Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerpen: Terbitlah Harapan
18 Juni 2023 19:31 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Khoerunisa Mudiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di suatu kampus di Kota Tangerang Selatan, diramaikan oleh mahasiswa-mahasiswi. Hari ini adalah hari pertama dimulainya semester baru. Banyak mahasiswa-mahasiswi yang kebingungan mencari kelas di dalam besarnya gedung kampus itu.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Sheila. Dia seorang mahasiswi baru. Dia baru saja dari parkiran, dan sudah beberapa kali putaran dia kembali ke tempat parkir karena tidak menemukan kelasnya yang berada di lantai 5. Dia malu untuk bertanya. Sampai akhirnya dia menyerah, dia memberanikan diri untuk bertanya ke salah satu mahasiswi yang ada di hadapannya.
"Permisi, Kak. Maaf mau tanya. Ini lantai berapa ya?"
"Lantai 4, Kak."
"Oh baik, terima kasih yaa, Kak."
"Sama-sama, Kak."
Setelah bertanya, akhirnya Sheila bisa duduk tenang di dalam kelasnya. Tinggal menunggu dosen.
"Huft. Pagi-pagi bikin panik aja," gumamnya dalam hati.
Sheila berpikir untuk menghubungi kekasihnya, Rafeyfa yang biasa dia panggil Fefey. Sedangkan Sheila dipanggil Chechel. Mereka telah menjalin hubungan selama setahun.
ADVERTISEMENT
"Halo, Fefey. Aku udah sampe kelas nih," tutur Sheila kepada Rafeyfa.
"Oh yaudah, Alhamdulillah. Aku udah ada dosen nih, Chel."
"Okay, Fefey. Byee."
"Bye, Chechel."
Hari perhari berlalu. Sheila telah mempunyai banyak teman. Yaitu tiga teman perempuan, Bianca, Salsa, Aulia dan satu teman laki-laki, Reza.
Sepertinya Reza menyukai Sheila. Itu kata teman Sheila, Bianca. Bianca bilang, dia melihat gelagat mencurigakan dari Reza.
"Baru beberapa hari kenal udah suka aja, kan gak mungkin," pikir Sheila.
Karena Bianca orang yang ceplas-ceplos, dia pun dengan frontalnya bertanya kepada Reza.
"Eh, Reza. Lo suka ya sama Sheila?"
Tak perlu menunggu lama, Reza tersenyum dan langsung melihat ke arah Sheila seraya berkata, "Iya, abisnya Sheila cantik, sih."
ADVERTISEMENT
Sheila hanya bisa melongo mendengarnya.
"Heh, si Sheila mah udah punya cowok!"
"Ya gak papa. Sebelum janur kuning melengkung kan masih bisa diserobot."
Sheila malas meladeni perdebatan mereka, memutuskan untuk diam saja. Karena Sheila juga merasa heran, bisa-bisanya baru kenal beberapa hari malah mau mendekatinya.
Untuk menyelesaikan masalahnya dengan Reza, Sheila mengunggah foto mesra berdua dengan Fefey-nya di story WhatsApp. Berharap Reza akan me-notice-nya.
Benar saja. Tidak perlu menunggu waktu lama, Reza membalas story WhatsApp Sheila.
"Yailah, mesra amat," isi pesan Reza.
"Iyalah," balas Sheila.
"Yaudah, gue nyerah. Tapi gue mau deketin temen lo ah."
"Siapa?"
"Bianca hahaha."
"Dih kayak dia mau aja."
"Ya lo bantuin lah."
"Gak, deh. Lo usaha sendiri aja yaa. Semangat!!!"
ADVERTISEMENT
"DIH PELIT."
"BODO."
Begitulah percakapan mereka dalam WhatsApp Messenger.
Keesokan harinya. Sheila berangkat kuliah bersama Rafeyfa. Sheila diantar sampai ke depan pintu kelas oleh Rafeyfa. Setelah sampai, mereka berpamitan.
"Bye, Chel."
"Bye, Fey."
Saat ingin masuk kelas, Sheila dikejutkan oleh seseorang yang berdiri di lawang pintu.
"Aaaa, Reza! Lo ngagetin tau gak?!"
"Lebay banget. Orang gue diem aja dari tadi."
"Ya lo ngapain berdiri kayak patung di situ!"
"Ngeliatin orang bucin."
Sheila malas berdebat lagi. Dia pun memutuskan untuk masuk ke kelas melewati Reza. Tetapi Reza malah mengikutinya sampai ke tempat duduk Sheila.
"Lah, lo ngapain ikutin gue?"
"Nih. Gue cuma mau ngasih surat,"
"Surat dari siapa?"
"Buka aja."
Reza kembali ke tempatnya. Dan Sheila membuka dua amplop yang katanya berisi surat. Sheila pikir surat itu dari Reza. Ternyata bukan. Dalam kedua surat itu tertera nama Bobby dan Gama. Mereka adalah teman sekelas Sheila.
ADVERTISEMENT
Setelah membacanya, Sheila tampak kebingungan. Ternyata surat tersebut adalah surat cinta untuknya. Dia mengira setelah dia mengunggah foto bersama Rafeyfa, teman-temannya tahu bahwa dia mempunyai kekasih dan tidak akan ada yang berani mendekatinya.
Namun ternyata salah. Begitulah laki-laki. Tidak akan menyerah sebelum bahkan sesudah ditolak.
Dia juga bingung. Kenapa ketika dia memiliki kekasih, banyak laki-laki yang datang kepadanya. Tapi ketika dia sendiri, merasa kesepian, tidak ada satu pun laki-laki yang datang kepadanya. Mungkin memang inilah ujian dari hubungannya dengan Rafeyfa.
Sheila tidak mau membalas kedua surat tersebut. Dia memutuskan untuk mengunggah sekali lagi foto dengan Rafeyfa dengan caption "Sorry, but he's mine, and I'm hers."
Lalu, seorang laki-laki yang duduk di bangku belakang berteriak.
ADVERTISEMENT
"Jadi gue ditolak nih? Hmm okey."
Dia adalah Gama. Salah satu laki-laki yang mengirim surat kepada Sheila.
Waktu pulang tiba. Rafeyfa menjemput Sheila di depan kelasnya. Dia tersenyum kala melihat Sheila.
"Ya ampun cantik banget pacarku ini."
"Ih, apasi?!"
Mereka bergandengan tangan sambil berbincang.
"Chel, kok kamu unggah foto berdua terus sih?" tanya Rafeyfa. Dia penasaran karena Sheila jarang mengunggah foto berdua.
"Pengin aja."
"Tumben banget masa!"
"Gak papa biar orang-orang tau kalo aku punya kamu," ujar Sheila sambil tersenyum.
"Emang ada yang deketin kamu? Siapa orangnya?"
Karena Rafeyfa bertanya seperti itu, Sheila menjelaskan semuanya. Rafeyfa cukup gelisah. Dia takut Sheila pergi darinya. Beruntungnya dia memiliki kekasih yang setia kepadanya.
ADVERTISEMENT
"Fefey, aku cerita ini semua supaya kamu tau, kalo aku akan bertahan selama kamu masih mau bertahan juga sama aku."
"Kamu tau kan aku punya trauma dengan masa lalu aku. Dulu aku terlalu berharap dengan laki-laki sampai akhirnya Tuhan memisahkan kita. Itu bener-bener buat aku trauma, bahkan aku bener-bener terpuruk saat itu."
"Aku pernah bilang ke diri aku kalo aku gak akan berharap sama yang namanya laki-laki lagi. Karena aku bener-bener setrauma itu. Tapi pas ketemu kamu, gak mungkin aku gak berharap sama kamu, Fey. Aku gak mau cintaku gagal lagi. Tolong jaga cinta kita ya, Fey," jelas Sheila panjang lebar.
Rafeyfa paham betul apa yang dimaksud Sheila. Dia paham bahwa Sheila tulus kepadanya. Dia menjadi semakin ingin menjaga Sheila lebih lama lagi. Dia tidak ingin kehilangan Sheila.
ADVERTISEMENT
Memang benar kata orang. Tidak baik jika kita berharap dengan manusia. Karena ada Tuhan yang memegang takdir setiap insan. Tetapi saat kita merasa telah bertemu dengan orang yang tepat, harapan muncul tanpa bisa ditahan.
"Chechel, sayang. Kita emang gak tau kedepannya gimana. Tapi aku janji akan terus berusaha dengan berdoa supaya kita selalu bersama, Chel. Kamu juga berdoa terus yaa."
Sheila tersenyum. Itulah yang dia sukai dari Rafeyfa. Dia selalu berpikir realistis. Tidak seperti laki-laki pada umumnya yang hobinya memberi janji-janji manis tetapi tidak bisa menepatinya.
Mereka pun terus menjalani hubungannya. Mereka membiarkan hubungannya mengalir seperti air. Dan menunggu sampai waktunya tiba untuk menjawab takdir yang datang untuk mereka.