Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Rasisme di Amerika Serikat: Munculnya Virus Sosial COVID-19
17 November 2022 8:29 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Khoira Akram Fauzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rasisme merupakan salah satu fenomena global yang hingga saat ini ironisnya masih dengan mudahnya ditemukan terutama di negara - negara barat, khususnya Amerika Serikat. Adapun korban rasisme disini didominasi warga Asia, terutama dari Cina. Namun apakah yang menyebabkan kembali meningkatnya kasus rasisme kali ini? Apakah terdapat keterlibatan politik di dalam virus sosial ini?
ADVERTISEMENT
Hal ini diawali dari menjelang pemilihan presiden November 2020, sentimen rasis anti China mulai muncul dan menyebar. Hal itu dipicu oleh pernyataan publik Presiden Trump dari Gedung Putih yang mengomentari ancaman penyebaran pandemi Covid-19 di Amerika Serikat tidak menjadi ancaman serius, karena hanya 'Kung Flu'. Menghindari tuduhan melakukan kesalahan dan mencoba melempar tanggung jawabnya sebagai presiden karena kurangnya kesiapan dalam menghadapi Covid, Trump secara sadar menciptakan isu baru rasisme. Dugaan 'Kung Flu' cepat menyebar, karena pandemi ini berasal dari China, Kota Wuhan, Provinsi Hubei.
Dampak dari konstruksi pemikiran yang disampaikan oleh Presiden Trump memberi pengaruh yang besar pada masyarakat Amerika Serikat, terutama bagi ras kulit putih. Bahkan pada beberapa bulan pertama pemerintahan Presiden Joe Biden pada tahun 2021 ditandai dengan serangkaian serangan terhadap warga Amerika keturunan Asia, khususnya China. Berbagai kejadian ini semakin merusak citra negara yang selama ini dikenal sebagai pendukung kebebasan, kesetaraan, dan pluralisme dalam masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Berbagai media melaporkan bahwa aksi kekerasan dilakukan secara brutal tanpa memandang usia dan jenis kelamin, termasuk lansia dan perempuan. Selain penembakan dan pembunuhan, media juga memberitakan laporan rasisme verbal terhadap orang Amerika keturunan Asia, khususnya etnis Tionghoa. Peristiwa tersebut terjadi di jalan raya, fasilitas umum, dan keramaian. Berbagai video memperlihatkan orang-orang di sekitar korban tidak berani bereaksi. Mereka yang berada di sekitar korban tidak ingin menjadi korban lain dari kejadian tersebut. Beberapa orang bahkan terkesan mengizinkan tindakan rasisme. Masyarakat mulai bereaksi dan mengecek kondisi korban setelah pelaku meninggalkan lokasi.
Beberapa video bahkan tidak menunjukkan reaksi publik bahkan setelah pelaku pergi dan menyerahkan semuanya kepada polisi. Warga kulit putih menunjukkan perilaku kontradiktif antara sebelum dan sesudah munculnya rasisme. Melihat kembali sejarah AS, aksi kekerasan terhadap warga keturunan Asia sudah jarang terjadi, apalagi secara masif dalam waktu singkat. Kasus baru di berbagai sarana dan taman angkutan umum semakin banyak ditemukan. Situasi ini berhasil menimbulkan ketakutan dan kecemasan bagi masyarakat keturunan Asia akibat hilangnya kepercayaan terhadap polisi. Kemiripan ciri fisik pada orang keturunan Asia, khususnya Tionghoa, Korea, dan Jepang memicu naiknya tingkat kekerasan rasisme fisik dan verbal.
ADVERTISEMENT
Lonjakan kasus baru-baru ini dalam kekerasan rasial anti - Asia telah mengungkap dua dimensi politik Amerika kontemporer yang kurang diperhatikan, namun semakin menonjol. Pertama, menunjukkan kegigihan rasisme kuno terhadap orang Amerika keturunan Asia yang telah lama terpinggirkan sebagai 'orang asing abadi' dalam masyarakat Amerika. Kedua, munculnya sentimen anti - Asia dan anti - Cina secara bersamaan ditengah konflik AS dan Cina atas pandemi dan perselisihan geopolitik lainnya menunjukkan bahwa pertimbangan rasial mungkin masih memainkan peran penting dalam pembentukan dan ekspresi sikap kebijakan luar negeri massal terhadap Cina sebagai sebuah kekuatan Asia yang secara historis dilihat melalui lensa rasial yang eksplisit.
Kasus kekerasan rasial terhadap warga keturunan Asia tentunya menurunkan kredibilitas Amerika Serikat secara keseluruhan. Hal ini memunculkan pertanyaan apakah Amerika masih menawarkan kebebasan, kesetaraan, dan kemakmuran bagi mereka yang menginginkannya? Para pemimpin Amerika harus menjawab semua pertanyaan ini. Mereka harus mampu memberikan tanggapan yang tepat atas meningkatnya ancaman terhadap pluralisme dan kepentingan bersama yang merupakan impian Amerika Serikat sejak kemerdekaannya pada tahun 1776.
ADVERTISEMENT
Para pemimpin AS saat ini dan masa depan harus menyadari bahwa persaingan AS dan Cina akan berdampak pada hubungan antara orang-orang dari ras yang berbeda pula. Konsekuensinya, solusi yang diambil pemimpin AS tersebut harus mampu meredakan ketegangan AS dan Cina dengan berbagai cara baik di tingkat domestik bahkan hingga tingkat global.