Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Museum Sri Baduga dan Budaya Manusia Purba
16 November 2023 10:28 WIB
Tulisan dari Khashia Aurel Aqeela Rachmat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Spesies yang muncul pertama kali di muka bumi dan menyerupai manusia ada di muka bumi sekitar 3 juta tahun yang lalu, bersamaan dengan terjadinya zaman es (glasial) pada Kala Pleistosen. Ahli biologi membuat sistem klasifikasi yang menempatkan organisme manusia yakni jenis Homo erectus, Homo neanderthal, dan Homo sapiens dikelompokkan dalam satu keluarga, Hominidae.
ADVERTISEMENT
Museum Sri Baduga
Selain dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, Kota Bandung menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang sangat menarik. Salah satu peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya berada pada Museum Sri Baduga.
Museum Sri Baduga didirikan pada tahun 1974, dan diresmikan pada tahun 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Daud Yusuf dengan nama Museum Negeri Provisi Jawa Barat. Pada tahun 4 April 1990 berubah nama menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga. Nama Museum Sri Baduga berasal dari Raja Agung Kerajaan Sunda beragama Hindu yaitu Prabu Siliwangi III yang bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji.
Dalam Museum Sri Baduga, terdapat banyak sekali koleksi barang-barang sejarah Indonesia. Salah satunya adalah evolusi manusia. Terdapat beberapa jenis-jenis manusia purba di Indonesia yaitu: Meganthropus paleojavanicus, Homo soloensis, Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus Erectus, Homo floresiensis, Homo wajakensis, dan Homo sapiens. Pithecanthropus erectus atau bisa disebut juga Homo erectus merupakan sebuah penemuan penting dalam teori manusia. Pithecanthropus erectus adalah fosil yang menjembatani antara pra-human dan human. Secara evolusi manusia memiliki kedekatan dengan chimpanse, percabangan pertama dari chimpanse Anthropopitecus erectus.
ADVERTISEMENT
Budaya Manusia Purba
Kebudayaan adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia. Manusia dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan karena keduanya saling berkaitan erat. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yakni buddhayah, berarti bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yang memiliki arti mengolah atau mengerjakan.
Keberadaan manusia dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan hidupnya mendorong manusia untuk membuat peralatan sebagai benda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk untuk mempertahankan diri dari segala ancaman dan bahaya. Hal ini menyebabkan munculnya pikiran mereka untuk menggunakan benda-benda disekitarnya seperti kayu, batu, dan benda lainnya untuk mempertahankan hidupnya.
Australopithecus africanus adalah manusia pertama yang mengenal budaya, mereka menggunakan batu untuk memecahkan tulang. Lalu pecahan tulang tersebut digunakan untuk alat dan senjata. Mereka juga menggunakan ranting pohon untuk berburu binatang. Mereka hidup sekitar 3 juta tahun lalu di Afrika Selatan. Pada masa selanjutnya, sekitar 2 juta tahun lalu, Homo habilis sudah mengenal teknologi pembuatan alat batu, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hasil penemuan peralatan batu pada lapisan paling tua di Olduvai George, Afrika Selatan pada tahun 1959 oleh Louis dan Mery Leakey. Dapat dipastikan budaya batu kerakal ini adalah produk dari Homo habilis dikaitkan dengan konteks penemuannya. Sesuai dengan lokasi penemuannya, budaya ini di kenal sebagai Budaya Oldowan. Pada masa selanjutnya telah muncul berbagai jenis alat batu yang telah dikembangkan oleh manusia purba di berbagai daerah di dunia, seperti di Afrika Timur terutama di Ethiopia dan Tanzania, Asia (India, Cina, Indonesia, Dmainsi) dan juga di Eropa (Spanyol, Jerman, dan Perancis).
ADVERTISEMENT
Selanjutnya ada budaya Manusia Purba Sangiran. Budaya alat yang digunakan dan dikembangkan oleh manusia purba sangiran dapat dibagi menjadi dua yaitu; budaya alat batu, yaitu alat-alat yang dibuat dari bahan batu baik berupa batu masif maupun dari serpihan batu dan budaya alat tulang, alat-alat yang dibuat dari bahan tulang dan tanduk binatang.
Fungsi Alat Batu dapat diduga fungsi alat batu tidak khusus tetapi dapat berfungsi bermacam-macam untuk berbagai keperluan. Fungsi alat batu dapat diperkirakan dari ukuran, bentuk tajaman, dan perimping bekas pakai. Fungsi alat batu dibagi menjadi dua, yaitu: Alat batu masif/alat batu inti yaitu: kapak perimbas, kapak perimbas, kapak genggam cenderung digunakan untuk aktivitas yang memerlukan tenaga yang besar yaitu: memukul atau memecah, memotong, membunuh binatang, atau menggali tanah. Sementara Bola Batu berfungsi untuk berburu dengan cara dilemparkan setelah dikat dengan tali.
ADVERTISEMENT
Alat batu non-masif: contohnya serpih, bilah, serut cenderung digunakan dalam aktifitas yang lebih ringan contohnya: menguliti hewan buruan, mengiris, menyayat, atau memotong benda-benda dalam ukuran kecil.
Alat masif yang ditemukan di Sangiran antara lain:
Kapak Perimbas: Alat batu masif yang memiliki ciri pangkasan pada satu sisi permukaan. Kapak perimbas di Sangiran terbuat dari batu andesit. Kapak perimbas di Situs Sangiran ditemukan pada Formasi Kabuh dan Formasi Notopuro. Pada Formasi Kabuh, kapak perimbas ditemukan di sekitar Desa Dayu, Desa Brangkal, Ngebung, dan Krendowahono. Sementara pada Formasi Notopuro kapak perimbas ditemukan di sekitar Somomorodukuh, Desa Ngebung, Pungsari, Tegaldowo, Jatibaru, Brangkal, Ngrombo Bukuran, Cangkol, Jatibatur, dan Desa Krendowahono.
Kapak Penetak: Alat batu masif yang memiliki ciri bagian tajaman dibentuk dengan pemangkasan pada kedua muka, dari bagian ujung ke arah pangkal. Sering kali pangkasan dilakukan secara selang-seling pada masing-masing bidang, sehingga menghasilkan tajaman yang berliku. Kapak penetak di Sangiran dibuat dari batu andesit dan rijang. Kapak penetak di Situs Sangiran ditemukan pada Formasi Kabuh dan Formasi Notopuro, Pada Formasi Kabuh kapak penetak ditemukan di sekitar Desa Ngebung dan Krendowahono. Sementara pada Formasi Notopuro ditemukan di sekitar Desa Bukuran Ngebung, Pungsari, Karangasem, Ngrombo, Somomorodukuh, Brangkal, Jatibaru, dan Desa Jatibatur.
ADVERTISEMENT
Kapak Genggam: Alat batu masif yang dicirikan oleh pembentukan tajaman dengan pangkasan pada kedua muka yang meliputi seluruh atau sebagian besar bidang permukaan hingga menghasilkan bentuk-bentuk simetris, lonjong, atau meruncing ke arah ujung. Kapak genggam di Sangiran terbuat dari batu andesit. Di Situs Sangiran alat ini ditemukan pada Formasi Kabuh di Kertosobo, Desa Bukuran, seta pada Formasi Notopuro di Padas, Desa Ngebung.
Kapak Pembelah: alat batu masif yang memiliki cicri-ciri bentuk tajaman yang lebar dari hasil pangkasan di bagian ujungnya. Kapak pembelah di Situs Sangiran terbuat dari batu andesit. Di Situs Sangiran alat ini ditemukan pada Formasi Kabuh di Desa Manyarejo dan Desa Ngebung.
Budaya Alat Tulang, alat tulang adalah alat yang terbuat dari bahan tulang (termasuk tanduk) yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Alat tulang dibuat dengan cara memangkas sebuah tulang utuh pada bagain tengah secara miring dari pangkal ke arah jung atau sebaliknya, sehingga menghasilkan bentuk tulang yang runcing, kemudian pada bekas pangkasan dilakukan penggosokan. Pada umumnya bahan alat tulang adalah bagian tulang yang memanjang seperti bagian tulang kaki, tulang lengan, tulang telapak kaki, tulang rusuk dan dari tanduk binatang. Alat tulang di Situs Sangiran antara lain ditemukan di Blimbing, Tapan dan Grogolan Wetan. Fungsi alat tulang diperkirakan untuk mencungkil atau menggali umbi-umbian.
ADVERTISEMENT