Konten dari Pengguna

Hegemoni Budaya dalam Kritik Sastra Poskolonial

Khoerunisa Mudiyanti
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Indonesia.
16 Juni 2024 13:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khoerunisa Mudiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Parajurit Perangmenjelajahipeta nia. Sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Parajurit Perangmenjelajahipeta nia. Sumber: pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teori pascakolonial atau disebut juga postkolonialisme muncul sejak tahun 1970-an. Salah satu faktor yang mendukung munculnya teori ini adalah ketidakpastian teori strukturalisme yang dipertanyakan pada pertengahan abad ke-20.
ADVERTISEMENT
Buku Orientalism karya Edward W. Said (1978) mengawali perkembangan teori ini. Said menjelaskan, orientalisme adalah gagasan tentang kekuasaan dan pengetahuan negara-negara Barat (penjajah) terhadap masyarakat Timur (yang terjajah). Said memperjuangkan kesetaraan dan keadilan. Gerakan ini menentang dominasi budaya dan pemikiran Barat terhadap negara-negara Timur, yang sering disebut sebagai "Dunia Ketiga".
Hegemoni merupakan suatu sikap “kekuasaan” yang berupaya mengubah identitas budaya suatu masyarakat dan terdapat pada orientalisme budaya Barat atas budaya Timur. Jadi ada dominasi budaya karena budaya lain mengadopsi budaya negara terjajah.
Ilustrasi buku lama. Sumber: pixabay.com
Penjajah Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun. Kemudian hegemoni budaya negara kolonial juga berdampak pada Indonesia. Oleh karena itu, sastra Indonesia mungkin mengandung unsur kolonial.
ADVERTISEMENT
Penulis atau pengarang adalah orang yang hidup bersama orang lain. Penulis satu dengan penulis lain (peneliti) sama-sama mengalami perubahan budaya yang dipengaruhi oleh dominasi budaya seiring berjalannya waktu. Masyarakat sekitar Nusantara juga mempunyai dampak langsung terhadap hegemoni budaya bangsa kolonial.
Karya sastra dapat menyampaikan sistem kearifan dan pendekatan terpadu terhadap hegemoni budaya. Dengan demikian, karya sastra dapat dibedah, dianalisis, atau dikaji dengan menggunakan teori poskolonial. Dua-duanya saling bersinggungan jika dilihat dari perubahan atau pergeseran budaya masyarakatnya yang menjadi pengaruh unsur-unsur kolonialisme.