Konten dari Pengguna

Kondisi Rusunawa: Dampaknya terhadap Kesehatan dalam Perspektif Sosiologi

Nasywa Nanda Putri Wahyudi
Mahasiswa Sosiologi, Universitas Brawijaya
26 November 2024 15:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasywa Nanda Putri Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kondisi Rusunawa di Muharto, Kota Malang.  Foto : oleh penulis
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Rusunawa di Muharto, Kota Malang. Foto : oleh penulis
ADVERTISEMENT
Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) sering menjadi pilihan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan. Konsep rusunawa dirancang untuk mengatasi keterbatasan lahan dan kebutuhan perumahan terjangkau. Namun di balik efisiensinya, rusunawa memiliki tantangan yang signifikan terutama dalam konteks kesehatan penghuninya.
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif sosiologi, rusunawa mencerminkan hubungan erat antara ruang fisik, dinamika sosial, dan kondisi kesehatan. Ruang-ruang kecil yang padat penduduk sering kali menjadi tempat bertemunya berbagai persoalan mulai dari keterbatasan fasilitas hingga tekanan sosial yang berpengaruh pada kesejahteraan fisik dan mental.
Kondisi Lingkungan Rusunawa dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Fisik
Lingkungan fisik di rusunawa memang dirancang dengan tujuan solusi hunian terjangkau, sering kali menghadirkan tantangan serius bagi kesehatan penghuninya. Banyak rusunawa di Indonesia menghadapi masalah sanitasi yang tidak memadai. Sistem pembuangan limbah yang kurang efisien sering kali menyebabkan air kotor menggenang di sekitar area hunian, menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk pembawa penyakit seperti demam berdarah dan malaria. Selain itu, toilet umum yang digunakan bersama oleh banyak penghuni sering kali berada dalam kondisi yang jauh dari standar kebersihan. Situasi ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit berbasis air dan sanitasi, seperti diare, kolera, dan hepatitis A.
ADVERTISEMENT
Ventilasi yang minim menjadi masalah utama lain di banyak unit rusunawa. Dalam ruang yang sempit dan padat penghuni, sirkulasi udara yang buruk dapat mempercepat penularan penyakit menular seperti tuberkulosis (TB) yang dimana penyakit ini sangat mudah menyebar di lingkungan tertutup dengan ventilasi buruk, terutama ketika ada individu yang sudah terinfeksi. Selain itu, kelembapan tinggi akibat ventilasi yang tidak memadai sering memicu pertumbuhan jamur di dinding dan langit-langit. Paparan jamur ini dapat memperburuk gangguan pernapasan, terutama pada anak-anak dan individu dengan sistem imun lemah..
Selain itu, kebiasaan merokok di dalam unit hunian semakin memperburuk kualitas udara. Di lingkungan yang sempit, asap rokok tidak hanya memengaruhi perokok aktif tetapi juga penghuni lain yang menjadi perokok pasif. Paparan asap rokok pasif dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker paru-paru, dan gangguan pernapasan lainnya. Di rusunawa, anak-anak dan wanita hamil sering kali menjadi kelompok yang paling rentan terhadap efek negatif dari polusi udara dalam ruangan.
ADVERTISEMENT
Pembuangan Sampah di Sebelah Rusunawa Muharto. Foto : oleh penulis
Fasilitas umum yang terbatas dan kurang terawat juga menambah beban kesehatan penghuni. Misalnya, tempat pembuangan sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber bau tak sedap dan tempat berkembang biaknya tikus serta serangga. Tikus dapat menyebarkan penyakit seperti leptospirosis, sementara serangga seperti kecoa dapat memicu reaksi alergi dan asma.
Dampak Rusunawa terhadap Kesehatan Mental
Tidak hanya kesehatan fisik, penghuni rusunawa juga menghadapi tantangan psikologis. Kesehatan mental penghuni rusunawa sering kali terabaikan dalam diskusi mengenai kualitas hidup mereka, meskipun dampaknya sama signifikan dengan kesehatan fisik. Lingkungan rusunawa yang padat dan terbatas menciptakan tekanan psikologis yang nyata bagi banyak penghuninya. Minimnya ruang pribadi di unit-unit kecil menjadi salah satu faktor utama yang memicu stres. Satu unit yang dihuni oleh lebih dari satu keluarga dapat menyebabkan perasaan frustrasi, kewalahan, dan kelelahan emosional yang berkepanjangan karena ruang untuk beristirahat, bekerja, atau bahkan sekadar menikmati waktu sendiri menjadi sangat terbatas.
ADVERTISEMENT
Selain itu interaksi sosial yang intens di rusunawa juga menjadi tantangan tersendiri. Ruang bersama seperti dapur umum, kamar mandi, atau tempat bermain anak sering kali menjadi titik konflik antar-penghuni. Perbedaan latar belakang budaya, nilai, atau gaya hidup dapat menciptakan ketegangan, terutama ketika penghuni merasa hak atau kebutuhannya diabaikan oleh yang lain. Konflik ini, jika terus berulang, dapat memperburuk suasana emosional penghuni dan menyebabkan stres kronis. Dalam jangka panjang, ketegangan semacam ini dapat memicu perasaan terasing meskipun mereka tinggal di lingkungan yang sangat padat dengan interaksi sosial tinggi.
Sebagian besar penghuni rusunawa berasal dari kelompok berpenghasilan rendah yang harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup di tengah keterbatasan. Tekanan ini diperparah oleh lingkungan yang kurang mendukung kenyamanan psikologis, sehingga penghuni sering kali merasa terjebak dalam situasi yang sulit diubah. Hal ini dapat memicu kecemasan, depresi, atau bahkan rasa putus asa.
ADVERTISEMENT
Lingkungan fisik rusunawa juga memainkan peran besar dalam kesehatan mental penghuni. Suasana yang monoton, minim ruang hijau, dan sering kali kurang pencahayaan alami dapat menyebabkan apa yang disebut dengan "sick building syndrome." Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik tetapi juga meningkatkan risiko gangguan psikologis seperti depresi.
Lalu apakah ada cara untuk mengatasi dampak negatif rusunawa terhadap kesehatan?
Untuk meningkatkan kesehatan penghuni rusunawa maka perlu adanya pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak dengan cara meningkatkan kualitas fisik rusunawa, seperti menyediakan ventilasi yang memadai, sistem sanitasi yang baik, dan ruang terbuka hijau.
Pendidikan kesehatan juga penting untuk meningkatkan kesadaran penghuni akan pentingnya kebersihan lingkungan dan kesehatan pribadi. Selain itu, intervensi sosial, seperti konseling atau pendampingan komunitas, dapat membantu penghuni mengelola tekanan psikologis dan meningkatkan kualitas hubungan antar-penghuni.
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif sosiologi, rusunawa bukan sekadar hunian, tetapi juga ruang interaksi sosial yang memengaruhi kesehatan penghuni. Dengan perbaikan lingkungan fisik dan dukungan sosial, rusunawa dapat menjadi tempat tinggal yang tidak hanya layak secara fisik, tetapi juga mendukung kesejahteraan penghuninya secara menyeluruh. Kesehatan penghuni rusunawa adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan penghuni itu sendiri.