Dopamine Detox : Mengurangi atau Menghilangkan Kesenangan?

Kian Mulia Hatti
Mahasiswa Program Studi Psikologi di Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
24 November 2022 21:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kian Mulia Hatti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source : Mohamed Hassan/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Source : Mohamed Hassan/Pixabay
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari manusia cenderung memilih aktivitas yang mudah namun memberikan banyak kesenangan. Misalnya menonton Netflix atau scrolling media sosial. Mengapa demikian?
ADVERTISEMENT
Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Hal tersebut terjadi karena di dalam otak manusia terdapat suatu molekul zat kimiawi yang disebut Dopamine. Dopamine atau yang biasa disebut happy hormones adalah neurotransmitter yang bertanggung jawab atas perasaan senang. Dopamine terkonsentrasi di beberapa area otak. Area Substantia Nigra dan Ventral Tegmental di otak tengah adalah area terbesar di mana Dopamine terkonsentrasi. Area lain yang termasuk adalah Hipotalamus, Ofactory Bulb, dan Retina.
Dopamine akan merangsang otak manusia untuk mengulangi suatu aktivitas jika aktivitas tersebut membuat seseorang merasa senang. Ada banyak aktivitas yang dapat meningkatkan Dopamine dalam otak manusia. Misalnya rutin berolahraga, memakan makanan yang disukai, meditasi, dan lain-lain. Namun, tidak sedikit juga cara untuk mendapatkan kesenangan secara instan. Salah satunya adalah dengan bermain media sosial.
ADVERTISEMENT
Ya, hanya dengan sentuhan jari dapat meningkatkan Dopamine. Misalnya ketika kamu menonton video lucu di Instagram dan merasa senang, kamu akan tertarik untuk mencari video lucu lebih banyak lagi. Selain itu, ketika kamu memperoleh pesan atau notifikasi di ponsel, kamu juga akan merasa senang. Saat itu lah otak memproduksi Dopamine.
Meskipun terlihat mudah, hal tersebut tentu saja memiliki efek samping. Dopamine yang diperoleh dengan cara instan dapat menurunkan motivasi seseorang untuk mendapatkan sesuatu. Selain itu, hal tersebut juga dapat menurunkan system reward dalam otak manusia. Ketika terbiasa memperoleh kesenangan dengan cara instan, seseorang akan menjadi enggan berusaha lebih untuk mendapatkan kesenangan. Misalnya belajar supaya mendapatkan juara kelas. Ketika system reward dalam otak menurun, seseorang akan cenderung menjadi pribadi yang malas, mudah bosan, cepat menyerah, tidak fokus, bahkan kecanduan.
ADVERTISEMENT
Ya, kecanduan internet. Kecanduan internet didefinisikan sebagai keadaan gugup dan agresif yang berlebihan ketika dilarang menggunakan internet (Arısoy, 2009: 56). Kata ini tidak lagi asing di era digital. Bahkan, menurut We Are Social 2022, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia. Sejumlah 204,7 juta pengguna internet dan 191, 4 juta adalah pengguna media sosial aktif.
Pernahkah kamu tetap memainkan ponsel ketika sedang berbincang dengan orang lain? Alih-alih menyimak pembicaraan orang yang ada denganmu, kamu justru berbalas pesan dengan seseorang yang tidak ada denganmu. Perilaku tersebut bisa menjadi salah satu tanda bahwa kamu kecanduan media sosial. Lalu adakah solusi yang tepat?
Solusi datang bersama tantangan. Salah satunya adalah Dopamine Detox atau Dopamine Fasting yang diperkenalkan pertama kali oleh Cameron Sepah di University of California, San Francisco. Dopamin Detox adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membatasi perilaku impulsif, terutama membatasinya dari teknologi dan media sosial. Menurut Cameron Sepah, Dopamine Detox tidak berarti menghindari semua kesenangan. Namun, Dopamine Detox berfokus pada perilaku yang merugikan atau merusak system reward dalam otak manusia. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dopamine detox :
ADVERTISEMENT
1. Singkirkan stimulus (ponsel). Ketika kamu terbiasa mencari ponsel saat bangun tidur, mulailah meletakkan ponsel di tempat yang jauh dari tempat kamu tidur.
2. Lakukan kegiatan yang tidak melibatkan stimulus (ponsel). Alih-alih memainkan ponsel di pagi hari, kamu bisa melakukan kegiatan alternatif seperti berolahraga, journaling, atau membaca buku.
3. Meng-uninstall aplikasi yang membuatmu melakukan perilaku impulsif.
Adapun jadwal yang dapat kamu ikuti untuk melakukan Dopamine Detox jika kamu belum mampu untuk melakukannya sepanjang hari. Pertama adalah 1-4 jam di penghujung hari. Hal ini dapat dilakukan jika kamu memiliki pekerjaan yang menuntutmu untuk menggunakan media sosial. Kedua, 1 hari di akhir pekan. Misalnya, hari minggu. Daripada mengisi akhir pekan dengan menghabiskan waktu di media sosial, kamu bisa melakukan aktivitas lain seperti lari pagi, berkumpul dengan keluarga, dan lain-lain. Ketiga, kamu dapat melakukan Dopamine Detox pada satu akhir pekan per kuartal (3 bulan sekali).
ADVERTISEMENT
Lalu, kapan waktu yang tepat untuk melakukan Dopamine Detox? Jika kamu merasa bahwa kebiasaan kamu scrolling media sosial membuat kamu menunda pekerjaan yang lebih penting, merasa tidak bisa lepas dari media sosial setiap waktu, mengganggu kinerja kamu, merasa sedih jika tidak mendapat feedback sesuai yang kamu harapkan di dunia maya maka artinya kamu membutuhkan Dopamine Detox untuk meningkatkan system reward dalam otak kamu!