Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Integrasi Nilai Kearifan Lokal dalam Pembelajaran IPS untuk Kesadaran Siswa
15 November 2024 13:03 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Kinanti Dyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Abstrak
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memegang peran penting dalam membentuk kesadaran sosial siswa. Salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan kesadaran tersebut adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam proses pembelajaran. Kearifan lokal mencerminkan norma dan nilai yang tumbuh dalam masyarakat dan relevan untuk menjaga identitas budaya sekaligus mengajarkan nilai sosial yang kontekstual. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran integrasi kearifan lokal dalam pembelajaran IPS guna meningkatkan kesadaran sosial siswa. Studi kasus nyata dilakukan di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bali, di mana nilai Tri Hita Karana diintegrasikan dalam pembelajaran IPS. Artikel ini juga memaparkan kelebihan, kekurangan, kesimpulan, serta solusi untuk meningkatkan penerapan kearifan lokal dalam pembelajaran.
Pendahuluan
Pembelajaran IPS memiliki tujuan utama untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Salah satu cara dalam mencapai tujuan ini yaitu dengan mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Di tengah arus globalisasi, penting untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut sebagai identitas budaya dan juga sekaligus sarana untuk meningkatkan pemahaman sosial siswa.Sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada kehidupan masyarakat, IPS memiliki peluang besar untuk mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal. Dengan demikian, pembelajaran IPS dapat lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan siswa. Studi ini akan mengkaji bagaimana nilai Tri Hita Karana dari Bali diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kesadaran sosial siswa. Nilai Tri Hita Karana yang mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungan menjadi dasar pembelajaran yang lebih holistik.
Tinjauan Pustaka
Kearifan lokal, menurut Koentjaraningrat (1985), merupakan sistem nilai dan pengetahuan yang berkembang dalam suatu masyarakat dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan, kearifan lokal menjadi media dalam mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Suparlan (2002) menekankan pentingnya pengembangan karakter melalui kearifan lokal, karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mencerminkan harmoni sosial, ekologis, dan spiritual. Tri Hita Karana adalah konsep yang berasal dari Bali dan menggambarkan keseimbangan tiga elemen kehidupan, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), manusia dengan sesama (pawongan), dan manusia dengan lingkungan (palemahan). Penerapan nilai-nilai ini dalam pendidikan IPS memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang interaksi sosial, tanggung jawab, dan kepedulian lingkungan.
Metodologi
ADVERTISEMENT
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bali. Pendekatan kualitatif dipilih untuk menggali bagaimana guru IPS mengintegrasikan nilai Tri Hita Karana dalam pembelajaran. Data dikumpulkan melalui observasi kelas, wawancara dengan guru, dan kuesioner untuk siswa. Analisis data dilakukan dengan menghubungkan penerapan Tri Hita Karana dengan hasil pembelajaran dan perubahan sikap siswa.
Studi Kasus Nyata: Penerapan Tri Hita Karana dalam Pembelajaran IPS di Bali
Latar Belakang Di Bali, Tri Hita Karana merupakan filosofi hidup yang diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Nilai-nilai ini mencerminkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan, yang berperan dalam menjaga harmoni kehidupan. Guru di SMP Bali ini mengintegrasikan nilai Tri Hita Karana dalam pelajaran IPS dengan fokus pada materi interaksi sosial dan lingkungan.
Pelaksanaan di Sekolah
Pembelajaran IPS di sekolah ini menekankan pada proyek-proyek kolaboratif yang melibatkan siswa dalam kegiatan yang mencerminkan Tri Hita Karana. Misalnya, pada pembelajaran tentang hubungan manusia dengan lingkungan, siswa diajak untuk melakukan kegiatan penghijauan dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah, yang berkaitan dengan konsep palemahan (hubungan dengan lingkungan). Pada aspek pawongan (hubungan antar sesama), siswa diajak untuk bekerja sama dalam proyek sosial, seperti bakti sosial di lingkungan sekitar. Sedangkan dalam aspek parahyangan (hubungan dengan Tuhan), pembelajaran dilakukan dengan cara mengajak siswa merefleksikan pentingnya spiritualitas dalam menjaga keseimbangan sosial dan lingkungan.
Hasil dan Dampak Melalui penerapan Tri Hita Karana, siswa menjadi lebih sadar akan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan dan masyarakat. Kegiatan penghijauan yang dilakukan memberikan pemahaman langsung tentang pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, kegiatan sosial meningkatkan empati dan solidaritas di antara siswa, yang mencerminkan nilai pawongan. Siswa juga belajar pentingnya refleksi spiritual dalam kehidupan sehari-hari, yang membantu meningkatkan keseimbangan emosi dan sikap mereka.
ADVERTISEMENT
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Relevansi Budaya dan Lokalitas: Penerapan nilai-nilai lokal seperti Tri Hita Karana membuat pembelajaran lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna.
2. Pembelajaran Holistik : Integrasi aspek sosial, lingkungan, dan spiritual menjadikan pembelajaran lebih holistik, meliputi perkembangan intelektual dan moral siswa.
3. Meningkatkan Kesadaran Sosial: Kegiatan kolaboratif dan sosial yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS berhasil meningkatkan kesadaran siswa terhadap isu-isu sosial dan lingkungan di sekitarnya.
Kekurangan:
1. Memerlukan Sumber Daya Tambahan: Penerapan proyek yang melibatkan kegiatan di luar kelas, seperti penghijauan dan bakti sosial, memerlukan sumber daya tambahan baik dari segi waktu, tenaga, maupun biaya.
2. Ketergantungan pada Dukungan Eksternal: Keberhasilan program ini sangat bergantung pada dukungan dari masyarakat sekitar dan pihak sekolah, sehingga sulit diterapkan jika tidak ada dukungan yang memadai.
3. Keterbatasan Waktu: Karena proyek berbasis kearifan lokal memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih lama, integrasi penuh ke dalam kurikulum reguler terkadang menjadi tantangan.
Kesimpulan
Integrasi nilai-nilai kearifan lokal, khususnya Tri Hita Karana, dalam pembelajaran IPS terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran sosial siswa. Melalui pendekatan yang holistik dan relevan secara budaya, siswa tidak hanya mempelajari pengetahuan teoretis, tetapi juga mendapatkan pemahaman mendalam tentang pentingnya menjaga keseimbangan hubungan sosial, lingkungan, dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun terdapat beberapa kendala, seperti keterbatasan waktu dan sumber daya, penerapan nilai-nilai kearifan lokal memberikan kontribusi positif dalam pembentukan karakter siswa.
Solusi untuk Mengatasi Kekurangan
1. Penguatan Dukungan Institusi: Pihak sekolah perlu menjalin kerja sama yang lebih erat dengan komunitas lokal dan pihak eksternal untuk mendukung kegiatan berbasis kearifan lokal, baik dari segi sumber daya maupun logistik.
2. Integrasi Secara Bertahap: Nilai-nilai kearifan lokal dapat diintegrasikan secara bertahap dalam kurikulum, sehingga tidak memberatkan waktu pelaksanaan pembelajaran reguler.
3. Penggunaan Teknologi: Untuk mengatasi
ADVERTISEMENT
keterbatasan waktu, guru dapat memanfaatkan teknologi seperti video dan presentasi multimedia untuk mengenalkan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga siswa tetap dapat memahami konsep secara mendalam tanpa harus selalu melakukan kegiatan di luar kelas.