Konten dari Pengguna

Internalized Misogyny, Sindrom Rivalitas Sesama Perempuan

Khansa Nur Aini
Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya
25 Juni 2023 13:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khansa Nur Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa Itu Internalized Misogyny?
Internalized misogyny didefinisikan sebagai kecenderungan perempuan untuk membenci, terjadi rivalitas untuk memproyeksikan pemikiran seksis kepada perempuan lainnya. Hal ini terjadi secara tidak sadar dipengaruhi oleh patriarki yang berkembang dalam masyarakat. Perempuan yang mengalami internalized misogyny mungkin merasa rendah diri, memandang remeh perempuan lain, serta meragukan kemampuan dan nilai-nilai feminin (Arsawati dan Bunga, 2022).
Sumber: Feminisminindia
Ciri-Ciri Perempuan dengan Internalized Misogyny
Orang yang mengidap sindrom ini biasanya sering menunjukkan ciri-ciri, di antaranya: (Arsawati dan Bunga, 2022; Balestieri, 2021).
1. Sikap Memperlakukan Perempuan
Seorang misogini akan bersikap ramah dan akrab terhadap pria. Namun, terhadap perempuan akan bersikap kasar, acuh, sinis, bahkan cenderung merendahkan perempuan. Tak jarang, mereka tidak merasa bersalah atas perilakunya yang mengintimidasi atau menindas perempuan. Mereka memiliki pola pikir bahwa tindakan mengintimidasi dan menindas perempuan adalah benar karena perempuan memang objek intimidasi.
ADVERTISEMENT
2. Merasa Tidak Ingin Tersaingi
Merasa perlu membandingkan dan bahkan menghina perempuan lain untuk memperbaiki perasaanmu, itu juga bisa menjadi tanda dari internalized misogyny. Sesuai dengan pandangan patriarki bahwa perempuan perlu bersaing untuk mendapatkan validasi dari seorang pria agar dianggap menarik. Setiap individu memiliki keunikan mereka sendiri, dan tidak ada alasan untuk merasa saling berkompetitif satu sama lain. Kita semua memiliki tempat kita masing-masing, bukan?
3. Kecenderungan Menilai Perempuan Lain dari Penampilan
Apakah seringkali kamu menjudge penampilan atau gaya berpakaian dari perempuan lain? Nah, itu salah satu tanda bahwa kamu memiliki internalized misogyny. Jika kamu merasa bahwa seorang perempuan terlihat terlalu terbuka atau berani berdasarkan panjang rok atau sejauh mana kulitnya terlihat, perlu disadari bahwa setiap orang seharusnya bebas memilih pakaian yang membuat mereka merasa nyaman.
ADVERTISEMENT
4. Mengkotak-Kotakan Gender
Jika kamu sering menggunakan stereotip gender dalam percakapan sehari-hari, salah satu tanda kamu internalized misogyny. Misalnya, beberapa stereotip gender yang biasanya terjadi adalah “Aku sih lebih suka masak, dibanding main gim”, atau “Masa perempuan pakai sepatu, sih? Kalau aku sih lebih suka heels”.
5. Merasa Dirinya Berbeda dari Perempuan Lain
Para perempuan dengan internalized misogyny dalam dirinya, seringkali mengelompokkan perempuan lain ke dalam kelompok superior dan inferior sehingga mereka terkadang bersikap merendahkan terhadap sesama perempuan yang tidak sesuai dengan “standar” mereka. Hal ini dapat terjadi karena mereka memiliki pandangan seksis terhadap perempuan. Beberapa contoh kalimat internalized misogyny yang mungkin sering kita dengar:
Sumber: Shutterstock
Mengapa Banyak Perempuan yang Memiliki Internalized Misogyny?
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan utama internalized misogyny adalah adanya kebencian dan rivalitas antar perempuan. Akibat pengaruh patriarki dan stereotip gender yang ada dalam masyarakat, perempuan sering kali dibanding-bandingkan, dievaluasi, dan dimasukkan dalam kompetisi satu sama lain. Hal ini menciptakan atmosfer persaingan yang tidak sehat dan merugikan solidaritas di antara perempuan. Rivalitas ini sering kali muncul dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk penampilan fisik, pilihan karir, hubungan, dan peran tradisional dalam keluarga. Berikut alasan lainnya (Blake, 2021):
1. Trauma Masa Kecil
Perilaku misogini bisa terbentuk sejak masa kanak-kanak. Seseorang dapat mengembangkan sikap misogini akibat perlakuan yang dialami saat masih kecil, termasuk pengalaman kekerasan baik secara fisik maupun psikologis yang dilakukan oleh perempuan. Contohnya, seseorang yang menjadi korban kekerasan dari ibu biologis, anggota keluarga perempuan, atau bahkan lingkungan masyarakat sekitar, sehingga mengakibatkan trauma dan perasaan kebencian yang sangat dalam terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
2. Pola Asuh yang Salah
Pola asuh yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan keluarga dapat menyebabkan munculnya perilaku misogini. Hal ini terjadi ketika seseorang merasakan adanya perlakuan yang tidak adil dalam lingkungan keluarga. Sebagai contoh, seorang anak bisa menjadi sangat benci terhadap adik perempuannya karena dia melihat bahwa adik perempuannya diperlakukan secara tidak adil oleh orang tua, sehingga rasa iri pun muncul.
3. Pemahaman Maskulinitas Toksik
Pandangan patriarki yang menganggap perempuan dan laki-laki dalam posisi tidak setara menciptakan fenomena sosial. Fenomena ini terjadi ketika perempuan membenci perannya sebagai seorang perempuan untuk melindungi diri mereka sendiri, sehingga timbul sisi emosional dan psikologis yang muncul adalah konsep maskulinitas beracun terhadap diri mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Bisakah Internalized Misogyny Diatasi?
Untuk mengatasi internalized misogyny, perlu adanya kesadaran tentang pentingnya solidaritas, dukungan, dan rasa saling menghargai antar perempuan. Perempuan harus belajar untuk menerima keunikan serta perbedaan satu sama lain. Selain itu, perempuan memiliki hak dan kebebasan untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya. Apapun yang mereka lakukan sebagai bagian dari aktualisasi diri yang tidak akan mengurangi esensi keperempuanan mereka.
Referensi:
ADVERTISEMENT