pulau Laut Selatan memuja dan percaya (pada Buddhisme), dan hati mereka penuh tekad menghimpun perbuatan baik. Di kota berbenteng Bhoga, bhiksu-bhiksu Buddhis berjumlah lebih dari seribu dan pikiran mereka terarah pada pengetahuan dan karya yang baik. Mereka meneliti dan mempelajari segala perkara yang sama seperti di Kerajaan Tengah (Tiongkok), peraturan dan upacara tidak jauh berbeda. Kalau seorang biksu Cina ingin pergi ke barat untuk mendengarkan (ajaran) dan membaca (teks asli) sebaiknya dia tinggal di sini satu dua tahun dan berlatih menjalankan peraturan yang tepat lalu meneruskan perjalanan ke India Tengah.” (Prinada, 2020).
ADVERTISEMENT
Dari catatan I-Tsing tersebut di atas. Dapat kita pahami bahwa ajaran Buddha telah menyebar dari Asia Selatan ke daerah Sriwijaya jauh sebelum I-Tsing datang, karena saat I-Tsing tiba di Sriwijaya, ajaran ini telah berkembang pesat. Pesatnya perkembangan ajaran Budha di Sriwijaya disebabkan oleh interaksi masyarakat dengan para pedagang dari India dan Asia Selatan yang cukup sering. Ditambah lagi keadaan Sriwijaya yang terletak pada jalur perdagangan dunia membuat masyarakatnya sangat terbuka pada masyarakat dan kebudayaan dari luar.
Kedigdayaan Sriwijaya sebagai pusat pengajaran Buddhisme di Nusantara tentunya tidak dapat dilepaskan dari peran seorang biksu berpengetahuan luas bernama Dharmakirti. Kepintaran dan kecerdasan Dharmakirti sangat terkenal seiring dengan kemasyhuran Sriwijaya sebagai kerajaan penganut Budha pertama di Nusantara. Hal ini menyebabkan banyak biksu dan calon-calon biksu mengunjungi Sriwijaya untuk belajar kepada Dharmakirti. Para biksu dari berbagai penjuru dunia menemui Dharmakirti untuk mengasah pengetahuan dengan meminta ceramah dan nasihat-nasihat. Para calon biksu yang akan menimba ilmu ke India akan singgah selama beberapa waktu di Kerajaan Sriwijaya untuk belajar membaca kitab dan dasar-dasar pengaplikasian ajaran Buddha sebelum melanjutkan perjalanan ke India. Alhasil, semakin ramai dan banyak orang-orang yang akan belajar ajaran Budhisme singgah di Sriwijaya sehingga membuat kerajaan ini menjadi pusat pengajaran ajaran Budha dari abad ke-7 hingga 11 Masehi.
ADVERTISEMENT
Setelah sempat menguasai Asia Tenggara dan menjadi pusat ajaran Budha, Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran. Penyebabnya adalah invasi dari kerajaan Chola dari Asia Selatan yang diperparah dengan kemunculan kerajaan-kerajaan besar seperti Siam di daerah Thailand dan Singasari di jawa. Kemunculan kerajaan baru mulai menggerus wilayah kekuasaan Sriwijaya hingga banyak daerahnya yang melepaskan diri.
Sejarah telah menulis bahwa Nusantara pernah menjadi pusat pengajaran ajaran Buddha yang kala itu bisa dibilang sebagai ajaran paling besar di dunia. Fakta yang menunjukkan bahwa pendahulu kita adalah orang-orang yang pandai dan cerdas. Tidak ada alasan bagi kita sebagai generasi baru untuk tidak dapat mengulangi prestasi pendahulu kita dengan menjadikan Nusantara (sekarang Indonesia) sebagai pusat pendidikan dunia. Mengingat angkat literasi dan pendidikan kita yang masih jauh tertinggal di masa ini tentunya menimbulkan rasa miris. Maka dari itu kita harus bangkit. Bermodalkan sejarah dan semangat untuk berubah, saya rasa Indonesia sudah memiliki modal yang cukup untuk memperbaiki kualitas pendidikan untuk nantinya akan dapat bersaing di kancah internasional, mengulangi kejayaan Sriwijaya yang menjadikan Nusantara sebagai pusat pendidikan pada masanya.
ADVERTISEMENT
.
Sumber dan Referensi
Prinada, Y. (2020, Desember 3). Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Lokasi, & Pusat Pengajaran Agama Buddha. Retrieved Juni 20, 2021, from tirto.id: https://tirto.id/sejarah-kerajaan-sriwijaya-lokasi-pusat-pengajaran-agama-buddha-f7Gk
Toemon, S. (2017, November 25). Sriwijaya, Pusat Agama Buddha. Retrieved Juni 20, 2021, from bobo.grid.id: https://bobo.grid.id/read/08679284/sriwijaya-pusat-agama-buddha