Konten dari Pengguna

Budaya Populer K-pop yang Menjadi Candu untuk para Remaja di Seluruh Dunia

Rositakhov
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
30 Desember 2020 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rositakhov tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : tribunnews.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber : tribunnews.com
ADVERTISEMENT
Budaya populer merupakan budaya yang sering terjadi dalam fenomena kehidupan khalayak sekarang ini. Banyak sekali aktivitas masyarakat yang ditentukan oleh budaya yang sedan terjadi. Salah satu contohnya adalah budaya populer K-pop dalam kehidupan remaja saat ini. Banyak sekali remaja di Indonesia saat ini yang menjadi candu terhadap budaya K-pop ini. Kebanyakan dari remaja-remaja tersebut kecanduan oleh idolanya masing-masing. Entah itu dalam segi penampilan ataupun perilaku. Mereka seringkali menghabiskan waktunya untuk meniru dan bertingkah layaknya idolannya.
ADVERTISEMENT
Penampilan yang sering kali mereka tiru adalah seperti menggunakan rok mini, tangtop, celana pendek, dan lain sebagainya. Bahkan tidak lupa juga mereka mengikuti bagaimana idolanya itu merias wajahnya. Make up yang mereka beli pun terkadang juga harus sama persisnya dengan yang idola mereka pakai. Tak jarang produk yang dibeli memiliki kisaran harga yang tinggi juga. Bahkan, mereka terkadang tidak memikirkan sisi negatif dan positifnya. Karena tak jarang pula mereka memiliki prinsip “yang penting punya yang sama”. Tanpa memikirkan manfaat apa yang akan didapat jika meniru dan mengikuti kehidupan idolanya.
ADVERTISEMENT
Tingkah laku para remaja yang menjadi penggemar idola Korea ini juga sugguh berbeda dari ciri khas dirinya sendiri. Bisa saja seeorang itu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti hidup di Korea. Contohnya adalah seperti mengonsumsi makanan khas dari Korea, padahal mereka belum tentu cocok dengan makanan-makanan tersebut. Ada juga yang cara bicaranya juga ikut-ikutan menggunakan logat Korea. Tingkah laku ini yang kerap sekali dilakukan oleh para remaja yang kecanduan budaya popule K-pop ini.
Dalam perjalannya, penggemar-penggemar dari artis-artis negara Korea ini memiliki kelompok masing-masing. Kelompok-kelompok tersebut didasarkan pada siapa idola yang disukai dan tiap-tiap kelompok memiliki namanya masing-masing. Kelompok-kelompok tersebut dinamakan fandom. Fandom basnaya terdiri dari penggemar-penggermar yang dalam jiwanya memiliki rasa yang fanatik tehadap idolanya. Fandom ini berfungksi untuk menjadi wadah mereka yang mencintai idolanya bergabung bersama-sama. Biasanya mereka merasa memiliki teman satu frekuensi dan akan merasa cocok. Menurut Joli Jenson, literatur mengenai kelompok penggemar dihantui oleh citra penyimpangan (Storey, 2006:158). Penggemar selalu dicirikan sebagai seseorang yang memiliki sifat kefanatikan yang tinggi. Bahkan dinyatakan sebagai perilaku yang dianggap berlebihan dan mendekati level kegilaan. Mengapa disebut demikian? Hal tersebut dikarenakan mereka para penggemar memiliki rasa terobsesiterhadap idolanya masing-masing. Mereka biasanya saat melihat konten-konten idolanya bisa berperilaku menjadi senyum-senyum sendiri, menangis, tertawa terbahak-bahak, mereka kehilangan, dan lain sebagainya. Bahkan tak jarang bila idola mereka dikabarkan memiliki pasangan atau pacar, para penggemar ini akan merasa tidak terima dan akan memberontak. Bahkan paling buruk mereka akan mnyerang orang yang menjadi pasangan idolanya tersebut. Ini adalah efek buruk yang biasa terjadi di kalangan penggemar.
ADVERTISEMENT
Penggemar K-pop dikenal menjadi penggemar yang loyal. Para penggemar ini tidak segan-segan pula untuk membeli barang-barang yang bersangkutan dengan idolanya. Padahal, jika dipikirkan secara rasional tindakan tersebut tidak ada manfaatnya, hanya menjadi kepuasan sementara saja. Karena untuk membeli barang-barang yang berhubungan dengan idola Korea ini harganya bisa saja mengelurakan uang yang tidak hanya sedikit. Barang-barag yang biasanya wajib dibeli bagi para penggemar adalah seperti album, lightstick, poster, photocard, juga merchandise.
Namun, menjadi penggemar K-pop saat ini juga telah dinyatakan bahwa memiliki efek yang poistif pula. Representasi fandom telah mengalami perubahan. Jenkisns mendeskripsikan bahwa fandom adalah sesuatu yang positif dan memberdayakan (Rayner, Wall, Kruger, 2004:147). Fandom merupakan salah satu cara khalayak dapat melakukan sesatu yang aktif dan bisa berpartisipasi dalam mengkreasikan makna dari sebuah teks dalam media.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini berfokus pada tingkah laku para penggemar K-pop yang berkaitan dengan motif mereka melakukan aktivitas konsumsi yang berdasar pada tingkat kepuasan masing-masing penggemar. Hal tersebut, ditunjukan pada ciri seorang penggemar saat dikomentari orang lain seperti
“apa sih beli barang nggak ada gunanya dan mahal begitu? Habisin uang saja”
Para penggemar akan menjawab dengan enteng dan percaya diri seperti berikut,
“ya nggak apa-apa lah, yang penting aku seneng dan aku ngerasa deket sama idolaku karena aku punya barang yang ori. Aku juga bisa bantu mereka dapetin penghargaan juga dengan aku selalu beli album mereka”. Dari percakapan tersebut bisa disimpulkan bahwa mereka para penggemar melakukan perilaku tersebut langsung dari hati tanpa ada paksaan untuk membeli. Konsumsi yang mereka lakukan lebih berbicara mengenai kenikmatan yang dicapai sebagai pelampiasan akan hasrat atau perasaan rindu yang terpendam terhadap sang idola (Nursanti, 2013).
ADVERTISEMENT
Peranan penting dalam perilaku populer ii adlah media. Seperti yang kita ketahui, media menjadi alat untuk menyebarkan berita dan informasi pada khalayak media. Media pun memanfaatkan budaya populer ini untuk mendapatkan keuntungan. Media menyediakan konten dan khalayak media menikmatinya. Media yang merupakan konvergensi dari beberapa media tradisional ini menjadi platform yang paling memadai bagi para informan untuk dapat memperoleh informasi produk Korea yang mereka butuhkan (Ridharyanthi, 2014). Bahkan media saat ini banyak memunculkan konten konten yang berhubungan dengan Korea sangat banyak Setiap khalayak yang mengkonsumsi informasi informasi akan melalui proses penerimaan pesan pada tatarankognitif dan bahkan hingga konatif atau terbentuknya perilaku akibat dari olahan informasi yang diperoleh (Ridharyanthi, 2014).
ADVERTISEMENT
Rosita Khovifah, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta