Konten dari Pengguna

Dobrak Stereotip Gender lewat Olahraga Skateboard

Khairunnisa Mukinin
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran
3 Juli 2023 13:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairunnisa Mukinin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Skater perempuan bermain skateboard tanpa rasa takut. Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Skater perempuan bermain skateboard tanpa rasa takut. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Saya akui, enggak mudah jadi perempuan. Separuh hidup berada di strata kedua, seakan-akan kita makhluk yang banyak enggak bisanya. Peran perempuan semata-mata berada di sumur, dapur, dan kasur. Padahal, itu sebatas konstruksi sosial, yang dibentuk oleh masyarakat, untuk masyarakat. Stereotip bahwa perempuan makhluk yang lemah agaknya mudah kita jumpai di masyarakat. Namun, hal tersebut tidak berlaku dalam dunia skateboard.
ADVERTISEMENT
Meskipun olahraga tersebut didominasi oleh laki-laki, skateboard yang terbilang olahraga ekstrem ini belakangan mulai diminati oleh perempuan. Perempuan dalam dunia ini tidak dipandang sebelah mata. Setiap skater (sapaan untuk pemain skateboard) dianggap setara terlepas dari asal, gender, dan kalangan apa pun. Bagi mereka, teman di arena adalah saudara ‘sepapan’. Hal tersebut dibenarkan oleh Leika Dicomar (14), salah satu skater perempuan di Kota Bandung. Menurutnya, semua arena skate park ramah untuk perempuan.
“Saya tidak pernah mendapatkan perlakuan berbeda ataupun buruk selama main skate, karena teman-teman yang bermain skate itu mendukung satu sama lain. Mereka welcome terhadap siapa pun yang bermain,” tutur Leika.
Atlet skateboard Leika Dicomar saat melakukan trik. Sumber: Yudi A Toengkagie
Tak ada batasan
Dalam dunia skateboard, tiap skater melebur satu sama lain. Tidak ada batasan dalam komunitas papan luncur ini. Selagi ada keinginan untuk terus belajar, maka akan disambut baik oleh skaters lainnya. Seperti yang dituturkan oleh Kyandra Kailana (14), baginya skatepark merupakan arena belajarnya.
ADVERTISEMENT
Bermain skate, menurutnya, tentang bagaimana bisa mengalahkan rasa takut dalam diri sendiri. Dalam mengalahkan rasa takut, justru ia cukup didukung oleh skaters di arena skate park tempat ia bermain.
“Oke-oke aja, ya, karena semua skater, baik itu perempuan maupun laki-laki, saling support. Jadi, buat saya selalu nyaman main di mana pun. Saya juga banyak diajari oleh mereka,” ujar Kyan.
Atlet skater perempuan Kyandra Kailana menikmati permainan skateboard. Sumber: Yudi A Toengkagie
Dukungan tanpa henti
Dukungan tanpa henti yang didapatkan oleh skater perempuan membuat eksistensi perempuan di dalam dunia skateboard semakin meningkat. Sesuai dengan penuturan Windy Aulia (15), salah satu penyemangatnya untuk terus menggeluti dunia skateboard adalah presensi perempuan dalam dunia skateboard.
That's cool karena enggak banyak perempuan yang bisa main skateboard. Kalau gak sungguh dan banyak usaha bakalan jatuh, itu yang ngebuat saya sendiri jadi semangat sampai bisa seperti sekarang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Banyaknya dukungan yang diterima skater perempuan membuat perempuan bisa terus eksis di dunia skateboard. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Stigma bahwa perempuan itu lemah bisa didobrak dalam dunia skateboard. Dalam peringatan ‘Go Skateboarding Day’ tiap 21 Juni, seluruh skater di dunia dapat menunjukkan kebolehannya, termasuk perempuan. Asal membawa papan, semua dapat mengikuti acara ini. Harapannya, semakin banyak perempuan yang berani mendobrak stereotip dan melakukan apa pun yang perempuan mau.