Postmodern dan Relasi Sosial

Khoirul Anam
Peneliti PUSAD UMSurabaya
Konten dari Pengguna
15 November 2022 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khoirul Anam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Perkembangan pemikiran dan teknologi dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan di berbagai bidang, tentunya hal ini tidak terlepas dari sifat manusia yang keinginannya, hasratnya yang selalu ingin meningkat, kalau kembali pada masa sebelumnya tentu dianggap sebuah kemunduran karena tidak ada perubahan dan peningkatan, baik dalam pemikiran maupun tehknologi itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Demikian juga dengan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang, ada yang menyebut modernisme lahir untuk menghindari mengikuti aturan dan tunduk pada model konvensional, klasik atau bahkan disebut ketinggalan zaman kita dituntut untuk mengikuti kepada yang baru dan modern, tidak lama kemudian muncul postmodern untuk mengkeritik modernisme itu sendiri karena dianggap gagal mengangkat martabat manusia bahkan dianggap masa modernisme membawa kehancuran bagi manusia dan mengakibatkan manusia hidup menderita.
Ketika kita berbicara postmodern maka kita tidak asing dengan salah satu tokoh yang bernama Jean Baudillard yang mengemukakan bahwa era dimana konsumsi lebih massif ketimbang produksi, kalau direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa hitung komuditas konsumsi kita, mulai dari bangun tidur sampai berangkat kerja, contoh kecilnya yaitu kita tidur menggunakan sprei apa, terus kita berangkat kerja kita menggunakan kendaraan apa, dan pakai baju merk apa.
ADVERTISEMENT
Maka era ini sudah patut di koreksi apakah era ini akan membawa kehidupan kepada lebih baik atau bahkan sebaliknya ? pertanyaan ini harus segera manjadi refleksi kita bersama bagaimana kita mengkontrol diri kita.
Di Indonesia era ini sepertinya sudah memiliki tren tersendiri, berbagai aspek kegiatan atau pemikiran sudah banyak bergeser. Yang awalnya industri diciptakan untuk memudahkan masyarakat bergeser menjadi bagaimana meraih keuntungan sabanyak-banyak nya, dan di Indonesia sendiri sudah memasauki era yang dimana fenomena yang mengarah kepada era postmodern sepertinya marak terjadi,
Tidak lama ini beberapa media cetak maupun online sedang menyoroti aparatur sipil negara yang menggunakan barang mewah sperti pakaian kendaraan dan lain sebagianya, dan intitusi kepolisian merespon dengan membuat peraturan peraturan untuk anggotanya yang menampilkan barang-barang mewahnya di depan publik akan di sanksi sesuai dengan peraturan yang sudah di buat karena dianggap akan menimbulkan kesenjangan kelas sosial.
ADVERTISEMENT
Kalau kita melihat lebih jauh pada konsumsi barang lama dan baru atau barang mahal dan murah, hal ini sebenarnya telah menciptakan kesenjangan kelas sosial dalam masyarakat, menciptakan jarak yang dapat melemahkan solidaritas sosial. Bahkan disparitas ini dapat berdampak pada stereotip individu dan kelompok, seperti anak orang kaya dan anak orang miskin, atau orang kaya dan orang miskin.
Kalau kemudian era ini dianggap mampu menjawab kebutuhan masyarakat maka kemudian masyarakat akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sengaja dibuat oleh industri dengan didukung oleh iklan-iklan, dan masyarakat akan terjebak kepada bayang-bayang yang tidak ada batasnya, sehinngga tidak sadar bahwa hidupnya dikontrol oleh industri.