Konten dari Pengguna

Permasalahan Pers: Hilangnya Potensi Jurnalisme Berkualitas

Khatibul Azizy Alfairuz
Seseorang yang tertarik menekuni bidang jurnalistik, penulis cerita dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
14 Februari 2023 15:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khatibul Azizy Alfairuz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar (Pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar (Pixabay.com)
ADVERTISEMENT
"Sekarang ini masalah yang utama menurut saya adalah membuat pemberitaan yang bertanggung jawab, karena masyarakat kebanjiran berita dari media sosial dan media digital lainnya, termasuk platform-platform asing, dan umumnya tidak beredaksi," ujar Jokowi pada pidato memperingati hari pers nasional 09 Februari 2023 lalu.
ADVERTISEMENT
"Algoritma raksasa digital cenderung mementingkan sisi komersial saja. Hanya akan mendorong konten-konten recehan yang sensasional. Sekarang ini banyak sekali, dan mengorbankan kualitas isi dan jurnalisme otentik," lanjutnya.
Kata-kata tersebut diucapkan oleh kepala negara bukan tanpa alasan. Hal itu merupakan permasalahan dunia pers yang orientasinya berubah. Sebelumnya, pers dibelenggu, tidak bebas dan tertekan.
Sekarang, dunia pers sangat bebas dan hal tersebut dijamin oleh undang-undang. Namun, apakah permasalahan pers selesai? Dengan berkembangnya media digital, media pers terpaksa beradaptasi pada perkembangan zaman.
Beralih dari media cetak ke digital membuat sebuah perubahan yang signifikan. Perubahan tersebut membawa permasalahan yang masih dialami pers saat ini.

Jurnalisme yang Tidak Bertanggung Jawab

Ilustrasi pers Foto: Nunki Pangaribuan
Jokowi menyebutkan tantangan pers sekarang adalah membuat pemberitaan yang bertanggung jawab. Jurnalisme secara harfiah mengacu pada catatan harian atau pada inti adalah memberitakan sebuah kejadian yang aktual.
ADVERTISEMENT
Peredaran informasi yang cepat akibat berkembangnya media digital membuat media sekarang berbondong-bondong mengedepankan kecepatan alih-alih memperkuat keakuratan sebuah berita. Pers yang tidak bertanggung jawab juga mengacu pada praktik penyebaran informasi yang salah atau menyesatkan, mempertontonkan berita, atau mengabaikan prinsip-prinsip dasar jurnalisme seperti akurasi dan fairness.
Permasalahan ini timbul ketika media menerbitkan tulisan dengan sumber yang kurang atau tanpa terlebih dahulu melakukan olah data dan verifikasi sumber tersebut. Dengan kecepatan penyebaran informasi, publikasi berita yang salah tersebut akan tersebar luar.
Meskipun media punya pengoreksian berita dan selanjutnya akan diterbitkan permintaan maaf, dampak daripada penyebarluasan berita yang salah tersebut sudah timbul. Hal ini bisa mengakibatkan kebencian dan kekacauan pada pihak yang dirugikan akibat informasi tersebut dan pada akhirnya menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap media.
ADVERTISEMENT
Faktor lain adalah media yang mengedepankan berita yang sensasional. Media mengedepankan sensasi untuk mendapatkan trafik yang tinggi. Media biasanya melakukan ini dengan memilih judul yang dramatis dan clickbait, berbeda dengan informasi yang dituangkan dalam tubuh berita. Ditambah dengan budaya warganet Indonesia yang kurang dalam membaca, menimbulkan konsekuensi pembentukan publik yang tidak sesuai kebenaran.
Baru-baru ini warganet ramai dengan headline Gaji Rp5 Juta Kena Pajak 5 Persen. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh menteri keuangan Sri Mulyani. Kebijakan itu menurunkan batas Penghasilan Kena Pajak yang pada aturan sebelumnya sebesar 4.5 juta.
Namun untuk melindungi golongan masyarakat bawah, Penghasilan Kena Pajak tersebut diubah menjadi Rp5 juta. Berdasarkan hal itu, seharusnya kebijakan tersebut seharusnya menimbulkan respons positif dari warganet.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, peristiwa itu menjadi sorotan karena reaksi publik yang negatif. Kurangnya konteks dan pemilihan judul yang tidak bertanggung jawab menimbulkan kekacauan di masyarakat.

Sulit Pemasukan Membuat Media Mengedepankan Trafik

Ilustrasi Pers Foto: Indra Fauzi
Dengan munculnya media digital, para pemain media cetak mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Alih-alih membaca informasi melalui media cetak, masyarakat lebih memilih membaca lewat ponsel pintar mereka dimanapun dan kapanpun.
Ditambah lagi, alih-alih membayar koran maupun majalah, mereka bisa mendapatkan berita secara gratis. Keadaan ini memaksa media cetak tertinggal dan tak sedikit yang mati akibat hal tersebut. Maka dari itu, untuk bertahan, solusinya adalah beralih ke digital dan mengubah model bisnis media.
Berbagai upaya yang disebutkan di atas dilakukan untuk meraup trafik dan pembaca. Dua hal itu merupakan kunci dari model bisnis kebanyakan media sekarang, yaitu iklan. Media digital sangat bergantung pada iklan sebagai pemasukan mereka. Semakin banyak trafik maka semakin banyak pula pendapatan yang diperoleh.
ADVERTISEMENT
Meskipun ada beberapa media yang sudah berani meninggalkan model bisnis tersebut dengan menerapkan langganan, tetapi masyarakat Indonesia masih terbiasa dengan informasi yang gratis dan enggan membayar untuk mendapatkan akses berita yang berkualitas.
Selagi masyarakat enggan membayar atas informasi dan berita yang dibaca, media akan terus melakukan berbagai upaya tersebut untuk memperoleh pendapatan. Hal itu, menghilangkan potensi jurnalisme bagus yang diperlukan untuk masyarakat.
Tidak cukup bagi pembaca untuk hanya mendapatkan informasi yang aktual. Pembaca perlu memahami informasi secara lengkap dan akurat. Maka dari itu, sangat penting bagi media untuk memberikan konteks dan informasi latar belakang terhadap suatu peristiwa. Pemberian konteks dan penjelasan merupakan potensi untuk menjadi jurnalisme yang berkualitas.
Jurnalis memberikan peranan yang sangat penting. Jurnalis perlu memberikan penjelasan dan konteks dari peristiwa yang sedang berlangsung serta memastikan bahwa data dan analisis yang mereka berikan dapat membantu pembaca dalam membuat keputusan.
ADVERTISEMENT
Dengan melakukan ini, mereka dapat memastikan bahwa berita yang mereka sampaikan bukan hanya terpisah dari fakta-fakta yang ada, tetapi juga merupakan gambaran yang kaya dan beragam dari dunia. Pemberitaan ini biasanya berbentuk berita mendalam dan sangat membantu pembaca dalam memahami dunia terhadap peristiwa yang terjadi.
Dalam banyak kasus, media yang berani menerapkan langganan kepada pembacanya memproduksi kualitas berita yang baik. Maka dari itu, ketergantungan media terhadap model bisnis iklan harus dikurangi. Terbukti dengan menerapkan model bisnis langganan yang dilayangkan kepada pembaca, media bisa leluasa memproduksi berita dan informasi yang berkualitas.
Media tidak lagi terikat pada trafik dan permasalahan seperti berita sensasional, clickbait pada judul dan pemberitaan yang tidak akurat dapat dikurangi. Meskipun masyarakat Indonesia masih tidak terbiasa untuk membayar berita, perubahan yang baik harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Konsistensi media dan perubahan serentak dapat dengan perlahan mengubah kebiasaan masyarakat. Sama seperti media cetak, media digital pun perlu untuk mereka bayar.