Konten dari Pengguna

Era New Normal, Pembelajaran Tatap Muka atau Jarak Jauh?

Khusnul Khotimah
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23 Juni 2020 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khusnul Khotimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber: www.kompasiana.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber: www.kompasiana.com
Pemerintah telah melaksanakan masa “New Normal” atau kenormalan baru pada awal bulan ini. Hal ini tentunya memerlukan banyak persiapan yang harus dilakukan untuk menghadapi kehidupan yang erdampingan dengan virus Corona. Persiapan yang matang pun juga harus dilakukan pada bidang Pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pendidikan menjadi salah satu sektor penting yang berguna bagi masa depan suatu bangsa. Penyebaran Covid-19 yang begitu cepat menyebabkan pelaksanaan pendidikan di Indonesia memiliki beberapa kendala. Salah satunya terletak pada penggunaan sistem pembelajaran yang harus disesuaikan dengan kondisi pandemi.
Pada masa pandemi, sistem pembelajaran tatap muka tentunya menjadi suatu hal yang sulit untuk dilakukan, mengingat penyebaran virus corona yang sangat cepat dan telah menginfeksi jutaan orang di dunia. Oleh karena itu, sistem Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ lah yang menjadi alternatif agar pendidikan di Indonesia tidak mengalami kelumpuhan.
Namun, pada masa “New Normal” ini, tentunya hampir seluruh aktivitas masyarakat kembali seperti semula. Tak terkecuali, bidang pendidikan yang juga tengah dipersiapkan untuk turut serta dalam masa kenormalan baru ini.
ADVERTISEMENT
Wacana New Normal dalam Bidang Pendidikan
New Normal atau yang bisa disebut dengan kenormalan baru telah dijalankan oleh beberapa sektor di Indonesia. Wacana kenormalan baru dalam bidang Pendidikan juga tentunya sudah dirancang dan direncanakan oleh pemerintah. Contoh langkah yang diambil pemerintah, ialah memetakan beberapa daerah yang berada dalam zona hijau untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode tatap muka pada tahun ajaran baru. Tetapi, hal tersebut hanya berlaku pada pendidikan di tingkat awal seperti PAUD dan SD, serta pendidikan menengah.
Namun, wacana tersebut dilakukan secara bertahap sekaligus diiringi dengan aturan atau protokol kesehatan yang harus dipatuhi oleh seluruh partisipan pendidikan dalam melaksanakan metode belajar tersebut. Panduan penyelenggaraan pembelajaran pada masa New Normal ini salah satunya, ialah kesiapan setiap sekolah yang berada di zona hijau. Seperti, memiliki fasilitas yang bersih, kesiapan menerapkan area wajib masker kain atau tembus pandang (untuk disabilitas rungu), mampu mengakses fasilitas layanan kesehatan dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga menekankan untuk meminimalkan jumlah peserta yang dapat hadir dalam kelas dengan menggunakan sistem sif atau bergantian. Tentu saja siswa tetap harus menjaga jarak 1.5 m, rajin cuci tangan, dan memakai masker kain.
Namun seperti yang tertera dalam panduan tersebut, jumlah masker kain yang dipakai minimal dua lapis yang didalamnya juga masih diisi dengan tisu. Hal ini tentunya bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan oleh para pelajar, khususnya pada tingkatan dasar, karena mereka pasti akan merasa sesak atau panas saat menggunakannya. Belum lagi, anak-anak yang masih kecil seringkali tidak mengerti dengan peraturan dan memiliki kemungkinan besar untuk melanggarnya. Peraturan itu lah yang seharusnya dipertimbangkan lagi oleh pemerintah terhadap pelaksanaan pendidikan dalam era New Normal.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Tatap Muka atau Jarak Jauh?
Pada era atau masa New Normal ini, sistem pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah kembali pada pembelajaran tatap muka. Walaupun saat ini yang direncanakan hanya pada beberapa daerah, namun bukan tidak mungkin beberapa bulan ke depan kebijakan ini akan diberlakukan pada seluruh daerah, tentunya dengan melihat kondisi di masa pandemi.
Saat sebelum New Normal ini diberlakukan, bidang pendidikan menjadikan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagai metode alternatif. Sistem tersebut menggunakan kecanggihan teknologi saat ini sebagai alat utama pembelajaran. Seperti penggunaan aplikasi meeting, Whatsapp, Telegram, dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan seluruh siswa tetap dapat melaksanakan kegiatan belajar walaupun berada di rumah.
Penggunaan metode tersebut memiliki beberapa kendala karena perubahan kebiasaan yang terjadi pada seluruh siswa, guru, serta lembaga sekolah. Contohnya ialah gangguan sinyal, terbatasnya kuota siswa atau guru, perlunya memodifikasi metode belajar yang dilakukan oleh guru atau dosen, tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang rendah, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Hal tersebutlah yang dijadikan pertimbangan oleh pemerintah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Belum lagi, banyaknya masyarakat yang mengeluh karena telah terlalu lama beraktivitas dan belajar dari rumah. Sehingga menyebabkan pembelajaran jarak jauh menjadi tidak terlalu efektif.
Namun, jika melihat pelonjakan pasien yang positif Corona saat ini, maka sebaiknya pembelajaran secara tatap muka ini hendaknya ditiadakan sama sekali. Walaupun, rencana awalnya hal tersebut akan dilaksanakan hanya pada wilayah zona hijau, hal itu tidak menjadi jaminan keselamatan bagi para siswa ataupun guru.
Penyebaran Covid-19 ini sangatlah cepat. Kita harus mempertimbangkan kemungkina-kemungkinan terburuk jika hal tersebut dilakukan. Misalnya, bagaimana jika ada seorang siswa atau bahkan guru yang bertempat tinggal pada kawasan zona merah, kuning, atau oranye, namun ia bersekolah di kawasan zona hijau, maka bukan tidak mungkin seseorang itu menjadi carrier dan menyebarkan virus pada teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memanglah masih memiliki beberapa kendala, namun setidaknya metode tersebut dapat menekan angka pasien tertular virus mengerikan ini (khususnya pada tingkat pelajar dan anak-anak). Walaupun pemerintah telah menerapkan era New Normal, tetapi pada dasarnya wabah ini sama sekali belum selesai. Virus ini masih mengintai masyarakat walaupun dalam penerapan kenormalan baru. Oleh karena itu, alangkah bijaknya jika pemerintah, lembaga sekolah, bahkan para orangtua atau pelajar, mau mempertimbangkan lagi rencana untuk melakukan atau kembali ke sekolah demi melaksanakan pembelajaran secara tatap muka.