Konten dari Pengguna

Broken Home: Ketika Label Menjadi Beban bagi Generasi Alpha

Khansa Lubna Nazihah
Mahasiswi Universitas Sebelas Maret Program Studi Bimbingan dan Konseling
8 November 2024 11:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khansa Lubna Nazihah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Ilustrasi: Khansa Lubna Nazihah
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Ilustrasi: Khansa Lubna Nazihah
ADVERTISEMENT
Istilah broken home semakin sering digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh. Namun, saya merasa bahwa penyalahgunaan istilah ini dapat memberikan dampak negatif yang mendalam, terutama bagi generasi Alpha. Salah satu fenomena yang mengkhawatirkan adalah ketika anak-anak ini, hanya karena ditegur oleh orang tua langsung menganggap diri mereka sebagai "broken home."
ADVERTISEMENT
Dampak dari penyalahgunaan istilah broken home sangat nyata dalam kesehatan mental anak-anak. Ketika seorang anak merasa bahwa ia adalah "broken home," perasaan rendah diri dan kecemasan dapat muncul. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak layak mendapatkan cinta dan perhatian, baik dari orang tua maupun teman-teman. Dalam pandangan saya, kita perlu lebih peka terhadap dampak emosional dari label ini.
Anak-anak dari keluarga broken home sering kali menghadapi tantangan emosional yang kompleks. Mereka bisa mengalami perasaan kehilangan, bingung, atau bahkan kemarahan terhadap situasi yang mereka hadapi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan dukungan emosional yang tepat agar anak-anak tidak terjebak dalam stigma negatif.
Kita perlu mengubah narasi seputar istilah broken home menjadi lebih positif. Setiap keluarga memiliki cerita uniknya masing-masing dan tidak ada satu pun cara untuk mendefinisikan "normal." Anak-anak dari keluarga tidak utuh juga dapat tumbuh menjadi individu yang kuat dan mandiri jika diberikan dukungan yang tepat. Menurut pandangan saya, penting bagi kita semua baik orang tua maupun masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi generasi Alpha. Dengan cara ini, kita tidak hanya membantu mereka untuk memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik tetapi juga membangun masyarakat yang lebih empatik.
ADVERTISEMENT
Penyalahgunaan istilah broken home adalah masalah serius yang perlu kita tangani dengan bijaksana. Generasi Alpha berhak untuk tumbuh tanpa stigma negatif yang menghantui mereka. Mari kita berupaya untuk memahami dan mendukung anak-anak ini agar mereka dapat berkembang menjadi individu yang sehat secara mental dan emosional tanpa merasa terbebani oleh label-label yang tidak adil. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua anak tanpa memandang latar belakang keluarganya.