Konten dari Pengguna

Penerima KIP Kuliah Pakai Barang-Barang Mewah, Wajar Gak Sih?

Khairunnisa Mukinin
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran
5 Desember 2023 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairunnisa Mukinin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Beasiswa KIP kuliah seringkali jatuh pada orang yang salah. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Beasiswa KIP kuliah seringkali jatuh pada orang yang salah. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perbincangan soal KIP kuliah gak ada habisnya. Dari sistem dan verifikasi data penerima KIP Kuliah yang selalu bermasalah, keterbatasan dana dan kuota penerima, bahkan kurangnya supervisi dan pengawasan. Katanya, program ini bertujuan untuk membantu mahasiswa yang kurang mampu secara finansial agar dapat melanjutkan pendidikan tinggi. Padahal kenyataannya, seringkali KIP jatuh ke tangan mereka yang justru gak memerlukan bantuan ini.
ADVERTISEMENT
Pada beberapa kasus, kita sering melihat penggunaan KIP Kuliah disertai dengan kepemilikan barang-barang mewah, memunculkan pertanyaan tentang kesesuaian antara bantuan sosial dan pola konsumsi yang terlihat. Gak sedikit dari penerima KIP Kuliah, dengan akses yang mereka dapatkan, menggunakan dana tersebut untuk membeli barang-barang mewah dan bergaya kontras dengan latar belakang ekonomi terbatas.
Dalam konteks penggunaan barang mewah, terdapat perdebatan terkait dengan bagaimana orang menggunakan dana mereka. Beberapa orang berpendapat bahwa menggunakan dana untuk membeli barang mewah, terutama jika itu dilakukan oleh penerima bantuan sosial atau beasiswa seperti KIP Kuliah, dianggap tidak pantas atau tidak konsisten dengan tujuan dari bantuan tersebut, yaitu untuk membantu kebutuhan dasar atau pendidikan.
Baru-baru ini, muncul diskursus dalam base sbmptnfess di platform X, dimulai dari sebuah menfess “salahkah anak KIPK memakai iphone”. Mayoritas setuju bahwa penerima KIPK dianggap tidak pantas terkait kepemilikan iphone (barang mewah), baik barang tersebut hasil keringat sendiri maupun uang KIP kuliah.
ADVERTISEMENT
Saya setuju dengan pendapat mayoritas. Kalau ada uang untuk membeli barang tersier, kenapa tidak gunakan uang tersebut untuk dana pendidikan? Padahal, banyak mahasiswa di luar sana yang tidak lolos seleksi KIP dan terpaksa untuk mengundurkan diri dari perkuliahan. Daya saing yang semakin kuat juga didorong oleh penurunan kuota KIP kuliah. Melansir dari laman tempo.com, pemangkasan besar-besaran kuota KIP merupakan akibat dari penurunan anggaran Kemendikbud.
Sudah dipangkas, tapi tetap salah sasaran. Mengaku sudah mengintegrasikan penerima program KIP berdasarkan informasi dari Dapodik, PDDikti, dan DTKS Kemensos—termasuk data P3KE yang dipastikan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, nyatanya problematika KIP dari tahun ke tahun gak ada tuh yang berubah. Yang butuh gak lolos, yang gak butuh-butuh banget malah lolos.
ADVERTISEMENT
Please deh, untuk penerima KIP kuliah, gunakan uang bantuan secara bijaksana, khususnya untuk kebutuhan pendidikan yang esensial, seperti biaya kuliah, buku, dan kebutuhan akademis lainnya sambil mempertimbangkan tanggung jawab sosial dan etika penggunaan dana. Bukan untuk mencukupi kebutuhan tersier, apalagi uangnya dipakai buat beli barang yang tergolong mewah.