Berdamailah dengan Masa Lalu dan Mencintai Diri Sendiri

Khoirul Lutfi Pratiwi
berkuliah di Universitas Sebelas Maret
Konten dari Pengguna
23 April 2023 17:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khoirul Lutfi Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan self love. Foto: Asier Romero/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan self love. Foto: Asier Romero/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mencintai diri sendiri bukanlah hal yang mudah untuk sebagian manusia dengan banyak masa lalu dari setiap cerita yang sudah dialami.
ADVERTISEMENT
Menurut WHO menyebutkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi kesejahteraan (well-being) seorang individu yang menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Kesehatan mental atau jiwa yang sehat adalah keserasian yang sempurna atau integrasi antara fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam disertai kemampuan untuk menghadapi keguncangan-keguncangan jiwa yang ringan—yang biasa terjadi pada setiap orang—di samping secara positif dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan.
Kesehatan mental juga disebutkannya sebagai gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psychose) yang berawal dari tidak mampunyai orang yang menghadapi kesukaran-kesukarannya dengan wajar, atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri itu seperti frustrasi/tekanan perasaan, konflik/pertentangan batin, kecemasan (anxiety).
ADVERTISEMENT
Masa lalu adalah salah satu alasan dari banyak alasan mengapa manusia belum bisa berdamai dan menerima keadaan yang mengakibatkan sikap denial untuk kehidupan. Sudah banyak motivator, content creator, penulis, hingga influencer yang membahas soal pentingnya kesehatan mental bagi kehidupan dengan masing-masing cara dan penyampaian yang berbeda-beda.
Ilustrasi pria menyendiri saat patah hati. Foto: Shutter Stock
Namun, bagaimana bisa mental kita sehat jika masih banyak dendam pada masa lalu yang menghambat banyak jalan di masa depan. Putaran yang terus sama jika tidak ada tindakan dari diri sendiri sama saja dengan bunuh diri secara perlahan.
Banyak manusia yang belum sembuh total dari masa lalu yang pahit dengan cerita masing-masing yang sudah dialami. Masa lalu adalah suatu keadaan yang sudah terjadi dalam cerita yang jauh terlewati.
ADVERTISEMENT
Setiap orang pastinya memiliki masa lalu dalam cerita hidup yang berbeda-beda, mulai dari pahit, manis dan banyak lainnya. Tak sedikit masa lalu yang pahit menjadi sebab dan alasan manusia untuk membenci dirinya sendiri. Tak sedikit pula masa lalu membuat algoritma pikiran yang terus berputar pada satu hal yang sama.
Sejauh kita melangkah, sepanjang cerita hidup yang akan dilewati jika raga dalam diri belum bisa menerima dan memaafkan masa lalu dalam kehidupan, kita akan stuck dalam satu tempat yaitu, denial.
Banyak di antara kita yang masih berusaha untuk menyelesaikan masa lalunya masing-masing, dengan kadar cerita dan penyelesaian yang berbeda-beda, kita sudah cukup hebat dan pantas untuk merasa bangga kepada diri sendiri yang mau untuk terus berjalan dengan pikiran dan hati yang masih belum selesai pada masa lalu.
Ilustrasi perempuan. Foto: brizmaker/Shutterstock
Memaafkan adalah salah satu dari banyak kunci untuk bisa berdamai dengan masa lalu, terkadang sikap penerimaan tanpa diiringi dengan memaafkan itu menjadi ketidak seimbang emosial dalam diri. Memaafkan dan menerima diri sendiri pada masa lalu adalah dua hal yang berbeda namun dengan tujuan yang sama, menerima keadaan.
ADVERTISEMENT
Dengan menerima masa lalu kita bisa untuk melangkah ke masa depan, tapi jika kita belum mau untuk memaafkan masa lalu kita belum bisa untuk menerima cerita selanjutnya yang akan terjadi.
Dengan memaafkan, kita sudah bisa menerima akan banyak luka, keterpurukan dan kesedihan yang sudah dialami pada masa lalu. Hidup akan terus berlanjut, jika kita tetap dalam penolakan atas masa lalu yang terjadi, kebaikan akan begitu sulit masuk dalam cerita yang akan datang.
Dengan kita bisa memaafkan masa lalu, kita bisa untuk melihat sisi positif dari masa lalu yang selama ini hanya kita pandang sebagai luka. Kita akan mampu mengambil banyak pelajaran untuk hidup selanjutnya.
Selain itu, kita juga akan lebih berhati-hati untuk mengambil keputusan di masa yang akan datang. Belajar untuk memaafkan dan melapangkan hati dari semua yang terjadi, memanglah hal yang sulit untuk mencapai sebuah titik bisa berdamai dengan apa yang sudah membuat luka.
ADVERTISEMENT
Perlahan, semua butuh proses untuk mencapai hal itu. Namun, setidaknya kita tidak berhenti dan tidak terus berputar dalam algoritma pemikiran yang membuat kita tetap dalam posisi yang sama, keterpurukan.
Ilustrasi mencintai diri sendiri. Foto: Shutterstock
Dengan kita bisa memaafkan dan menerima keadaan di masa lalu, kita akan lebih tenang dan bahagia menjalankan hidup yang sekarang sedang dijalani. Mental dalam diri ikut serta merasakan ketenangan dan bisa untuk lebih fokus dalam merintis karier. Dengan kita yang sudah mau untuk berjalan perlahan sembari memahami keadaan serta memaafkan dan menerima adalah hal yang hebat.
Perjalanan untuk mencapai titik berdamai juga harus diiringi dengan doa dan kepercayaan atas keindahan yang nanti Tuhan berikan. Kita menjalani hidup dan cerita masing-masing, begitupun penyelesaian atas masa lalu yang kita rasakan. Hanya diri sendiri yang mengerti cara apa yang harus kita pakai untuk menjalankan hidup dan menerima keadaan yang sudah terlewati.
ADVERTISEMENT
Hidup dengan mental yang sehat, jiwa dan yang tenang, dan berdamai atas keadaan yang sudah terjadi atau Hidup dengan sikap denial yang akan terus berputar dalam algoritma pikiran dan menjalankan semua hal dalam hidup dengan kegelisahan, ketidaktenangan, dan emosi serta penolakan.
Itu semua kita yang memilih. Hidup adalah pilihan, jika tidak mau untuk memilih dan mengambil keputusan untuk masa depan yang lebih baik sama saja dengan kita yang melukai diri kita sendiri secara tidak langsung.