Konten dari Pengguna

Beauty Standards Tidak Realistis: Bagaimana Media Mempromosikan Body Dysmorphia

Kimberly Kayla Kitzie
Bersekolah di Citra Berkat Citra Raya
30 Januari 2025 15:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kimberly Kayla Kitzie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Istock/Des Green
zoom-in-whitePerbesar
Istock/Des Green
ADVERTISEMENT
Selama beberapa dekade, media telah memainkan peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat tentang kecantikan. Dari sampul majalah yang di-Photoshop hingga postingan media sosial yang difilter, industri kecantikan seringkali mempromosikan bentuk tubuh ideal yang tidak realistis, sehingga sulit bagi orang-orang, terutama anak muda, untuk merasa puas dengan penampilan alami mereka. 
ADVERTISEMENT
Sayangnya, paparan terus-menerus terhadap standar kecantikan yang mustahil ini telah berkontribusi pada meningkatnya kasus body dysmorphia dan eating disorder, yang menciptakan siklus keraguan diri dan perilaku tidak sehat yang berbahaya. Menurut Watkins (2006), Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah keasyikan dengan kekurangan fisik yang imajiner pada penampilan atau perhatian yang sangat berlebihan terhadap kekurangan yang sebenarnya tidak begitu berarti. 
Menurut penelitian Phillips (1991), tingkat prevalensi BDD setara untuk pria dan wanita. Namun, tidak ada penelitian yang cukup untuk memeriksa masalah dan gangguan citra tubuh pria. Karakteristik klinis BDD pada pria dan wanita telah menjadi subjek penelitian ekstensif di masa lalu; namun, ada penelitian terbatas yang menggambarkan fitur-fitur tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Saiphoo dan Vahedi (2019) membedakan dalam meta-analisis mereka bahwa usia merupakan moderator yang signifikan dari efek antara penggunaan media sosial dan ketidakpuasan tubuh sehingga korelasi berkurang seiring bertambahnya usia rata-rata sampel. Dalam penelitian tersebut, bagi wanita dalam budaya Barat, citra tubuh ideal yang dipromosikan oleh media adalah ramping, muda, dan kencang. Dibandingkan dengan pria, citra tubuh ideal dalam masyarakat Barat adalah ramping dan berotot, bentuk tubuh mesomorfik (Grogan, 2021; Rudd & Lennon, 2000).
ADVERTISEMENT
Bagaimana Media Mempromosikan Ide-Ide Ini
1. Majalah dan Iklan
Banyak majalah kecantikan dan fashion mengedit tubuh model agar tampak lebih ramping, lebih halus, dan lebih simetris, sehingga menciptakan ilusi kesempurnaan yang tidak dapat dicapai.
2. Media Sosial
Platform seperti Instagram dan TikTok dipenuhi dengan swafoto dan filter kecantikan yang diedit secara berlebihan, sehingga sulit membedakan antara hasil nyata dengan hasil rekayasa digital.
3. Industri Diet dan Kebugaran
Banyak perusahaan yang mempromosikan rencana diet ekstrem, teh detoks, dan program latihan fisik, dengan janji palsu bahwa mencapai "tubuh sempurna" itu mudah dan penting untuk kebahagiaan.
Dampaknya terhadap Kesehatan Mental dan Fisik
Meskipun BDD memiliki banyak penyebab, standar kecantikan yang didorong oleh media dapat memicu atau memperburuknya dengan membuat orang merasa tidak mampu atau "tidak cukup baik." Penelitian menunjukkan bahwa paparan gambar yang diubah secara terus-menerus menyebabkan harga diri yang rendah, kecemasan, dan peningkatan risiko gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, dan gangguan makan berlebihan. Standar kecantikan yang tidak realistis dapat menyebabkan konsekuensi serius, termasuk:
ADVERTISEMENT
1. Harga diri dan kepercayaan diri yang rendah
Orang mungkin merasa mereka tidak akan pernah "cukup menarik."
2. Eating disorder
Banyak orang mengembangkan hubungan tidak sehat dengan makanan, melakukan diet ekstrem, memuntahkan makanan, atau makan berlebihan untuk memenuhi harapan kecantikan.
3. Olahraga berlebihan dan obsesi terhadap tubuh
Beberapa individu memaksakan tubuh mereka melampaui batas sehat, yang mengakibatkan cedera dan masalah kesehatan kronis.
4. Depresi dan kecemasan
Tekanan untuk tampil "sempurna" dapat menimbulkan stres luar biasa, yang berujung pada masalah kesehatan mental dan penarikan diri dari pergaulan sosial.
Standar kecantikan yang tidak realistis terus memengaruhi masyarakat, tetapi kita sebagai masyarakat memiliki kekuatan untuk menentangnya. Dengan mempertanyakan penggambaran media, merangkul keberagaman tubuh, dan menghargai harga diri di luar penampilan, kita dapat membantu generasi mendatang mengembangkan hubungan yang lebih sehat dan lebih percaya diri dengan tubuh mereka.
ADVERTISEMENT