Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Jurusan Keagamaan, Adakah Prospek Pekerjaannya?
12 Januari 2025 9:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Khodijah Rafifatunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak pernah terpikirkan oleh kedua orangtua, bahwa saya akan menganut jurusan keagamaan yang berbeda dengan kedua jejak mereka. Begitu juga dengan kelima kakak saya. Semua orang tahu betul bahwa semenjak kecil saya begitu menjunjung tinggi cita-cita saya untuk menjadi dokter. Dengan harapan bahwa saya akan menjadi seseorang yang merawat keluarga, khususnya kedua orangtua saya. Semua orang tahu betul, terutama sang ibu, bahwa nilai saya tidak pernah menjadi penghalang terhadap cita-cita besar itu. Meskipun sudah 3 tahun yang lalu, masih terlintas dalam benak saya, ketika sang guru tersenyum bangga dan mengatakan bahwa nilai saya lebih dari cukup untuk mengikuti jurusan apapun yang saya inginkan.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa yang menjadi masalah? Apa yang menjadi halangan saya untuk mengikuti jejak kedua orangtua saya, seperti insinyur layaknya sang ayah, atau ahli biologi seperti sang ibu? Mengapa saya tidak memilih untuk mengikuti jejak kakak-kakak saya di jurusan teknik, gizi dan kesehatan masyarakat atau layaknya kegemaran pemuda-pemudi di zaman sekarang, desain komunikasi visual? Dan lebih memilih jurusan agama yang tidak jarang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Salah satu hal yang masyarakat nilai dari jurusan keagamaan ini adalah, sulitnya prospek kerja begitu sudah lulus. Jika sudah lulus, memangnya mau jadi apa? Ustadz? Mengajar mengaji di masjid? Penceramah? Marbot? Dan berbagai komentar tidak mengenakkan lainnya. Jika dilihat dari alasan tersebut, dapat dimaklumi bahwa hal-hal tersebut berkaitan akan kekhawatiran masyarakat akan sulitnya mencari pekerjaan di zaman sekarang. Belajarlah untuk menjadi dokter, arsitek, konsultan keuangan, atau jurusan dengan prospek kerja yang jelas nantinya. Belajar agama di pesantren saja, dan lain-lain. Tak jarang juga, kalimat tersebut terlontar dari orang-orang di lingkungan sekitar saya.
ADVERTISEMENT
Tetapi, disinilah saya berada. Sebagai mahasiswa di salah satu cabang universitas Arab Saudi yang bertempat di Jakarta Selatan. Di kampus bernama Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) tepatnya. Salah satu kampus yang cukup masyhur diantara orang-orang yang mendalami berbagai jurusan keagamaan. Disini pula saya bertekad untuk mematahkan perspektif masyarakat tentang stereotip tidak mengenakkan tersebut. Saya berada di jurusan ekonomi. Betul, ekonomi dengan pengantar Bahasa Arab sebagai bahasa utama, dan Bahasa Inggris sebagai rujukan beberapa bahan referensi.
Mengenai prospek kerja, banyak peluang yang tersedia untuk semua lulusan pendidikan manapun. Begitu pula pendidikan keagamaan. Selain menjadi tenaga pendidik seperti guru, dosen, atau pengajar di pesantren dan majelis taklim, anda bisa menjadi diplomat, peneliti di Lembaga Keagamaan, atau staff Kementerian Agama jika anda menaruh perhatian serius di bidang pemerintahan. Selain itu, lulusan pendidikan agama Islam juga bisa berkarier menjadi pegawai bank. Ini dikhususkan bagi mereka yang menempuh perkuliahan dengan jurusan ekonomi syariah.
ADVERTISEMENT
Atau, jika anda ingin bekerja di bidang literatur, anda bisa menjadi penulis atau editor buku-buku keagamaan. Mengingat begitu banyak referensi ilmu agama yang mumpuni yang dibutuhkan masyarakat, tetapi terhalang oleh bahasa yang tidak dimengerti. Menguasai berbagai Bahasa, terutama dalam hal ini, Bahasa Arab, adalah suatu privilege yang mungkin tidak dimiliki oleh sebagian besar orang. Menjadi pemandu dalam tour Haji dan Umroh juga menjadi pekerjaan yang menarik mengingat banyaknya masyarakat Indonesia yang Haji dan Umroh tiap tahunnya.
Dapat disimpulkan bahwa, prospek kerja pendidikan keagamaan sebenarnya tidak sebatas menjadi guru saja, tetapi juga terbuka untuk dapat memperoleh pekerjaan yang baik dan bermanfaat. Pada dasarnya, manusia hidup untuk saling melengkapi. Banyaknya dokter, teknisi, insinyur dan profesi lainnya, perlu diingat bahwa ilmu yang mereka dapatkan sebelumnya adalah berasal dari guru. Anda juga salah besar jika memandang penceramah, guru pendidikan agama Islam di SD, SMP dan SMA, atau pengajar di majelis taklim dengan sebelah mata. Karena cikal bakal ilmu agama sesungguhnya adalah berasal dari mereka.
ADVERTISEMENT