Perang Tagar #BubarkanMUI

Khoirul Anam
Peneliti PUSAD UMSurabaya
Konten dari Pengguna
30 November 2021 14:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khoirul Anam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ditangkapnya oknum yang yang diduga terindikasi dengan teroris memunculkan pro kontra di kalangan masyarakat, terutama di media sosial Twiter sampai muncul tagar #BubarkanMUI.
ADVERTISEMENT
Tidak mau kalah dengan hal tersebut kelompok pro atau pendukung MUI membuat tagar #DukungMUI sehingga viral di media sosial.
Tokoh islam pun banyak angkat bicara salah satunya mantan ketum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan desakan itu palsu yakni hanya merupakan manuver untuk mengalihkan perhatian dari masalah besar yang sedang dihadapi bangsa atau pelanggaran etika kekuasaan yang sedang didesakkan penyelesaiannya oleh sebagian rakyat.
Sebaiknya kita lihat saja dengan tersenyum apakah kelompok yang mendesak pembubaran MUI berani atau mereka adalah hanya kelompok pengecut yang Cuma bisa mengumbar kata-kata tapi tidak berani melaksanakannya kata beliau.
Pemerintah semestinya memberikan keterangan kepada publik untuk meminimalisir terjadinya konflik yang disebabkan adanya perang tagar ini, dan memberi imbauan agar saling menjaga perasaan, persatuan, toleransi dan saling menghargai.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Ikhtiar Densus 88 harus bertindak cepat, tegas, adil, transparan dan professional sehingga tiga orang yang tangkap yang terduga teroris kasusnya cepat terang menderang dan mungkin perang tagar ini tidak berkepanjangan sehingga pendukung pro kontra tetap saling menjaga marwah satu sama lain.
Kalau kita ingat tokoh ilmuan politik asal jerman yang bernama Elisabeth Noelle-Neumann lewat tulisannya yang berjudul the spiral of silence mengatakan bahwa dalam teori komunikasi media sering kali memberikan pandangan perhatian terhadap kelompok mayoritas lalu kemudian menekan kelompok minoritas.
Mereka yang berada di pihak minoritas terkadang lebih memilih diam dalam mengemukakan pandangannya. Karena seseorang yang berada pada posisi minoritas sering merasa kurang percaya diri dan bahkan merasa takut untuk menyampaikan pendapatnya, namun ketika berada dalam kelompok mayoritas justru akan sebaliknya merasa percaya diri dan terdorong untuk menyampaikannya kepada orang lain, Kuantitas pendukung pesan atau tagar penjadi penentu ketimbang isi pesan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian bahwa kelompok yang bisa menframing atau bisa meramaikan jagad raya Indonesia ini adalah iya yang mayoritas dan solidaritasnya tinggi memberikan dukungan terhadap kedua tagar tersebut.
Kemudian ketika dugaan kasus ini terbukti masuk pada jaringan teroris tertentu maka tentu harus menjadi intropeksi terhadap lembaga MUI sendiri karena jangan sampai kepercaan masyarakat yang selama ini cukup besar menjadi pudar cuma karena ada salah satu oknum tertentu.