Konten dari Pengguna

Eksil, Tontonlah Selagi Ada Kesempatan

Agnes Febriana Nugraheni
Guru di Sekolah Tumbuh Yogyakarta, Inclusive and Multicultural School
18 Februari 2024 4:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agnes Febriana Nugraheni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semakin ke sini, ketertarikan saya terhadap kegiatan menonton film di bioskop semakin berkurang. Berbeda dengan ketika masih muda sekitar 10-20 tahun lalu, di mana kegiatan nonton film di bioskop menjadi kegiatan yang menarik. Baik itu karena faktor film yang ingin ditonton atau sekadar menikmati kegiatan hangout-nya. Namun entah mengapa terjadi pergeseran terkait ketertarikan saya akan kegiatan tersebut saat ini. Apakah mungkin karena pada dasarnya saya kurang begitu menyukai keramaian atau karena sebab lain saya pun kurang tahu pasti.
ADVERTISEMENT
Namun hal berbeda terjadi pada diri saya kali ini. Semenjak saya mendapatkan sebuah DM di instagram dari saudara mengenai sebuah postingan di feed Instagram tentang sebuah film dokumenter berjudul "Eksil" besutan salah satu sineas perfilman tanah air yaitu Lola Amaria, saya merasakan adanya sebuah dorongan yang menggebu-gebu dalam diri saya yang kurang lebih seperti ini: Pokoknya aku harus nonton (di bioskop sekalipun)! Titik!
Sebegitu besarnya energi yang muncul dari sebuah postingan yang waktu itu baru saya baca sekilas saja karena saya sambi makan malam. Selesai makan, saya meluangkan waktu untuk mencermati lebih dalam mengenai film tersebut, yang waktu itu belum ada informasi akan tayang kapan dan di mana.
ADVERTISEMENT
Setelah malam itu, saya jadi rajin membuka laman IG milik Lola Amaria untuk mendapatkan update informasi tentang film tersebut, termasuk kapan dan di mana akan tayang.
Benar saja. Beberapa hari setelahnya, rasa penasaran saya terjawab ketika mengetahui bahwa film tersebut akan tayang di bioskop. Namun kabarnya jumlah bioskop yang akan memutar film tersebut terbatas. Beruntung bagi saya yang notabene tinggal di Yogyakarta, karena ada beberapa bioskop di Yogyakarta yang akan menayangkan Eksil.
Bagai tak mau kehilangan kesempatan saya berusaha mencari kesempatan untuk menonton (sok sibuk sekali ya saya). Setelah saya mendapatkan jadwal tayang dari hasil googling, akhirnya hari Sabtu yang bertepatan dengan perayaan Imlek menjadi hari yang berpihak pada saya.
ADVERTISEMENT
Sepertinya semesta pun mendukung keinginan saya saat itu. Setelah pagi harinya diguyur hujan yang sangat deras, menjelang siang cuaca menjadi sangat bersahabat untuk saya bepergian ke bioskop. Siang itu Empire XXI menjadi pilihan saya.
Begitu sampai di lokasi, saya melihat pada screen di loket penjualan tiket untuk melihat judul film dan jam tayang film yang diputar hari tersebut.
"Gila!"
Kata tersebut otomatis keluar dari mulut saya ketika menyaksikan bahwa dari 5 studio yang ada di sana, 4 di antaranya semua memutar film berjudul "Agak Laen". Hanya 1 studio yang dibuka untuk menayangkan Eksil. Dari ulasan-ulasan dan bocoran dari teman yanag sudah nonton film Agak Laen, sebetulnya saya tidak kaget sih dengan fenomena ini. "Agak Laen" bisa jadi memang lebih populer dan lebih menarik bagi sebagian besar masyarakat. Saya pikir, setiap film pasti punya penggemar dan jodohnya masing-masing. Mungkin saya belum berjodoh dengan Agak Laen hehehe. Dan entah mengapa saya sangat yakin bahwa ekspektasi saya terhadap Eksil akan terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Setelah saya membeli tiket, saya menunggu di bangku yang ada di lobby. Situasi yang tadinya agak lengang mendadak berangsur ramai karena gelombang pengunjung memenuhi lobby dan area sekitar studio. Dengan yakin saya berkata dalam hati, "Ini orang sebanyak ini pasti pada mau nonton Agak Laen."
Tak lama kemudian studio 5 yang akan menayangkan Eksil pun dibuka, saya pun langsung menuju studio 5. Saat saya berada di dalam studio saya tengak-tengok ke sekitar. Benar saja bahwa peminat film ini tidak banyak. Tidak lebih dari setengah kursi penonton dari tangkapan mata saya. Namun hal tersebut tidaklah begitu penting buat saya.
Film pun dimulai. Lima menit pertama saya merasa seperti diaduk-aduk. Menit demi menit berikutnya, berbagai macam emosi dan pikiran hadir memenuhi diri saya. Selain itu ada yang hampir tidak berhenti, yaitu air mata yang menggenangi kedua mata saya dan luruh menjadi tangis bersamaan dengan sesekali sesenggukan. Saya tidak tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan penonton yang berada satu studio dengan saya, yang saya tahu pasti hanyalah banyak dari mereka yang juga menangis. Saya bisa mendengar suara-suara sesenggukan dari mereka, bahkan ketika audio dari film memenuhi studio.
ADVERTISEMENT
Bahkan yang cukup luar biasa adalah begitu film selesai dan lampu studio menyala, banyak dari kami yang masih terdiam duduk di kursi masing-masing. Termasuk saya. Rasanya enggan mengakhiri film ini. Saya memang bukan reviewer film yang handal, namun saya sangat merekomendasikan siapapun yang rindu dan punya kebutuhan akan sebuah kebenaran sejarah yang terjadi di bumi pertiwi ini untuk menonton film ini. Tontonlah selagi ada kesempatan.
Bagi saya pribadi yang terlahir dan besar sebagai generasi 90an dan terpapar dengan kesimpangsiuran informasi bahkan kebohongan mengenai secuil sejarah peristiwa G 30S PKI, setidaknya menjadi semakin tercerahkan, dibukakan dengan fakta-fakta dan kesaksian, bahkan diajak melihat situasi kala itu dari beberapa perspektif. Kemudian yang paling penting, saya belajar mengenai nasionalisme yang sesungguhnya dari para tokoh yang ada di film ini. Film Eksil tidak hanya memenuhi ekspektasi saya, namun banyak hal-hal di luar ekspektasi yang membuat hati saya penuh selepas menonton film ini. Hingga detik ini, saya masih baper dan belum move-on dari Eksil. Tontonlah!
ADVERTISEMENT
Sayang dilewatkaan