Konten dari Pengguna

Tradisi dan Praktik Muharram di Berbagai Negara: Studi Perbandingan

Muhammad Husein Fadhlillah
Mahasiswa Jurusan Perbandingan Mazhab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mahasantri di Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences, Pengurus Ponpes Baca Kitab dan Tahfidz (PBKT) Al-Hasanatain.
3 Juli 2024 6:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Husein Fadhlillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perayaan Muharram di Iran. Sumber: unsplash.com/mhrezaa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perayaan Muharram di Iran. Sumber: unsplash.com/mhrezaa
ADVERTISEMENT
Muharram, bulan pertama dalam kalender Islam, memiliki signifikansi khusus bagi umat Muslim di seluruh dunia. Bulan ini tidak hanya menandai awal tahun baru Islam tetapi juga memperingati berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam, termasuk hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah. Setiap negara memiliki cara unik dalam merayakan bulan suci ini, dengan tradisi dan praktik yang berbeda namun tetap mengandung nilai-nilai universal Islam.
ADVERTISEMENT
Tradisi di Timur Tengah
Di Timur Tengah, khususnya di negara-negara seperti Arab Saudi, Irak, dan Iran, Muharram diperingati dengan sangat khidmat. Di Arab Saudi, bulan Muharram dihormati dengan berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram), sebagaimana dianjurkan dalam hadis:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ." (رواه مسلم)
Nabi Muhammad bersabda: Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram. (HR. Muslim).
Di Irak dan Iran, peringatan Muharram, khususnya Asyura, memiliki dimensi emosional yang sangat mendalam bagi komunitas Syiah. Mereka mengenang tragedi Karbala, di mana cucu Nabi Muhammad, Imam Husain, dan para pengikutnya dibunuh dengan kejam. Perayaan ini sering kali diisi dengan majlis (pertemuan doa), marsiyah (puisi duka), dan prosesi ta'zieh (drama ritual) untuk mengenang pengorbanan Imam Husain.
ADVERTISEMENT
Tradisi di Asia Selatan
Di India, Pakistan, dan Bangladesh, Muharram dirayakan dengan berbagai ritual yang mencerminkan campuran budaya lokal dan ajaran Islam. Di kawasan ini, selain puasa Asyura, terdapat tradisi membuat dan menyajikan makanan, yang dibagikan kepada tetangga dan orang-orang miskin sebagai bentuk sedekah. Nabi Muhammad bersabda:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ السَّنَةِ." (رواه البيهقي والطبراني)
"Siapa yang memberikan keluasan (nafkah) kepada keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberikan keluasan kepadanya sepanjang tahun itu." (HR. Baihaqi dan Thabrani).
Komunitas Syiah di Asia Selatan juga mengadakan majlis dan prosesi yang mirip dengan yang ada di Timur Tengah, mengekspresikan duka dan penghormatan kepada Imam Husain.
ADVERTISEMENT
Tradisi di Asia Tenggara
Di Indonesia dan Malaysia, Muharram sering disebut sebagai bulan Suro. Di Jawa, Indonesia, masyarakat melakukan berbagai tradisi budaya seperti kirab suro (pawai), slametan (ritual syukuran), dan larung (menghanyutkan sesaji ke laut). Tradisi-tradisi ini merupakan perpaduan antara kepercayaan lokal dan ajaran Islam, yang menggambarkan bagaimana Islam berakulturasi dengan budaya setempat. Hadis yang mendorong puasa Asyura juga dipraktikkan di sini:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ." (رواه مسلم)
"Nabi Muhammad bersabda: Puasa Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim).
Tradisi di Afrika
Di negara-negara Afrika seperti Nigeria dan Sudan, perayaan Muharram juga dipengaruhi oleh budaya lokal. Di Nigeria, khususnya di kalangan komunitas Syiah, prosesi dan majlis diadakan untuk mengenang tragedi Karbala. Di Sudan, bulan Muharram dirayakan dengan puasa dan berbagai kegiatan amal, mencerminkan semangat hijrah dan solidaritas.
ADVERTISEMENT
Analisis
Tradisi dan praktik Muharram di berbagai negara menunjukkan kesamaan dalam menghormati bulan suci ini sebagai waktu untuk refleksi spiritual dan pengabdian kepada Allah. Namun, terdapat perbedaan yang dipengaruhi oleh konteks historis, budaya, dan sosial masing-masing negara. Perbedaan ini tidak mengurangi esensi ajaran Islam, tetapi justru memperkaya keragaman cara umat Muslim mengekspresikan keimanan mereka.
Kesimpulan
Muharram, dengan segala tradisi dan praktiknya, adalah contoh bagaimana nilai-nilai Islam dapat diintegrasikan ke dalam berbagai budaya di seluruh dunia. Meskipun terdapat perbedaan dalam cara merayakan, esensi dari penghormatan kepada Allah dan pengingat akan pengorbanan Nabi Muhammad dan keluarganya tetap menjadi inti dari perayaan ini. Melalui tradisi ini, umat Muslim di seluruh dunia dapat belajar untuk menghargai dan menghormati keberagaman dalam kesatuan iman.
ADVERTISEMENT