Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Ketika Kehidupan Monyet Dipertaruhkan: Wajah Gelap di Balik Animal Abuse
25 Desember 2023 8:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Khairunnisa Mukinin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah bukan rahasia umum kalau monyet dijadikan sebagai hewan peliharaan. Mulai lumrah semenjak kehadiran topeng monyet, yang notabenenya memelihara sekaligus mempekerjakan monyet, apalagi makin booming sejak kehadiran influencer yang menampilkan konten-konten lucu memelihara monyet di media sosial. Kira-kira boleh gak sih?
ADVERTISEMENT
Apa yang menjadi perhatian dalam memelihara hewan kembali pada kesejahteraan dan perlindungan hewan itu sendiri. Dalam beberapa kasus, memelihara hewan tertentu bisa melanggar hak asasi hewan. Memiliki hewan sebagai hewan peliharaan memerlukan perhatian dan perawatan yang memadai. Pemeliharaan yang buruk, kurangnya perawatan medis, bahkan kandang yang tidak sesuai, termasuk dalam penyiksaan hewan.
Sama seperti manusia, hewan juga punya hak asasi. Hak asasi hewan mengacu pada perlindungan yang diberikan untuk memastikan hewan mendapatkan perlakuan yang adil, kesejahteraan, dan perlindungan terhadap kehidupan mereka.
Hewan bukanlah objek atau bahkan hanya sekadar dijadikan sumber cuan, melainkan makhluk hidup yang memiliki kehidupan, perasaan, dan kepentingan mereka sendiri. Alih-alih memiliki kebebasan untuk melompat dari dahan satu ke yang lainnya, monyet malah berakhir di kandang yang sempit.
ADVERTISEMENT
Pelihara Monyet Jadi Tren
Tren pelihara monyet makin marak sejak pandemi 2020. Pemicunya sejumlah konten buatan influencer yang pamer monyet pemeliharaannya. The Asia for Animals’ Social Media Animal Cruelty Coalition (SMACC) melakukan penelitian terhadap tren memelihara monyet ini, yang menurut mereka dipicu oleh media sosial.
Antara September 2021 hingga Maret 2023, SMACC mencatat 1.226 tautan konten dari Facebook, Instagram, TikTok, dan YouTube yang menampilkan monyet yang dipelihara sebagai hewan peliharaan. Kontennya berkisar dari perlakuan yang tampaknya lucu hingga penyiksaan yang kejam dan gamblang terhadap monyet dan secara kolektif telah ditonton lebih dari 12 miliar kali.
Banyaknya konten monyet mendorong minat masyarakat untuk ikut-ikutan mencoba, sehingga meningkatkan permintaan akan monyet sebagai peliharaan. Pemburu happy karena makin kaya, yang ngontenin juga happy karena dapet engagement, sedangkan monyet yang dikontenin malah bikin makin prihatin.
ADVERTISEMENT
Gak Cuma Dipelihara, tapi Disuruh Kerja
Monyet pekerja dalam kegiatan topeng monyet, dulunya seorang bayi monyet yang diambil paksa dengan membunuh induknya untuk perburuan dan perdagangan ilegal. Belum lagi ketika besar disiksa hingga ia hafal peran besarnya dalam topeng monyet, dengan melakukan berbagai atraksi, seperti menari, menjual makanan, dan bahkan terkadang melakukan aksi-aksi yang seharusnya dilakukan oleh manusia, seperti salat, naik motor, bahkan merokok.
Pelatihannya kejam, kalau belum bisa menguasai gerakan gak bakalan dikasih makan. Gak cuma itu, monyet-monyet tersebut juga dipukul, dirantai, dan digantung terbalik hingga akhirnya mau mematuhi pawangnya. Kok tega ya?
Tapi, yang bikin makin miris, eksploitasi monyet pada kasus topeng monyet masih terjadi hingga saat ini. Meskipun pelarangan topeng monyet sudah dipertegas dengan KUHP Nomor 302, topeng monyet susah diberantas menurut saya karena masih dianggap sebagai warisan budaya oleh sebagian masyarakat.
ADVERTISEMENT
Perlunya kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan organisasi hak-hak hewan untuk mengatasi masalah ini secara komprehensif. Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekejaman terhadap hewan serta dampak negatifnya terhadap kesejahteraan hewan.
Selain itu, perlu digalakkan edukasi mengenai pemeliharaan primata tertentu termasuk monyet, bisa menjadi ancaman bagi lingkungan jika dilepas atau diperkenalkan ke habitat yang bukan asalnya. Memerangi praktik eksploitasi monyet memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi nirlaba, masyarakat, dan individu untuk menciptakan perubahan yang positif terhadap kesejahteraan hewan.