Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ada FOMO di Balik Medsos
12 Juli 2023 21:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Khansa Azzyati Qisthina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Media sosial bukan lagi hiburan semata, ibarat pisau dibelah dua. Berawal dari sebatas media informasi dan hiburan untuk melepas penat, tetapi justru menimbulkan rasa takut ketinggalan tren ataupun berita terkini. Kondisi ini membuat orang-orang mengalami Fear of Missing Out (FOMO) yaitu kondisi saat seseorang merasa takut tertinggal informasi viral di dunia maya.
ADVERTISEMENT
Perkembangan media sosial begitu pesat, seperti aplikasi TikTok, Instagram, dan Twitter. Setiap membuka laman FYP (for your page) langsung disuguhkan rekomendasi tempat wisata, cafe estetik, makanan viral, hingga kehidupan para artis.
Konten-konten tersebut kerap menampilkan hal positif saja. Tentu, tidak ada yang mau memamerkan sisi buruk dalam hidupnya. Kita hanya bisa menyaksikan secuil kebahagian orang lain dan menganggap orang lain lebih baik. Sebagaimana pepatah berbicara “rumput tetangga lebih hijau”.
Pengguna media sosial menggebu-gebu menyebarkan informasi dan tidak ingin terlewatkan. Contohnya konser Coldplay di Gelora Bung Karno, dalam hitungan menit tiket sudah ludes terjual. Tak sedikit dari pembeli hanya mengikuti tren supaya bisa membagikan ke media sosial.
Meskipun media sosial memberikan informasi, kehadirannya dapat berdampak pada obsesi diri untuk melakukan hal yang sama dengan konten buatan. Padahal, setiap orang mempunyai gaya hidup dan kebutuhan yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Gejala FOMO
Gejala yang dirasakan orang FOMO, biasanya menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial supaya mendapatkan informasi viral, tidak bisa lepas dari dunia maya, dan lebih memprioritaskan kehidupan di media sosial.
Selain itu, selalu berupaya menyamakan gaya hidup seperti influencer di media sosial walaupun di luar dari kemampuan finansial, sulit menolak ajakan karena takut tidak mengetahui informasi baru, dan membeli atau mengunjungi tempat viral agar terlihat trendi.
Dampak FOMO
Seseorang yang mengalami FOMO, selalu merasa harus terhubung dengan media sosial sehingga kegelisahan akan menyelimuti dan berakhir pada sebuah ketakutan.
FOMO tidak hanya berdampak pada perilaku, tetapi juga pada kesehatan mental dan fisik. Menurut sebuah studi dari Universitas Glasgow, orang yang mengalami FOMO cenderung mengalami gangguan tidur, kelelahan, sakit kepala, dan penurunan konsentrasi akibat terlalu sering menggunakan gadget.
ADVERTISEMENT
Cara Mengatasi FOMO
FOMO memiliki dampak negatif yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Salah satu cara mengatasinya, yaitu memiliki skala prioritas dengan mengesampingkan kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip hidup atau hanya sekadar ikut-ikutan.
Membatasi penggunaan media sosial dapat memperbaiki hubungan sosial sehingga mengurangi rasa cemas, iri, atau tidak puas dan lebih menghargai diri sendiri tanpa harus membandingkan dengan orang lain.
Mengalihkan diri dengan mengerjakan hal produktif dapat memengaruhi kreativitas, membantu melatih otak memecahkan masalah, meningkatkan suasana hati, dan mengembangkan kemampuan berpikir.
Mengatasi FOMO akan sulit jika tidak ada kemauan dalam diri untuk berubah. Fokus pada dunia nyata daripada dunia maya, mendorong kita lebih menghargai momen sederhana tanpa harus mengunggahnya.
Membatasi penggunaan media sosial dapat membantu menghindari FOMO dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan mengurangi ketergantungan terhadap media sosial, kita bisa lebih mandiri, percaya diri, dan bertanggung jawab atas pilihan-pilihan hidup. Oleh karena itu, kita sebaiknya bijak dalam bermain media sosial.
ADVERTISEMENT