Konten dari Pengguna

Perencanaan SDM yang Berkelanjutan: Pengembangan Tenaga Kerja di Masa Depan

Ummu Qiyadah Al-Khawarizmee
Students of Public Administration Study Program at University of Muhammadiyah Bandung
6 November 2024 14:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ummu Qiyadah Al-Khawarizmee tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perencanaan sumber daya manusia (SDM) yang berkelanjutan merupakan kunci dalam membangun organisasi yang kuat dan adaptif di tengah perubahan global. Di Indonesia, perencanaan SDM yang berkelanjutan menjadi semakin penting seiring perubahan ekonomi dan perkembangan teknologi.
ADVERTISEMENT
Konsep perencanaan SDM yang berkelanjutan didukung oleh beberapa teori dasar. Pertama, Teori Human Capital (Modal Manusia) dari Gary Becker, ketika organisasi berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk karyawan, mereka menciptakan modal manusia yang dapat meningkatkan produktivitas serta inovasi dan dalam hal ini, fokus pada peningkatan kapasitas tenaga kerjanya dilakukan melalui pengembangan keterampilan yang berkelanjutan.
Kedua ada Teori Social Exchange (Pertukaran Sosial) dari Homans, teori ini menyatakan bahwa hubungan antara karyawan dan organisasi merupakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Karyawan yang merasa dihargai dan didukung oleh perusahaan akan lebih mungkin memberikan kinerja yang lebih baik.
Terakhir, Teori Kompetensi yang menekankan pada pentingnya pengembangan kompetensi yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan industri yang terus berubah. Teori ini menggarisbawahi bahwa organisasi tidak hanya perlu merekrut, tetapi juga mengembangkan keterampilan baru pada karyawan yang sudah ada, seperti kemampuan teknologi, analisis data, dan soft skills dsb.
ADVERTISEMENT
Namun, Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan globalisasi, digitalisasi, dan demografi yang terus berubah. Bonus demografi yang diproyeksikan akan terjadi pada tahun 2030 menghadirkan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia jika dapat dimanfaatkan dengan baik. Bonus demografi berarti Indonesia akan memiliki jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak dibandingkan penduduk usia nonproduktif, yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Namun, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memanfaatkan potensi ini. Menurut laporan World Economic Forum, keterampilan tenaga kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara dalam hal kemampuan teknologi dan digital. Sektor-sektor yang sedang berkembang seperti teknologi informasi, keuangan, dan manufaktur mengalami kesenjangan keterampilan yang signifikan karena tenaga kerja yang ada belum memiliki kemampuan yang relevan untuk memenuhi permintaan di era industri 4.0.
ADVERTISEMENT
sumber : https://pixabay.com/illustrations/time-management-scheduling-7258198/
Salah satu contoh tantangan SDM yang dihadapi di Indonesia terlihat dalam sektor manufaktur. Di tengah upaya pemerintah untuk mengembangkan industri 4.0 melalui program Making Indonesia 4.0, industri ini dihadapkan pada kenyataan bahwa lebih dari separuh pekerja tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam teknologi, otomasi dan digitalisasi. Menurut laporan dari Kementerian Perindustrian, banyak pekerja di sektor ini yang masih mengandalkan cara-cara manual dan belum siap beralih ke teknologi otomatisasi yang diperlukan untuk bersaing secara global.
Sektor perbankan juga menghadapi tantangan serupa. Di era teknologi finansial (fintech) yang terus berkembang, banyak lembaga keuangan di Indonesia kekurangan tenaga ahli di bidang teknologi, data, dan sistem keamanan digital. Akibatnya, mereka sering kali merekrut tenaga ahli dari luar negeri atau bekerja sama dengan konsultan internasional yang meningkatkan biaya operasional perusahaan.
ADVERTISEMENT
Dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut Indonesia membutuhkan perencanaan SDM yang berkelanjutan dengan fokus pada pengembangan tenaga kerja yang siap menghadapi masa depan. Berikut adalah beberapa kiat dan solusi yang dapat diterapkan:
1. Investasi dalam Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, Untuk menjembatani kesenjangan keterampilan, pemerintah dan perusahaan dapat bekerja sama dalam mengembangkan pendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Dengan pelatihan yang berfokus pada keterampilan digital dan teknologi, tenaga kerja akan lebih siap menghadapi tuntutan industri yang berubah. Program pendidikan vokasi di bidang teknologi, pemrograman, dan keterampilan teknis lainnya dapat menjadi langkah awal untuk mempersiapkan tenaga kerja di sektor-sektor seperti manufaktur dan teknologi.
2. Pengembangan Program Upskilling dan Reskilling, perusahaan perlu mengembangkan program upskilling (peningkatan keterampilan) dan reskilling (pelatihan ulang) agar karyawan yang ada memiliki keterampilan yang relevan. Misalnya, PT Telkom Indonesia telah menjalankan program pelatihan digital untuk meningkatkan keterampilan pegawai dalam bidang data dan teknologi. Program-program semacam ini membantu karyawan beradaptasi dengan perubahan teknologi tanpa harus mengganti seluruh tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
3. Mengadopsi Teknologi dalam Sistem Manajemen SDM, dengan mengadopsi sistem manajemen SDM berbasis teknologi seperti Human Resource Information System (HRIS), perusahaan dapat mengelola data karyawan dengan lebih efisien. Penggunaan HRIS memungkinkan perusahaan untuk memetakan kebutuhan keterampilan dan mengembangkan program pelatihan yang sesuai.
4. Membangun Ekosistem Kerja yang Fleksibel dan Inklusif, trend pekerjaan jarak jauh dan kebutuhan akan fleksibilitas menjadi semakin umum di era digital ini. Perusahaan dapat meningkatkan retensi tenaga kerja dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Selain itu, perencanaan SDM yang inklusif, seperti memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan penyandang disabilitas, dapat memperluas sumber daya tenaga kerja yang tersedia.
Perencanaan SDM yang berkelanjutan adalah elemen krusial bagi organisasi di Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi dan digitalisasi. Dengan mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan adaptif, Indonesia dapat memanfaatkan potensi bonus demografi dan meningkatkan daya saing tenaga kerjanya di pasar global. Melalui kolaborasi dengan institusi pendidikan, penerapan teknologi dalam manajemen SDM, dan pengembangan program pelatihan berkelanjutan, organisasi dapat menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi masa depan.
ADVERTISEMENT