Mereka yang Membuat Ramadan Riuh Ramai

Khansa Rifa
Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad
Konten dari Pengguna
1 Mei 2022 5:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khansa Rifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kembang Api, foto oleh: Khansa R
zoom-in-whitePerbesar
Kembang Api, foto oleh: Khansa R
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pria tersebut terduduk di kursi merah kecil di samping barang dagangannya. Pria paruh baya tersebut terduduk menunggu kehadiran pelanggannya. Di sebelahnya, ada seorang pria yang tampak lebih tua dari dirinya turut terduduk di samping barang dagangan tersebut. Baju hitam yang mereka kenakan seolah-olah tidak hanya menyerap sinar matahari, namun beberapa menit kemudian lapak mereka dikunjungi oleh orang ramai.
ADVERTISEMENT
Sejak Bulan Ramadan, bunyi ledakan ada di mana-mana. Anak-anak kecil berlari dengan raut wajah bahagia sambil memegang petasan di tangan mungil mereka. Para orang tua mau tidak mau harus mengantarkan putra dan putri mereka untuk membeli barang yang diinginkan.
Pria paruh baya tersebut beranjak dari duduknya ketika mobil Avanza berwarna hitam berhenti tepat di sebelah lapaknya. Mobil hitam tersebut memantulkan cahaya matahari, seolah-olah ia tidak menerima kehadiran cahaya matahari pada body mobil tersebut. Dari dalam mobil tersebut, seorang ibu paruh baya dan dua orang anaknya keluar. Nanar bahagia terpancar dari kedua mata mungil anak-anak tersebut. Sembari memegang pintu mobil dan melihat target belanjaannya, seorang anak laki-laki berteriak kepada saudaranya yang masih berada di dalam mobil untuk segera mempercepat langkahnya melihat target yang sama.
ADVERTISEMENT
Pak Jadi, begitulah setidaknya kata yang keluar dari mulut seorang pria paruh baya tersebut. Ia menghidupi keluarganya dengan menjual petasan dan kembang api di Jalan Raya Jatinangor. Berbagai petasan dan kembang api ada di lapak milik Pak Jadi. Harganya pun dapat dikatakan terjangkau dan beragam.
“1000 (rupiah) juga ada, dan (petasan) yang isi delapan paling 125-an,” ucap Jadi menjelaskan bahwa rentang harga petasan yang ia jual mulai dari 1000 rupiah hingga 125 ribu rupiah.
Walaupun pada beberapa kasus, banyak para pedagang petasan dan kembang api yang harus ditangkap karena menjual benda tersebut atau barang-barang jualan mereka dimusnahkan, namun hal tersebut tidak menjadi keresahan Jadi. Musababnya, ia telah mengantongi izin dari Polda Jabar dan Polres Sumedang untuk menjual petasan di daerah Jatinangor.
ADVERTISEMENT
Jadi bukanlah satu-satunya pedagang petasan di Jatinangor. Menurut pengakuannya, masih ada banyak pedagang lain di Jatinangor, terutama di Jalan Sayang, Jatinangor.
Walaupun petasan ramai digandrungi anak-anak hingga kaum muda, penjualan petasan di masa Ramadan ternyata tidak selalu membuahkan hasil yang diinginkan.
“Sekarang (penjualan) mah jelek, beda dari dulu-dulu,” ucap Jadi dengan wajah datar mengatakan bahwa penjualan petasan di masa Ramadan dan pandemi tidak sebaik dahulu. Walaupun penjualan dapat dikatakan tidak terlalu ramai, setiap hari lapak Jadi pasti sempat didatangi oleh pembeli.
“Kalau sekarang barangnya susah, mahal-mahal, udah mahal, ngga ada lagi (barangnya),” ucap Jadi menjelaskan tantangan yang harus ia hadapi dalam menjual petasan.
Di sepanjang Jalan Raya Jatinangor, Jadi adalah satu-satunya pedagang petasan yang menjajakan barang dagangannya di pinggir jalan. Tidak banyak pedagang petasan yang saya temui ketika melintasi daerah Jatinangor.
ADVERTISEMENT