Resensi Novel Home Sweet Loan Karya Almira Bastari

Khoirun Nisa
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
22 November 2022 21:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khoirun Nisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto ini menggambarkan tentang novel home sweet loan. saya buat ilustrasi ini melalui media canva.
zoom-in-whitePerbesar
foto ini menggambarkan tentang novel home sweet loan. saya buat ilustrasi ini melalui media canva.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Novel Home Sweet Loan ini bergenre fiksi Metropop. Home Sweet Loan mengambil setting kota Jakarta. Namun, kali ini lebih menyorot kaum menengah dan perjuangannya. Karya sastra ini mengangkat cerita tentang masyarakat menengah yang tinggal di kota-kota besar dengan segala kehidupannya. Termasuk soal karir, percintaan dan bagaimana mereka berusaha untuk memperoleh aset utama di usia 30-an, yaitu rumah. Lika-liku generasi milenial yang bekerja di Jakarta dan ingin punya rumah inilah yang diangkat oleh Almira dalam Metropop terbarunya.
ADVERTISEMENT
Novel Home Sweet Loan memberikan gambaran sesungguhnya kaum kelas menengah (mepet bawah) “berjuang memiliki tempat untuk pulang.” Hidup generasi milenial di Jakarta tidak selamanya seindah penampilan anak-anak Jakarta pada umumnya. Setidaknya itu yang digambarkan oleh Almira Bastari dalam Home Sweet Loan. Kaluna, Tanisha, Kamamiya dan Danan bekerja di perusahaan yang sama yaitu di bank, tapi mereka menduduki posisi yang berbeda dengan Kaluna yang berada di bawah ketiga temannya.
Dengan gaji yang tidak sampai dua digit, Kaluna punya mimpi untuk beli dan pindah ke rumah sendiri dengan cara mengatur keuangannya dan hidup sangat hemat. Yang saya suka dari karakter Kaluna adalah kehidupannya yang relate dengan banyak orang di usia awal 30-an.
ADVERTISEMENT
Struggle dengan karir yang gitu-gitu aja dengan gaji yang cukup untuk kebutuhan hidup tapi tidak untuk menopang gaya hidup. Ikut membantu keuangan keluarga besar sambil berusaha mengikuti keinginan calon mertua yang membebaninya.
Bukan cuma Kaluna yang ingin punya rumah sendiri. Kedua sahabatnya Tanisha dan Miya pun punya memiliki cita-cita sama dengan alasan yang berbeda. Tanisha ingin punya rumah yang lebih nyaman untuk keluarganya. Demi inilah ia rela menjalani peran ganda sebagai ibu bekerja dan menjalin hubungan jarak jauh dengan suaminya. Home Sweet Loan memang tidak hanya menyorot tentang perjuangan memperoleh rumah impian. Ada juga berbagai konflik pahit manisnya kehidupan generasi milenial khususnya tema pernikahan dan percintaan.
Saya benar-benar mengapresiasi proses riset dalam novel ini. Setiap berburu rumah memberikan wawasan baru tentang cara memilih rumah yang baik. Di sini, penulis juga memberikan tips-tips mengatur keuangan meski tidak secara detail seperti mengatur anggaran dan tidak hidup boros. Topik yang diangkat oleh Almira memang lebih serius dari novel-novel sebelumnya. Tapi tetap dituliskan dengan bahasa yang ringan khas Almira.
ADVERTISEMENT
Penokohan dan percakapan dalam metropop ini menurut saya relate dengan kehidupan sehari-hari rakyat menengah ke bawah. Alur yang mengalir dengan santai membuat membaca buku ini seperti melihat teman sepermainan lagi ngobrol. Meski ringan, bukan berarti novel ini kurang berisi. Banyak hal yang bisa dipelajari khususnya soal literasi keuangan. Di antara gempuran hedonisme pada generasi milenial, masih ada sosok seperti Kaluna yang benar-benar mengatur keuangannya demi mewujudkan mimpi.
Tips mencari rumah impian pun bertebaran tanpa pembaca merasa digurui. Seperti harus waspada dengan harga rumah yang murah padahal lokasi dan bangunannya bagus. Atau jangan percaya dengan iklan “5 menit dari MRT”. Masalah parenting pun jadi isu menarik yang dibahas secara implisit.
Tapi ada sedikit yang mengganggu untuk saya, yaitu roasting terhadap seorang karakter yang berlebihan dan berulang. Juga timeline yang terlalu cepat. Terutama untuk percintaan Kaluna yang terlalu mulus dan manis di akhir. Mirip dengan drakor dengan tema Cinderella.
ADVERTISEMENT
Akhir cerita Kaluna dan sahabat-sahabatnya seolah menggantung. Enggak seperti umumnya di mana semua tokoh mendapatkan penyelesaian yang baik. Tapi mungkin ya begitulah hidup, ya. Ketika kita mendapatkan yang kita impikan ternyata belum tentu membawa kebahagiaan. Bisa jadi awal dari masalah baru.
Kesimpulannya menurut saya, novel Home Sweet Loan oleh Almira Bastari ini memberikan angin segar bagi pembaca setianya. Biasanya disuguhi life upper-middle class, sekarang jadi ada relatability buat rakyat jelata atau menengah ke bawah. Yang saya suka dari novel ini adalah topik yang disuguhkan menarik dan cukup antimainstream, dialog yang hidup , humoris, meski ada seriusnya juga, menyediakan sudut pandang yang berbeda dari tiap-tiap tokohnya, dan yang paling saya suka yaitu dengan diselipkannya bonus tips-tips finansial dan mencari rumah di Jakarta. Sedangkan yang saka tidak suka dari novel ini yaitu ada dialog yang berulang dan plot yang terlalu kentara di awal-awal.
ADVERTISEMENT