Konten dari Pengguna

Sepuluh Destinasi Wajib Saat Jalan-Jalan di Turki

Rizky A Brilianti
Dosen di Universitas Pembangunan Jaya
11 Agustus 2023 20:19 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizky A Brilianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi desa di Turki. Foto: muratart/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi desa di Turki. Foto: muratart/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Awal tahun 2023 lalu kami sekeluarga berkesempatan jalan-jalan ke Turki. Namun dari pengalaman jalan-jalan sekejap yang hanya 3 hari, kami mengunjungi destinasi yang menurut kami memang wajib dikunjungi khususnya buat yang baru pertama kali pelesiran ke negeri 2 benua ini.
ADVERTISEMENT
Turki sempat memiliki sejarah peradaban Islam yang gemilang. Walau saat ini menganut paham sekuler, mayoritas penduduknya beragama Islam. Jadi jika waktu kita terbatas, sebaiknya pusatkan destinasi jalan-jalan di Turki pada situs-situs sejarah dan masjid-masjid spektakulernya.
Destinasi wisata yang kami datangi adalah pilihan dan sepenuhnya diatur oleh biro perjalanan wisata. Transportasi yang kami gunakan adalah bus yang disediakan travel. Namun, pengaturannya cukup baik. Jadi tidak ada salahnya menjadikan jadwal perjalanan ini sebagai contoh dengan sedikit modifikasi untuk yang bepergian tanpa travel.
Hari Pertama
1. Megahnya Masjid Çamlica, Istanbul
Masjid Çamlica, Istanbul. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi saat bus kami keluar dari bandara Istanbul. Namun udara musim dingin nampaknya membuat matahari seakan malas keluar. Langit Istanbul masih kelabu dan berkabut. Perlahan kami memasuki keramaian pusat kota Istanbul. Tujuan pertama adalah Masjid Çamlica.
ADVERTISEMENT
Di perjalanan kami melintasi jembatan di atas selat Bosphorus. Pengalaman yang memberikan keseruan tersendiri karena melalui jembatan itu kami sedang berpindah benua, dari Turki bagian Eropa ke Turki bagian Asia. Lalu apa istimewanya Masjid Çamlica yang jadi tujuan pertama kami itu?
Masjid yang baru rampung pembangunannya pada 2019 ini adalah sebuah kompleks masjid terbesar di Istanbul. Berdiri di atas bukit Çamlica, kita bisa mendapatkan pemandangan panoramik 360° kota Istanbul. Arsitekturnya yang terinspirasi dari arsitektur klasik Ottoman terlihat megah, cantik, dan khas. Bahasa sederhananya, Turki bangetlah!
Bagian dalam masjid lebih terasa minimalis dan manis dengan desain dominan berwarna biru muda. Dengan ornamen kaligrafi dipadu hiasan kaca, desain bagian dalam masjid terasa ringan dan menenangkan. Masjid ini pun didesain tahan gempa dan mampu menampung hingga ribuan pengungsi. Setelah salat Duha dan menikmati suasana masjid, kami pun segera melanjutkan perjalanan ke kota Bursa.
ADVERTISEMENT
2. Masjid Raya Bursa yang Bersejarah
Air mancur di tengah ruang ibadah Masjid Raya Bursa yang bisa dipakai berwudu oleh jamaah laki-laki. Foto: Dokumentasi pribadi.
Sisa hari pertama kami habiskan di kota Bursa dengan tujuan pertama Bursa Ulu Camii atau Masjid Raya Bursa. Walau sama-sama bergaya arsitektur Ottoman, tetapi jauh beda dengan Masjid Çamlica yang baru dan modern. Begitu masuk ke bagian luar masjid yang lokasinya menyatu dengan pasar, kita langsung bisa merasakan nuansa kunonya.
Masjid yang dibangun antara tahun 1396 - 1399 tetap anggun berdiri hingga hari ini. Panjang dan berliku melalui perang, gempa bumi, dan beberapa kali direstorasi, masjid ini termasuk bangunan terpenting kota Bursa. Nikmati keindahannya sambil dengarkan kisah unik di balik adanya air mancur di bagian dalam masjid jika Anda mengunjunginya bersama pemandu.
3. Makam Osman dan Orhan Ghazi
Kompleks taman Tophane tempat makam Osman dan Orhan Ghazi berada. Foto: dokumentasi pribadi.
Osman Ghazi adalah pendiri kerajaan Utsmaniyah. Ia berhasil menyatukan semua suku di Turki hingga menjadi satu bangsa. Kerajaannya pun bertahan hingga 6 abad. Sementara Orhan adalah anaknya yang berhasil menaklukan kota Bursa.
ADVERTISEMENT
Makam Osman dan Orhan Ghazi yang dijaga oleh 2 orang prajurit berbadan besar, tinggi, dan tegap berada di kawasan taman Tophane. Jadi selain berziarah kita juga bisa menikmati suasana taman yang menyenangkan. Berfoto, melihat megahnya menara jam Tophane dan pemandangan kota Bursa dari ketinggian sungguhlah menyenangkan. Semilir angin sore di taman Tophane kami nikmati sambil duduk santai dan makan sedikit camilan dan minuman yang kami beli di toko seberang taman.
4. Kompleks Makam Muradiye
Kompleks Makam Muradiye, makam keluarga raja Murad II. Foto: dokumentasi pribadi.
Melengkapi wisata sejarah di kota Bursa kami lanjut menyambangi kompleks makam Muradiye. Berjarak 1 abad dari pendiri dan raja pertama kesultanan Utsmaniyah, Osman Ghazi, kompleks makam Muradiye adalah makam keluarga raja Murad II. Senja merayap perlahan di kompleks makam yang sudah sepi. Walau bangunannya tetap bergaya Ottoman, namun penataan makam dan pekarangannya mengingatkan saya pada taman bergaya eropa.
ADVERTISEMENT
Sepi, teduh, dan cantik. Saya, sih, betah saja mengeksplorasi kompleks yang juga terdapat masjid, madrasah, pemandian, rumah sakit, dan air mancur itu. Sekadar duduk merenung di tengah indahnya taman makam dan menyesap udara kota kecil nan bersejarah juga sangatlah menyenangkan. Sayangnya hari sudah senja, sebentar lagi gelap. Membayangkan gelap-gelapan di makam, kok, rasanya merinding juga, ya. Akhirmya kami perlahan berjalan kembali ke bus sambil sebentar-sebentar berfoto dan mengamati area di sekitarnya.
Hari Kedua
5. Salju di Gunung Uludag
Bermain ski di Gunung Uludag, Bursa. Foto: Matin Hanafi W.
Setelah seharian berwisata sejarah di hari pertama, bermain salju di Gunung Uludag menjadi destinasi wisata hari selanjutnya. Gunung Uludag adalah pusat wisata ski paling populer di Turki. Untuk menuju ke puncak kita akan mulai dari stasiun kereta gantung yang berada tidak jauh dari pusat kota Bursa.
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan di kereta gantung atau yang dalam bahasa Turkinya disebut teleferik kita akan melihat pemandangan kota Bursa di kejauhan. Sementara di area pegunungannya kita akan disuguhkan dengan hamparan hutan cemara yang meranggas di musim dingin dengan sedikit tebaran salju di sana-sini. Makin tinggi, area yang tertutup salju makin banyak sebelum akhirnya memutih seluruhnya.
Sebenarnya banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan di sana seperti main ski, naik motor salju, lintas alam (hiking), berkemah, atau mendaki. Di beberapa lokasi di atas Gunung Uludag banyak hotel dan restoran untuk mengakomodasi berbagai pilihan tersebut. Sayangnya, kami harus puas dengan mampir sebentar pun untuk berfoto-foto saja.
Pakailah Sepatu Khusus Salju
Sebelum pergi tentu kita sudah memiliki rencana lokasi apa saja yang akan kita datangi. Jadi tolong persiapkan dan sesuaikan pakaian kita. Saya melihat banyak turis Indonesia, bahkan teman satu rombongan kami sendiri tidak memakai sepatu khusus yang bisa dipakai di salju. Tentulah mereka bolak-balik jatuh dan tidak bisa berjalan karena licin. Akhirnya mereka malah merepotkan anggota rombongan yang lain karena tetap ngotot mau berfoto dan bermain ke tengah salju.
ADVERTISEMENT
6. Masjid Eyüp Sultan
Masjid Eyup Sultan, Istanbul. Foto: Matin Hanafi W.
Turun dari Gunung Uludag kami bablas kembali ke Istanbul, tepatnya ke Eyüp Sultan Camii atau Masjid Sultan Ayyub. Masjid ini dibangun atas perintah Muhammad Al-Fatih atau Sultan Mehmed II yang menaklukan Konstantinopel menjadi berada di bawah kekuasaan Ottoman pada 1453. Dinamakan Eyüp Sultan karena berada di kawasan makam Abu Ayyub al-Ansari, salah seorang sahabat dan pembawa panji Rasulullah SAW.
Ini adalah destinasi yang saya harap bisa menghabiskan waktu lebih lama. Di area luar sekitar masjid terdapat banyak kedai makanan dan minuman. Jika waktu tak dibatasi oleh pihak travel, kami pasti akan berlama-lama duduk menikmati jajanan khas Turki dari kedai tersebut sambil menunggu waktu salat.
7. Masjid Haghia Sophia
Masjid Haghia Sophia. Foto: Matin Hanafi W.
Tak bisa dituliskan dengan kata-kata bagaimana perasaan saya ketika masuk dan salat di Masjid Haghia Sophia. Sejak kecil saya sudah sering mendengar sejarahnya dan melihat foto-fotonya sehingga sangat ingin mendatanginya. Saya pun datang di waktu terbaik, ketika Haghia Sophia sudah kembali difungsikan sebagai masjid, bukan museum. Tentu hal ini tak saya sia-siakan dengan menunaikan salat di sana.
ADVERTISEMENT
Haghia Sophia atau yang diucapkan AyaSofya oleh orang Turki ini lokasinya bersebarangan dengan Blue Mosque yang juga sangat terkenal keindahannya. Ketika berjalan kaki kembali ke bus, bertepatan dengan adzan Isya. Kedua masjid tersebut mengumandangkan adzan bergantian setiap selesai 1 kalimat. Sungguh pengalaman yang unik dan menyenangkan.
Hari Ketiga
8. Bosphorus Cruise
Pemandangan kota Istanbul dengan menara Galatanya dari kapal saat berlayar di selat Bosphorus. Foto: dokumentasi pribadi.
Berlayar di Selat Bosphorus adalah hal wajib yang harus kita lakukan saat ke Turki. Memandangi ragam bangunan khas Turki yang berderet di sepanjang tepian selat dari atas kapal yang melaju santai di air yang tenang itu seperti masuk ke dalam lukisan. Suatu pengalaman yang harus disesap tiap detiknya. Di bawah langit pagi Istanbul yang biru cerah, dinginnya angin yang menerpa tidak mengalahkan kami untuk tetap duduk di dek kapal.
ADVERTISEMENT
Selama perjalanan yang memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit ini mata kita tak hanya dimanjakan dengan keindahan kota Istanbul dengan bangunan pentingnya seperti Istana Topkapi, Menara Galata, dan Benteng Rumeli, tetapi juga menikmati sensasi berlayar di dua benua. Selat Bosphorus adalah selat sempit yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Marmara dan menjadi batas yang membelah Turki ke bagian Eropa dan Asia.
9. Museum Panorama 1453
Meriam di halaman Museum Panorama 1453 Istanbul. Foto: Matin Hanafi W.
Enggan ke museum karena membosankan? Anggapan itu pasti hilang saat kita datang ke Museum Panorama 1453. Secara khusus museum ini didedikasikan untuk memperingati penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Ottoman Mehmed II atau yang dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih. Peristiwa penaklukan pada 29 Mei 1453 itulah yang dilukis di dinding museum secara memutar 360°. Inilah atraksi utama museum yang dibuka sejak 2009 lalu.
ADVERTISEMENT
Pengunjung didesain masuk ke tengah ruangan dengan mural tersebut sehingga seolah-olah juga sedang berada di tengah medan pertempuran. Sesaat kemudian ruangan menjadi gelap lalu dimulailah adegan pertempuran dengan bantuan efek suara, tata lampu, dan presentasi visual yang membuat kita seperti menonton film, tetapi berada di dalamnya. Ini, sih, pengalaman belajar sejarah di museum yang luar biasa berbeda dan harus Anda rasakan sendiri.
10. Istana Topkapi
Di Istana Topkapi. Foto: Matin Hanafi W.
Istana Topkapi menjadi penutup jalan-jalan kami di Turki. Istana kekaisaran Ottoman yang sekarang menjadi museum ini masih berada dalam 1 kawasan dengan Blue Mosque dan Masjid Haghia Sophia. Melihat barang-barang peninggalan nabi Muhammad SAW menjadi tujuan utama di istana ini. Hal ini membuat antrean masuk ke ruangan tempat penyimpanan mengular dan makan waktu hingga 1 jam lebih. Alhasil kami tidak sempat mengeksplorasi area lainnya di Istana ini. Saran saya, datanglah ke Istana Topkapi di pagi hari ketika antrean belum padat. Jadi Anda pun bisa menikmati seluruh areanya yang megah, mewah, dan cantik.
ADVERTISEMENT
Sepuluh destinasi wisata di Turki dalam 3 hari menurut saya adalah jumlah yang memuaskan. Selain wisata sejarah, wisata khas seperti ke Gunung Uludag dan berlayar di Selat Bosphorus juga bisa didapat untuk pengalaman yang tak kalah seru dan menyenangkan. Khusus untuk wisata sejarah, tentu akan lebih baik jika sudah riset dulu mengenai kisah-kisah sejarah di balik destinasi yang akan dikunjungi. Jadi ketika di sana kita bisa lebih meresapi dan mengapresiasi destinasinya, tak sekadar melihat-lihat dan berfoto.