Konten dari Pengguna

Upaya Pemulihan Ekosistem Mangrove di Pesisir Pantai Payangan Kabupaten Jember

Kharisma Lutfiyatul Ilmiyah
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Jember. Menjadi Mahasiswa sejak tahun 2021 sampai sekarang.
22 September 2023 16:36 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kharisma Lutfiyatul Ilmiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ekosistem Mangrove yang tersisa dan di jaga di sekitar Pantai Payangan dan Teluk Love (Dokumentasi Pribadi, 17/09/2023)
zoom-in-whitePerbesar
Ekosistem Mangrove yang tersisa dan di jaga di sekitar Pantai Payangan dan Teluk Love (Dokumentasi Pribadi, 17/09/2023)
ADVERTISEMENT
Ekosistem mangrove merupakan salah satu komponen penting dari ekosistem pesisir di berbagai wilayah, termasuk di Pesisir Pantai Payangan Jember.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ekosistem mangrove merupakan sumber daya lahan basah di wilayah pesisir sebagai sistem penyangga kehidupan dan kekayaan alam yang nilainya sangat tinggi. Mangrove memiliki beragam manfaat jika ditanam secara berkelompok membentuk kawasan hutan.
Ekosistem ini memiliki peran ekologis yang vital dalam melindungi pantai dari erosi (menahan abrasi air laut), menahan badai dan angin yang bermuatan garam, penambat bahan-bahan pencemar (racun) di perairan pantai, menyediakan habitat bagi beragam flora dan fauna, serta mendukung mata pencaharian masyarakat pesisir.
Selain itu, mangrove juga bagus untuk menyerap karbondioksida (CO2) yang ada di udara. Mengutip dari World Bank, ekosistem ini memberikan perlindungan di garis pantai dari bencana terkait iklim dan bencana lainnya seperti badai dan tsunami serta mengurangi risiko banjir, genangan, dan erosi.
ADVERTISEMENT
Mangrove Indonesia juga membantu memitigasi dampak perubahan iklim karena menyimpan karbon dalam jumlah besar, yakni 3,1 miliar ton, setara dengan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sekitar 2,5 miliar kendaraan yang dikendarai selama satu tahun.
Indonesia adalah rumah bagi 3,5 juta hektare mangrove atau sekitar 23 persen dari seluruh mangrove yang ada di dunia, Akan tetapi, Indonesia mengalami degradasi mangrove yang signifikan setiap tahunnya.
Sebagian besar didorong oleh alih fungsi lahan untuk budi daya perairan seperti tambak untuk udang. Penyebab lainnya adalah alih lahan ke perkebunan kelapa sawit dan pengembangan pesisir untuk wilayah perkotaan (World Bank, 26/07/2021).
Kabupaten Jember adalah salah satu kabupaten pesisir (wilayah selatan) di Jawa Timur. Dikutip dari jurnal "Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Kabupaten Jember Coastal Community Empowerment Strategy in Jember Regency resources" yang disusun Prapti dan Betiri (2021), sebanyak enam kecamatan di antaranya merupakan kecamatan pesisir yang memiliki 11 desa pesisir.
ADVERTISEMENT
Desa-desa tersebut membentuk garis pantai sepanjang 115, 872 kilometer. Kawasan pesisir ini dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan seperti zona pemukiman, industri, pelabuhan, dan konservasi.
Salah satu desa pesisir, mencakup daerah wisata yaitu Pantai Payangan merupakan desa pesisir yang mengalami degradasi serius terkait ekosistem mangrovenya selama beberapa dekade terakhir. Penyebabnya adalah berbagai aktivitas manusia, alam, maupun alih fungsi lahan.
Kesadaran wisatawan yang kurang untuk menjaga kebersihan lingkungan juga mempengaruhi ekosistem mangrove, adanya dampak pembangunan tambak juga memberikan dampak serius terhadap ekosistem mangrove. Praktik-praktik atau aktivitas tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan, hilangnya habitat, dan penurunan populasi mangrove di pesisir Pantai Payangan hingga Teluk Love.
Ekosistem Mangrove di sekitar Tambak (Dokumentasi Pribadi, 17/09/2023)
Ekosistem Mangrove yang terdampak limbah tambak (Dokumentasi Pribadi, 17/09/2023)
Menurut penuturan Leksi, salah satu nelayan di sana, bahwa mangrove di sana dari dulu sudah banyak, tetapi karena adanya sampah yang datang dari hulu kemudian menyebabkan pencemaran.
ADVERTISEMENT
“Jadi sampah-sampah yang ada di sini, kebanyakan dari hulu. Kemudian adanya pembangunan tambak di sini juga ikut mencemari lingkungan, karena limbahnya yang dibuang ke sekitar sini menyebabkan pencemaran juga,” jelas Leksi.
Dari penuturan Bapak Leksi, di sana terdapat sebuah komunitas bernama Laskar Segoro Kidul yang ikut memberdayakan masyarakat di Pantai Payangan. Beliau juga menyampaikan bahwa, kegiatannya tidak selalu dilakukan, biasanya musiman atau jika mendekati acara-acara tertentu.
“Di sini juga ada komunitas yang memberdayakan dan memulihkan ekosistem mangrove, namanya laskar, semua nelayan disini ikut berpartisipasi,” terangnya.
Base Camp Laskar Segoro Kidul (Dokumentasi Pribadi, 17/09/2023)
Beralih pada Komunitas Laskar Segoro Kidul yang dikomandoi oleh Bapak Suparto, salah satu nelayan juga yang turut berkontribusi pada pelestarian ekosistem mangrove di pesisir pantai Jember selatan. Komunitas Laskar Segoro Kidul tidak hanya melakukan pemulihan ekosistem mangrove saja, akan tetapi juga bergerak dibidang sosial dan kemanusiaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Komunitas ini terdiri dari pemuda, masyarakat lokal, dan lain sebagainyanya. Pemulihan ekosistem mangrove di Pantai Payangan hingga Teluk Love sebenarnya hanya memerlukan adanya penjagaan (pelestarian) dan perawatan yang intensif.
Jika tidak diperkuat dengan adanya mangrove, maka dapat menyebabkan banjir atau abrasi. Akan tetapi, tempat yang belum ditanami mangrove rawan terjadi erosi.
“Karena jika kita tidak diperkuat dengan mangrove di sana, kurang lebih 7-8 tahun lalu, jika banjir bisa merembet ke arah timur,” kata Suparto.
Tambak yang dibangun di sekitar Pantai Payangan dan Teluk Love disisi lain memberikan dampak negatif pada ekosistem dan aktivitas nelayan. Jika aktivitas nelayan padat, biasanya limbah tambak akan bercampur dengan air laut dan menyebarkan bau tidak sedap hingga menyebabkan gatal-gatal.
ADVERTISEMENT
“Jika di tanggal 15 (tanggal Jawa), biasanya aktivitas nelayan padat dan air di wilayah itu bercampur dengan limbah tambak, baunya luar biasa hingga menyebabkan gatal-gatal. Hal ini sempat dipermasalahkan, akan tetapi tidak memiliki kuasa dengan adanya izin dan sebagainya,” jelasnya.
Adanya mangrove juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, akan tetapi terkendala pengemasan yang hanya dikelola oleh perseorangan saja. Perlu dana untuk merawat dan menjaganya. Komunikasi dengan pemerintah atau pengelola setempat juga menjadi upaya yang penting untuk mewujudkan keberlanjutan ekosistem ini.
“Kita sudah sampaikan pada pemerintah setempat, tetapi masih belum ada program. Kita berupaya untuk menjaga dan membersihkan sekitaran. Walaupun tidak dapat berbuat, setidaknya dapat terjaga, meski sampahnya juga tetap ada. Sampah ranting dan lainnya datangnya dari hulu,” imbuhnya.
Ekosistem Mangrove dan kambing yang ada disekitarnya (Dokumentasi Pribadi, 17/09/2023)
Bibit mangrove sendiri dikelola oleh masyarakat dengan mengambil bibit yang jatuh dari pohon mangrove besar. Akan tetapi terdapat kendala dengan cara tersebut. Kendalanya jika bibit itu jatuh, terkadang dimakan kambing.
ADVERTISEMENT
Jika ingin merawatnya secara intensif perlu adanya dukungan dana, contohnya untuk memagari bibit-bibit mangrove tersebut agar tidak rusak atau dimakan kambing. Masyarakat sudah menyadari terkait bahaya kenaikan air laut, sehingga masyarakat juga dapat mengantisipasi melalui pemulihan ekosistem mangrove ini, selain dibantu juga dari informasi BMKG jika sewaktu-waktu terjadi indikasi cuaca bukuk atau kenaikan air laut.
Kehadiran wisatawan yang membuang sampah sembarangan, sudah diupayakan masyarakat setempat untuk mengingatkan, menghimbau dan mengarahkan, bahkan juga sudah menyediakan tempat sampah, akan tetapi kesadaran wisatawan yang menjadi kendala utamanya.
Untuk memasifkan penanaman dan keberlanjutan mangrove, dorongan dari pemerintah juga sangat penting untuk menggerakkan masyarakat. Masyarakat sekitar berupaya untuk bersinergi menjaga wilayah ini. Harapan mereka untuk pemerintah, agar bisa turun langsung dan menertibkan lagi agar desa ini bisa menjadi desa wisata yang tetap lestari.
ADVERTISEMENT
“Dulu ada namanya pos darling (kelompok sadar lingkungan) dari Mahasiswa Universitas Jember yang membantu menjaga ekosistem disini juga, dikelola oleh mahasiswa tetapi sekarang sudah tidak ada karena sudah lulus,” terang Bapak Suparto.
Ekosistem Mangrove di seberang, di Teluk Love (Dokumentasi Pribadi, 17/09/2023)
Upaya pemulihan ekosistem mangrove di wilayah ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya ekosistem ini bagi keberlangsungan hidup masyarakat pesisir maupun lingkungan. Berbagai pihak, komunitas setempat dan mahasiswa dari berbagai universitas telah bekerja sama dalam upaya restorasi dan rehabilitasi mangrove.
Kegiatan ini mencakup penanaman mangrove, pembibitan dan perawatan mangrove, dan kampanye kesadaran lingkungan. Akan tetapi, kurangnya dukungan dari pemerintah setempat menjadi kendala pengelolaan dan pemulihan mangrove terkait dengan program yang belum ada maupun dana yang diperlukan untuk menunjang pemulihan ekosistem.
ADVERTISEMENT
Meskipun upaya pemulihan mangrove telah memberikan hasil yang positif, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah memastikan kesadaran dan partisipasi aktif wisatawan, pemerintah setempat dalam pelestarian mangrove. Selain itu, dampak limbah tambak juga dapat memengaruhi kesehatan ekosistem mangrove di masa kini maupun masa yang akan datang.
Upaya pemulihan ekosistem mangrove di pesisir Pantai Payangan Jember adalah langkah penting menuju pelestarian sumber daya alam dan keberlanjutan wilayah pesisir. Melalui pemahaman dan tantangan ekosistem mangrove, kita dapat memahami betapa pentingnya melindungi dan menjaga ekosistem ini untuk generasi mendatang. Dengan kerja sama semua pihak, kita dapat berharap melihat pemulihan ekosistem mangrove yang lebih lestari di masa depan.