Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Prasasti Palas Pasemah: Bukti Eksistensi Sriwijaya yang Berbalut Metafisik
21 Februari 2022 15:12 WIB
Tulisan dari Misbahul Khairul Ikhwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Prasasti Palas Pasemah berasal dari abad 7 Masehi ditemukan di tepi sungai Way Pisang yang merupakan anak sungai Way Sekampung Lampung Selatan pada tahun 1958. Prasasti ini berisi kutukan kepada pemberontak dan mereka yang tidak tunduk kepada Raja Sriwijaya. Menurut N.J Krom, prasasti Palas Pasemah dan prasasti serupa lainnya yang berisi kutukan merupakan upaya Sriwijaya dalam menyatakan klaim terhadap suatu kawasan. Prasasti-prasasti era Sriwijaya yang berisi kutukan-kutukan tersebut juga ditemui di Jambi dan Bangka. Prasasti-prasasti ini menunjukkan kepada dunia bahwa daerah ini adalah daerah kekuasaan Sriwijaya yang agung.
ADVERTISEMENT
Pada 1979 Prof. Dr. Buchari, seorang ahli benda-benda purbakala mengunjungi prasasti ini di Desa Palas Pasemah. Tujuannya adalah untuk mempelajari arti dan makna dari tulisan yang terukir di batu tersebut. Tim peneliti kemudian berhasil menerjemahkan kalimat-kalimat yang terukir di Prasasti Palas Pasemah meski beberapa huruf sudah tidak terbaca karena sudah terkikis dan tidak nampak.
Kisah Penemuan Prasasti
Menurut Sahidin sang juru kunci, sejarah penemuan prasasti ini bermula saat dahulu terdapat dua orang pemuda yang sedang mencari ikan di sungai Way Pisang. Salah seorang dari pemuda tersebut kemudian merasa ingin buang hajat dan kemudian menunaikan hajatnya di pinggir sungai. Ia menggunakan sebuah batu besar sebagai pijakan untuk buang hajat. Tak lama setelah menunaikan hajatnya kemudian pemuda ini pingsan tanpa alasan yang jelas. Melihat hal ini kemudian pemuda yang melihat temannya pingsan lalu meminta bantuan kepada warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita pemuda yang pingsan ini kemudian dibawa ke rumah untuk diobati, namun pemuda ini malah kesurupan dan mengucapkan sumpah serapah yang tidak jelas. Disaat tetua adat setempat kemudian mengunjungi pemuda tersebut, ia meminta untuk disembelihkan kambing hitam sebagai kompensasi atas tempatnya yang dikotori. Namun tetua adat tidak langsung menuruti permintaan sang “penjaga”. Sang tetua meminta diantarkan ke tempat sang pemuda pingsan di atas sebuah batu. Dengan instruksi tetua adat batu tersebut diangkat beramai-ramai sehingga dapat diangkat ke daratan.
Setelah dibersihkan dari lumpur, ternyata ditemukan tulisan-tulisan kuno yang terukir di sekitarnya. Pemerintah setempat lalu melaporkan kejadian ini ke pusat yang kemudian mengirim utusan untuk meneliti batu tersebut. Akhirnya batu tersebut diidentifikasi sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya pada abad VII silam. Pasca penemuan Prasasti Palas Pasemah tersebut, masyarakat sekitar mengadakan “selamatan” sebagai bentuk tolak bala dan rasa syukur terhadap tuhan yang maha esa. Akhirnya pemuda yang pingsan tadi dapat diobati dan batu Prasasti Palas Pasemah menjadi salah satu batu yang dikeramatkan oleh warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Prasasti Palas Pasemah Sebagai Bukti Peninggalan Sriwijaya
Terlepas dari sisi metafisika dan kekeramatannya, prasasti ini merupakan satu peninggalan penting kerajaan Sriwijaya yang masih tersisa. Maka dari itu kelestarian batu peninggalan ini sudah sepatutnya dijaga agar tidak rusak dan dapat dimanfaatkan demi kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan. Selain dijaga, prasasti ini juga dapat menjadi bahan kajian dan penelitian untuk mengungkap eksistensi kerajaan Sriwijaya di nusantara yang beberapa waktu lalu sempat diragukan keberadaanya.