Konten dari Pengguna

Modernisasi Literasi: E-book atau Buku Fisik, Mana yang Lebih Relevan?

Prinsessa Khayana Adhitya
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga
10 Desember 2024 13:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prinsessa Khayana Adhitya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku novel fiksi fantasy berjudul "Caraval" oleh Stephanie Garber.
zoom-in-whitePerbesar
Buku novel fiksi fantasy berjudul "Caraval" oleh Stephanie Garber.
ADVERTISEMENT
Modernisasi yang berkembang pesat setiap hari sering kali membawa perubahan besar, termasuk terhadap literatur. Buku fisik, yang telah lama menjadi simbol pengetahuan, kini menghadapi tantangan besar dari digitalisasi dunia literasi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil penjualan platform belanja digital Amazon, penjualan e-book memiliki peningkatan yang signifikan. Aplikasi asal Amerika tersebut mencatat bahwa penjualan e-book pada tahun 2024 mencapai 487 juta kopi, jauh melampaui penjualan buku fisik yang terjual 308 juta kopi. Hal ini dapat terjadi ketika harga penjualan buku fisik kian meningkat setiap harinya.
Apakah modernisasi sungguh mengancam keberadaan buku fisik? 
Pertanyaan tersebut masih menjadi perdebatan ketika literasi pada dasarnya adalah preferensi pembaca pada literatur yang mereka baca. Karena tentu saja, diluar penjualan Amazon, buku fisik masih menjadi pilihan utama para peminat literasi dalam genre yang cenderung fiksi dan religi ketika membeli suatu bacaan. 
Seiring berkembangnya zaman, suatu hal yang praktis menjadi minat banyak orang. Termasuk dalam literasi yang dapat dengan mudah kita cari dan beli melalui platform digital, pdf/e-book, bahkan audiobook. Hal-hal ini tentu saja menjadi salah satu ancaman untuk keberadaan buku fisik di pasar literasi. 
ADVERTISEMENT
Belum lagi karena penjualan e-book yang tidak membutuhkan tenaga atau bahan produksi, serta memiliki biaya produksi yang jauh lebih rendah, menjadi salah satu faktor utama mengapa harga e-book jauh lebih murah dibanding buku fisik. Hal ini berkontribusi pada peningkatan penjualan e-book. Argumen ini di dukung melalu perbedaan royalti yang di dapatkan penulis buku fisik dan e-book yang dikutip dari ruangbuku.id 
Secara pribadi, saya cenderung memilih buku fisik pada bacaan-baacan yang berat seperti buku filosofi, fiksi dengan genre fantasi, science, dan lain-lain. Menelisik setiap kata dengan jemari saya sembari memahami cerita merupakan salah satu hal yang saya gemari ketika memiliki buku fisik di tangan saya. Rasanya seperti dapat memahami bacaan seribu kali lebih mudah dibanding melihatnya secara digital. Membaca bacaan melalui buku fisik juga merupakan cara saya mengurangi ketergantungan pada penggunaan gadget di tengah kesibukan berkuliah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, buku fisik yang sudah selesai saya baca sering kali menjadi koleksi menarik untuk saya pajang di rak maupun meja belajar saya. Meskipun ketika selesai membaca, kecil kemungkinan saya untuk membaca ulang yang menjadikan hal tersebut memenuhi rak & meja belajar. 
Namun, saya juga lebih memilih menggunakaan e-book dalam hal novel fiksi ringan, pendidikan dan jurnal. Modernisasi memudahkan saya menemukan bacaan yang saya perlukan ketika membutuhkannya untuk studi juga mempercepat pekerjaan saya secara garis besar. 
Saat saya duduk di bangku SMA lalu pun, sebagian besar pembelajaran dilakukan dengan online. Seperti buku bacaan pelajaran yang sejak awal semester baru di unggah oleh tim IT sekolah untuk digunakan selama pembelajaran berlangsung membuat saya jarang menyentuh atau membawa buku fisik ke sekolah.
ADVERTISEMENT
Menurut pandangan saya sebagai seorang mahasiswi baru di studi Bahasa dan Sastra, e-book memiliki keuntungan bagi para peminat literatur di dunia modern ini tanpa mengurangi esensi yang ada di dalamnya—tentu saja dalam hal eksperiens memiliki kesenjangan tersendiri. E-book dengan harga yang lebih murah, memudahkan para pembaca untuk membaca di mana saja dan kapan saja, tentu menjadi daya tarik tersendiri yang terus membuatnya kian berkembang. 
Seperti salah satu teman dekat saya yang gemar membaca dan memiliki ratusan buku di rumahnya. Ketika saya melakukan wawancara spontan, saya bertanya apakah dia lebih memilih buku fisik atau e-book pada saat ini. Dengan lugas ia menjawab pertanyaan saya dan berkata bahwa kini ia lebih memilih e-book dibandingkan buku fisik.
ADVERTISEMENT
“Kalau sekarang nih ya, jujur lebih enak e-book. Menurutku lebih praktis dan gampang dibaca pas lagi gabut,” ujarnya menjawab pertanyaan saya.
Belakangan ini, ia baru membeli salah satu alat elektronik yang di desain khusus untuk membaca buku digital/e-book yang bernama Kindle. Menurut teman saya yang telah menggunakan alat tersebut selama 1,5 bulan, ia mengatakan bahwa tak peduli berapa lama ia membaca buku menggunakan Kindle, penglihatannya tidak terganggu, tidak seperti ketika ia membaca melalui buku fisik. 
“Biasanya kalau baca pakai buku yang biasa (fisik), sekali baca biasanya cuma sampai setengah buku aja dalam sehari atau beberapa hari. Tapi pas pakai Kindle, aku bisa langsung nyelesaiin satu buku sekali baca. Soalnya gak bikin mata sakit dan adiktif aja gitu,” jelasnya lebih lanjut memaparkan pengalamannya.
ADVERTISEMENT
Saat itulah ketika saya menyadari bahwa tak hanya harga dan kemudahan, e-book juga memiliki kelebihan dalam menjaga penglihatan para pembaca yang memilihnya. 
Namun, dibalik itu semua, baik buku fisik dan e-book memiliki keunggulannya dan kekurangannya masing-masing. Seperti buku fisik yang dapat memberikan pengalaman multisensori dengan adanya tekstur, aroma, dan bobot buku menawarkan para pembaca pengalaman yang imersif dan nostalgic namun juga berdampak pada deforestasi. 
Sedangkan, e-book, memudahkan para pembaca dalam pencarian instan, anotasi digital, juga penyesuaian font namun, dapat mengeluarkan jejak emisi karbon yang besar dalam sekali penggunaan. 
Pada akhirnya, hal yang perlu dilakukan adalah penyesuaian. Alih-alih melihat e-book sebagai suatu ancaman yang dapat menggantikan buku fisik, kita sebagai penikmat literatur dapat melihatnya sebagai alat baru yang dapat memberikan aksesibilitas pada pengalaman membaca yang fleksibel dan praktis. Selama minat terhadap karya literatur tetap ada, hal tersebutlah yang paling penting dalam literasi agar baik buku fisik maupun e-book dapat terus berkembang.
ADVERTISEMENT