Konten dari Pengguna

Cancel Culture atau CallOut Culture? Batas Tipis Antara Keadilan dan Penyerangan

Kimberly Kayla Kitzie
Bersekolah di Citra Berkat Citra Raya
27 Januari 2025 12:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kimberly Kayla Kitzie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pexels/Markus Winkler
zoom-in-whitePerbesar
Pexels/Markus Winkler
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, cancel culture telah meningkat di masyarakat, hal ini telah memicu gelombang perdebatan tentang efektivitas dan keadilannya. Tentu saja, pada awalnya budaya ini memiliki niat baik karena dianggap sebagai sarana untuk meminta pertanggungjawaban individu atau perusahaan atas tindakan mereka yang merugikan, meskipun budaya ini mulai berubah menjadi call-out culture yang menurut sebagian orang lebih mendekati penyerangan.
ADVERTISEMENT
Cancel Culture
Cancel Culture mengacu pada tindakan menarik dukungan dari individu, perusahaan, atau public figure setelah mereka melakukan sesuatu yang menyinggung atau tindakan yang merugikan. Hal ini sering dilakukan di platform media sosial seperti TikTok, Twitter, dan Instagram. Tindakan ini biasanya melibatkan public shaming, boikot media sosial, dan banyak lagi untuk meminta pertanggungjawaban individu atas kesalahan mereka.
Call-Out Culture
Call-Out Culture pertama kali populer di platform media sosial TikTok. Para content creator sering membuat video yang mengungkap kesalahan kreator lain dan mencari dukungan dari para penonton. Ini melibatkan seruan atas perilaku problematik seseorang yang sering kali muncul di media sosial. Call-out culture yang awalnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu tertentu justru berubah menjadi mengarah pada serangan pribadi dan dendam daripada tujuan utamanya, yaitu mendorong pertumbuhan.
ADVERTISEMENT
Niat vs Hasil
Apakah tindakan-tindakan ini ditujukan untuk keadilan sosial, atau apakah tindakan-tindakan ini dimotivasi oleh keinginan untuk mempermalukan seseorang di depan umum dan memuaskan diri sendiri? Sementara beberapa orang mungkin benar-benar ingin meminta pertanggungjawaban seseorang atas tindakan-tindakan mereka yang merugikan, yang lain mungkin menggunakan kesempatan itu untuk menyerang, mempermalukan, atau mendiskreditkan seseorang tanpa memberi ruang untuk penebusan dosa.
Apa yang Seharusnya Dilakukan 
Daripada terburu-buru membatalkan atau menegur seseorang, penting untuk menciptakan ruang bagi pendidikan. Fokus pada pemahaman dan empati dapat memungkinkan individu untuk belajar dari kesalahan mereka tanpa takut akan penyerangan. Membangun budaya yang lebih sehat dan lebih produktif membutuhkan menjauhi serangan pribadi dan berfokus pada masalah sistemik.
ADVERTISEMENT
Meskipun penting untuk meminta pertanggungjawaban individu atas tindakan mereka, kita harus berhati-hati agar keinginan untuk membalas dendam tidak mengaburkan potensi penebusan. Ke depannya, mendorong percakapan yang mengutamakan pendidikan, pemahaman, dan kasih sayang akan membantu kita menciptakan masyarakat yang menjunjung tinggi keadilan dan akuntabilitas.