Place Attachment, Memori dan Lokasi : Kenapa Sebuah Tempat Bisa Sangat Bermakna?

Pernahkah kamu merasa terhubung secara emosional dengan suatu tempat yang bagi orang lain tampak biasa saja? Tempat seperti kedai kopi kecil, stasiun kereta, atau bahkan taman kota yang ramai dengan turis domestik dan warga lokal. Dalam psikologi, keterikatan ini dikenal dengan konsep place attachment, yaitu hubungan emosional antara individu dan tempat tertentu. Keterikatan ini bisa terbentuk karena berbagai faktor, seperti pengalaman pribadi, hubungan sosial, serta makna simbolis yang kita berikan pada tempat tersebut (Scannell & Gifford, 2010).

Memahami Place Attachment: Koneksi Emosional dengan Lokasi

Menurut teori tripartite model of place attachment oleh Scannell & Gifford (2010), keterikatan seseorang dengan tempat terdiri dari tiga dimensi utama:

Person : Faktor individual dan sosial yang membentuk keterikatan, seperti kenangan pribadi atau pengalaman bersama orang lain.

Psychological Process : Mekanisme psikologis seperti afeksi (emosi), kognisi (ingatan), dan perilaku yang berkontribusi dalam membangun keterikatan.

Place : Karakteristik fisik dan simbolis dari suatu lokasi yang membuatnya bermakna.

Sebagai contoh, tempat yang memiliki kenangan seperti tempat makan pertama yang kamu datangi ketika pergi berkencan akan lebih bermakna dibandingkan tempat makan acak yang kamu hampiri untuk menghilangkan lapar.

Nostalgia dan Peran Memori dalam Place Attachment

Salah satu faktor utama yang membentuk place attachment adalah nostalgia positif (Lewicka, 2011), yaitu kenangan indah yang dikaitkan dengan tempat tertentu. Nostalgia ini bisa meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang karena membantu mereka mengingat momen bahagia di masa lalu. Misalnya, taman kota yang sering kamu kunjungi bersama keluarga saat kecil bisa menghadirkan rasa nyaman dan kebahagiaan saat dikunjungi kembali.

Selain nostalgia, teori place identity oleh Proshansky et al. (1983) juga menyebutkan bahwa seseorang bisa mengaitkan tempat tertentu dengan identitas pribadinya. Tempat-tempat yang menjadi bagian dari perjalanan hidup kita bisa membentuk siapa kita hari ini, misalnya sekolah/kampus tempat kita belajar dan bertumbuh, atau rumah masa kecil yang penuh kenangan.

Orang-Orang yang Membuat Tempat Menjadi Bermakna

Menurut Relph (1976) dalam konsep sense of place, keterikatan terhadap tempat juga dipengaruhi oleh interaksi sosial yang terjadi di sana. Tempat yang pernah menjadi lokasi kebersamaan dengan orang-orang terdekat cenderung lebih bermakna karena kita mengaitkannya dengan hubungan emosional yang terbentuk di dalamnya. Sebuah kafe mungkin hanya sekadar tempat minum bagi sebagian orang, tetapi bagi seseorang yang sering berkumpul di sana bersama sahabat atau orang terkasih, tempat itu bisa menjadi simbol kenangan yang penuh makna.

Apa yang bisa dilakukan untuk menjaganya tetap bermakna?

Hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah menceritakannya dengan teman, bagikan melalui media sosial atau medium lain dalam bentuk foto atau tulisan. Kemudian berkunjung kembali ke tempat-tempat tersebut rasanya seperti ide yang bagus dan menyenangkan.

Secara psikologis, place attachment terjadi karena tempat tidak hanya sekadar lokasi fisik, tetapi juga memiliki keterikatan emosional yang terbentuk dari memori, interaksi sosial, serta makna simbolis yang kita berikan padanya. Konsep ini berkaitan dengan nostalgia, identitas diri, dan kesejahteraan emosional seseorang. Dengan memahami keterikatan ini, kita bisa lebih menghargai perjalanan hidup yang telah kita lalui dan terus menciptakan pengalaman baru yang bermakna.

Kalau kamu sendiri, di mana tempat yang sangat bermakna bagimu dan kenapa tempat itu menjadi istimewa, kamu bisa berbagi di sini dan tinggalkan jejakmu.

Place Attachment, Kedai Tjahaja Baroe, tempat makan di Kota Malang. Foto : Kholif Hawari