Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
SDGs dan Ekonomi Hijau: Eropa Menjadi Pemimpin Transisi Energi Berkelanjutan
8 Januari 2025 13:14 WIB
·
waktu baca 10 menitTulisan dari Kiki Damayanti Buulolo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sustainable Development Goals (SDGs) dan ekonomi hijau di Eropa adalah dua konsep yang sangat terkait dengan upaya negara-negara di kawasan tersebut untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. SDGs, yang terdiri dari 17 tujuan yang disepakati oleh negara-negara anggota PBB pada tahun 2015, mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengentasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, hingga aksi terhadap perubahan iklim. Uni Eropa (UE) telah mengintegrasikan SDGs ke dalam kebijakan mereka dan mengadopsi berbagai inisiatif untuk mendukung pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Misalnya, dengan meluncurkan European Green Deal, yang bertujuan untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050 dan mengurangi emisi gas rumah kaca setidaknya 55% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada 1990.
ADVERTISEMENT
Salah satu aspek penting dari komitmen Eropa terhadap SDGs adalah integrasi tujuan-tujuan ini dalam kebijakan ekonomi dan pembangunan mereka. Negara-negara Eropa berusaha untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta meningkatkan kualitas hidup dengan cara yang tidak merusak lingkungan. Sebagai bagian dari itu, kebijakan-kebijakan seperti pengurangan emisi gas rumah kaca, pengelolaan sumber daya alam secara efisien, dan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan telah diutamakan.
Ekonomi hijau sendiri menjadi inti dari kebijakan-kebijakan tersebut. Konsep ekonomi hijau berfokus pada pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan efisiensi penggunaan sumber daya alam. Negara-negara Eropa telah mendorong ekonomi hijau melalui berbagai kebijakan, seperti pengembangan energi terbarukan, kendaraan listrik, dan energi efisien. Inisiatif seperti European Green Deal bertujuan untuk menjadikan Eropa sebagai ekonomi yang lebih hijau, dengan berfokus pada pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil dan peningkatan investasi dalam energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Eropa juga aktif dalam menerapkan ekonomi sirkular, yang berfokus pada pengurangan limbah dan daur ulang. Negara-negara seperti Jerman dan Swedia telah menjadi pelopor dalam hal ini, dengan sistem yang mendorong penggunaan kembali produk dan pengelolaan limbah secara lebih efisien. Dalam hal ini, ekonomi sirkular menjadi bagian dari model ekonomi hijau yang bertujuan untuk menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam.
Komitmen Negara Eropa terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Uni Eropa memberikan kontribusi positif dan konstruktif terhadap pengembangan Agenda 2030. Dimana Eropa berkomitmen untuk menerapkan SDGs dalam semua kebijakan dan mendorong negara-negara Uni Eropa untuk melakukan hal yang sama. Sebanyak 17 SDGs telah ditetapkan, dengan 169 target terkait, yang akan dicapai pada tahun 2030. SDGs ini mengatasi tantangan global yang dihadapi dunia dan menangani semua dimensi pembangunan berkelanjutan, secara seimbang dan terpadu.
ADVERTISEMENT
Melalui kemitraan internasionalnya, UE mengupayakan kemajuan menuju SDGs yang relevan bersama dengan prioritas UE - mulai dari perancangan hingga implementasi dan pelaporan. UE dan Negara-negara Anggotanya merupakan donor utama bantuan pembangunan resmi (ODA) secara global. Pada tahun 2022, mereka secara kolektif menyediakan €92,8 miliar (berdasarkan angka awal OECD), yang mencakup 43% dari bantuan global.
Sejak Desember 2021, UE meluncurkan Global Gateway , strateginya untuk investasi berkelanjutan dalam infrastruktur secara global. Global Gateway akan berkontribusi langsung terhadap kemajuan pada berbagai SDG yang saling terkait, terutama melalui investasi dalam infrastruktur transportasi, energi dan digitalisasi, serta kesehatan dan pendidikan. Tinjauan Sukarela UE pertama mengenai Implementasi Agenda 2030 (EUVR) menunjukkan bagaimana prioritas Komisi, seperti Kesepakatan Hijau Eropa, membantu mendorong transformasi yang diperlukan di dalam negeri dan global untuk mewujudkan SDG, tanpa meninggalkan siapa pun. Prioritas ini saling terkait dengan lima P – Manusia, Planet, Kemakmuran, Perdamaian, Kemitraan - dalam pembukaan Agenda 2030.
ADVERTISEMENT
Peran Inovasi dan Teknologi dalam Transisi Energi Berkelanjutan
Inovasi dan teknologi memegang peranan kunci dalam transisi menuju energi berkelanjutan di Uni Eropa (UE). Upaya tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, menurunkan emisi gas rumah kaca, dan menciptakan sistem energi yang lebih bersih dan efisien. Teknologi yang berkembang pesat tidak hanya mendukung pencapaian target pengurangan emisi, tetapi juga mendongkrak perekonomian hijau melalui penciptaan lapangan pekerjaan baru dan peluang investasi. Salah satu teknologi terpenting yang mendorong transisi ini adalah energi terbarukan, seperti tenaga angin dan surya. Menurut data dari European Commission, pada tahun 2020, sekitar 22% dari total konsumsi energi di Uni Eropa berasal dari sumber energi terbarukan, dengan kontribusi terbesar dari energi angin dan surya. Inovasi dalam teknologi panel surya dan turbin angin telah meningkatkan efisiensi energi yang dihasilkan dan menurunkan biaya produksi. Sebagai contoh, biaya pembangkitan energi surya di Eropa telah turun lebih dari 80% dalam satu dekade terakhir. Kemajuan ini sangat penting, karena memungkinkan penyebaran energi terbarukan yang lebih luas dan lebih terjangkau bagi negara-negara anggota UE.
ADVERTISEMENT
Teknologi penyimpanan energi juga memainkan peran yang semakin penting, terutama dalam mendukung ketergantungan pada energi terbarukan, yang sifatnya intermittente (tidak dapat diprediksi, seperti tenaga surya dan angin). Menurut European Energy Agency (EEA), kemajuan dalam teknologi baterai lithium-ion dan penyimpanan energi lainnya memungkinkan penyimpanan energi yang lebih efisien, yang pada gilirannya membantu menstabilkan pasokan energi. Penyimpanan energi memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan fluktuasi yang ditimbulkan oleh sumber daya energi terbarukan, seperti ketidakteraturan angin dan intensitas sinar matahari.
Selain itu, sektor transportasi di Uni Eropa turut terlibat dalam transisi energi melalui penerapan kendaraan listrik (EV) dan kendaraan berbasis hidrogen. Data dari European Automobile Manufacturers Association (ACEA) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, lebih dari 15% dari total penjualan kendaraan di Eropa merupakan kendaraan listrik (EV), yang merupakan peningkatan signifikan dibandingkan dengan hanya sekitar 3% pada tahun 2019. Teknologi kendaraan listrik yang semakin efisien, ditambah dengan ekspansi infrastruktur pengisian daya yang lebih luas, mempermudah konsumen untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik. Selain itu, hidrogen hijau, yang dihasilkan dengan menggunakan energi terbarukan, mulai diadopsi sebagai alternatif bahan bakar untuk transportasi, terutama untuk sektor yang lebih sulit didekarbonisasi seperti transportasi berat dan industri. Sektor industri juga mendapat manfaat dari inovasi dalam dekarbonisasi. Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) telah diperkenalkan di berbagai industri untuk mengurangi emisi CO2 dari proses-proses yang tidak dapat dengan mudah beralih ke sumber energi terbarukan. Data dari Global CCS Institute menunjukkan bahwa Eropa merupakan salah satu kawasan yang paling aktif dalam menerapkan teknologi CCS, dengan lebih dari 20 proyek CCS komersial yang beroperasi atau sedang dalam tahap pengembangan. Teknologi ini berpotensi mengurangi emisi industri dengan menangkap karbon yang dihasilkan dan menyimpannya di bawah tanah, mencegahnya masuk ke atmosfer.
ADVERTISEMENT
Inovasi dalam sistem manajemen energi dan jaringan listrik pintar (smart grids) juga semakin berkembang di Uni Eropa. Smart grids memungkinkan pengelolaan distribusi energi yang lebih efisien dan responsif terhadap perubahan permintaan. Menurut laporan dari European Network of Transmission System Operators for Electricity (ENTSO-E), lebih dari 60% dari seluruh jaringan listrik di Eropa sudah menggunakan teknologi smart grid yang membantu mengoptimalkan penggunaan energi dan integrasi sumber energi terbarukan. Dari sisi kebijakan, Uni Eropa telah memperkenalkan berbagai regulasi dan inisiatif untuk mempercepat transisi energi berkelanjutan. Salah satunya adalah European Green Deal, yang bertujuan menjadikan Eropa karbon netral pada tahun 2050. Rencana ini mencakup target pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 55% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 1990. Untuk mendukung pencapaian tersebut, Uni Eropa mengalokasikan dana besar untuk penelitian dan pengembangan teknologi bersih melalui program seperti Horizon Europe dan Just Transition Fund. Pada tahun 2020, sekitar €30 miliar dialokasikan untuk pengembangan energi terbarukan dan teknologi terkait. Transisi ini juga berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan baru. Menurut laporan dari International Renewable Energy Agency (IRENA), sektor energi terbarukan dapat menciptakan lebih dari 3 juta pekerjaan di Eropa pada tahun 2030, yang akan berkontribusi pada perekonomian hijau dan ketahanan energi kawasan ini.
ADVERTISEMENT
Dengan segala kemajuan teknologi ini, Uni Eropa berada pada jalur yang tepat untuk mencapai target transisi energi berkelanjutan yang ambisius. Teknologi dan inovasi yang berkembang tidak hanya mengarah pada pengurangan emisi gas rumah kaca, tetapi juga menciptakan sistem energi yang lebih efisien dan tahan terhadap tantangan masa depan, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi.
Kebijakan Ekonomi Hijau dan Keterlibatan Swasta
Kebijakan ekonomi hijau di Uni Eropa (UE) merujuk pada pendekatan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam perekonomian untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Kebijakan ini berfokus pada transisi menuju ekonomi rendah karbon, efisiensi sumber daya, dan pembangunan yang inklusif serta berkelanjutan. Uni Eropa telah mengembangkan beberapa strategi dan program untuk mendorong transformasi ini, yang sebagian besar berfokus pada mitigasi perubahan iklim, konservasi alam, dan promosi energi terbarukan. Salah satu kebijakan utama yang diterapkan adalah Green Deal Eropa, yang diluncurkan pada Desember 2019.
ADVERTISEMENT
Green Deal Eropa bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca UE sebesar 55% pada tahun 2030 dibandingkan dengan level tahun 1990, dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2050. Kebijakan ini menekankan pada sektor-sektor seperti energi, transportasi, industri, dan pertanian yang perlu bertransformasi secara signifikan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam mendukung pencapaian ini, UE mengalokasikan dana yang signifikan melalui Anggaran Jangka Panjang Uni Eropa (2021–2027) yang menyertakan rencana investasi sebesar 1 triliun euro untuk mendorong transformasi menuju ekonomi hijau, dengan banyak di antaranya difokuskan pada penelitian dan pengembangan teknologi hijau.
Salah satu bagian penting dari Green Deal adalah EU Emissions Trading System (ETS), yang bertujuan untuk memanage dan mengurangi emisi karbon melalui perdagangan kuota emisi antara perusahaan-perusahaan besar. Sebagai contoh, pada tahun 2021, lebih dari 40% emisi gas rumah kaca di UE tercatat oleh sistem ini. Selain itu, UE juga mendorong energi terbarukan melalui kebijakan yang mewajibkan negara-negara anggota untuk mencapai target tertentu dalam penggunaan energi bersih. Pada tahun 2020, 22% dari total konsumsi energi di UE berasal dari sumber energi terbarukan, dan UE menargetkan untuk mencapai 40% pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan sektor swasta dalam ekonomi hijau di UE sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut. Banyak perusahaan di UE yang sudah mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi hijau dalam model bisnis mereka. Swasta terlibat dalam pembiayaan, pengembangan teknologi bersih, serta inovasi produk yang lebih ramah lingkungan. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan seperti Siemens, Tesla, dan Ørsted telah memainkan peran besar dalam investasi dalam energi terbarukan, mobil listrik, dan teknologi efisiensi energi. Selain itu, sektor swasta juga semakin aktif dalam mendukung praktik bisnis berkelanjutan melalui penerapan prinsip-prinsip ESG (Environment, Social, Governance) dalam operasional mereka.
Keberlanjutan ini juga dipermudah dengan adanya insentif fiskal, seperti subsidi energi terbarukan, kredit pajak untuk perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan, serta pengurangan pajak untuk kendaraan listrik dan produk ramah lingkungan. Selain itu, kebijakan UE juga mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam pengelolaan sumber daya alam yang lebih efisien, seperti pengelolaan limbah dan pemulihan bahan baku. Salah satu contoh keberhasilan kolaborasi antara sektor publik dan swasta adalah pengembangan Green Bonds, yang dipromosikan oleh UE sebagai sarana untuk mendanai proyek-proyek hijau. Pada 2020, pasar obligasi hijau di Eropa mencapai lebih dari 50 miliar euro, menunjukkan tingginya minat sektor swasta dalam mendukung investasi hijau.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sektor swasta juga terlibat dalam implementasi kebijakan Circular Economy Action Plan yang diluncurkan oleh Komisi Eropa pada 2020, yang berfokus pada pengurangan limbah dan peningkatan penggunaan kembali material. Ini memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk terlibat dalam ekonomi sirkular, menciptakan peluang bisnis yang lebih berkelanjutan.
Keterlibatan swasta dalam ekonomi hijau di UE bukan hanya terbatas pada perusahaan besar, tetapi juga mencakup usaha kecil dan menengah (UKM), yang semakin diuntungkan dari kebijakan yang mendukung inovasi dan keberlanjutan. Program Horizon Europe, misalnya, menyediakan pendanaan untuk UKM yang berfokus pada riset dan inovasi di bidang keberlanjutan. Dalam hal ini, sektor swasta memiliki peluang besar untuk tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial, tetapi juga menjadi bagian integral dalam upaya global untuk melawan perubahan iklim dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, kebijakan ekonomi hijau Uni Eropa menunjukkan upaya yang terintegrasi untuk mempromosikan keberlanjutan lingkungan dengan melibatkan sektor publik dan swasta. Meskipun tantangan besar masih ada, keterlibatan sektor swasta, terutama melalui investasi dalam teknologi hijau dan keberlanjutan, sangat penting untuk mencapai target ambisius UE dalam menghadapi perubahan iklim dan membangun ekonomi yang lebih ramah lingkungan.