Konten dari Pengguna

Menghidupkan Sejarah Lewat Lukisan

KINTAN MAHARANI
Saya adalah mahasiswa universitas pumulang pendidikan ekonomi
20 April 2025 15:03 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KINTAN MAHARANI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Perkembangan lukisan dimulai sejak zaman prasejarah, ketika manusia pertama kali menggambar di dinding gua menggunakan bahan alami seperti arang, tanah liat, dan darah hewan. Lukisan-lukisan ini biasanya menggambarkan binatang buruan atau cap tangan manusia dan dipercaya punya makna ritual atau simbol komunikasi. Contohnya bisa dilihat di Gua Lascaux di Prancis atau Gua Leang-Leang di Sulawesi. Pada masa ini, lukisan belum punya nilai estetika seperti sekarang, tapi lebih ke arah spiritual atau survival.
ADVERTISEMENT
Masuk ke zaman kuno, terutama di Mesir, Yunani, dan Romawi, lukisan mulai digunakan untuk menghias bangunan dan makam. Di Mesir, lukisan banyak menggambarkan kehidupan setelah mati, biasanya dengan pose tubuh kaku dan warna datar. Sementara di Yunani dan Romawi, lukisan mulai menunjukkan perhatian pada anatomi tubuh manusia dan keindahan fisik. Konsep realisme dan perspektif mulai diperkenalkan, meskipun masih sangat terbatas.
Di abad pertengahan, lukisan dikuasai oleh kepentingan gereja. Mayoritas karya seni bertema religius, dengan simbol-simbol agama Kristen yang kental. Gaya lukisannya masih datar dan kurang realistis karena fokusnya adalah menyampaikan pesan keagamaan, bukan memperlihatkan teknik seni. Warna emas sering dipakai sebagai latar belakang untuk menggambarkan kemuliaan surgawi.
Zaman Renaisans jadi titik balik besar dalam sejarah lukisan. Seni lukis mulai berorientasi pada manusia, sains, dan rasionalitas. Seniman seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo, dan Raphael menciptakan karya-karya yang sangat realistis dengan teknik perspektif dan chiaroscuro (permainan cahaya dan bayangan). Pada masa ini, lukisan bukan lagi sekadar media religius, tapi juga jadi ajang eksplorasi estetika dan intelektual.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, muncul gaya Barok yang lebih dramatis, penuh gerakan dan emosi. Lukisan Barok sering dipakai untuk propaganda politik atau keagamaan. Seniman seperti Caravaggio dan Rembrandt mengandalkan kontras cahaya yang kuat untuk menciptakan efek dramatis. Rokoko kemudian hadir sebagai versi yang lebih ringan dan romantis, menggambarkan kehidupan elite yang mewah dengan warna pastel dan suasana santai.
Memasuki akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19, muncul dua aliran besar: Neoklasik dan Romantisisme. Neoklasik kembali ke nilai-nilai klasik Yunani-Romawi, dengan lukisan yang rapi, simetris, dan bernuansa moral. Sementara itu, Romantisisme lebih fokus pada ekspresi emosi, imajinasi, dan pemberontakan terhadap rasionalitas. Dua gaya ini sering berjalan berseberangan, tapi sama-sama berpengaruh dalam sejarah seni.
ADVERTISEMENT
Di pertengahan abad ke-19, muncul Realisme yang menolak gaya lukisan klasik dan romantik. Seniman realis seperti Gustave Courbet menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat biasa, bahkan yang kelam sekalipun, dengan jujur dan apa adanya. Gerakan ini kemudian membuka jalan bagi Impresionisme, yang fokus pada menangkap kesan sesaat dari cahaya dan suasana. Teknik sapuan kuas cepat dan warna cerah menjadi ciri khas pelukis seperti Claude Monet dan Renoir.
Setelah Impresionisme, muncul berbagai gerakan seni modern seperti Post-Impresionisme, Kubisme, Ekspresionisme, dan Surealisme. Seniman-seniman seperti Vincent van Gogh, Pablo Picasso, dan Salvador Dalí membawa lukisan ke level baru, di mana bentuk, warna, dan makna jadi alat eksperimen. Mereka tidak lagi sekadar merekam realitas, tapi menafsirkan dan mendekonstruksinya.
ADVERTISEMENT
Memasuki abad ke-20, lukisan makin bebas dan tidak lagi terikat pada aturan konvensional. Gerakan Modernisme dan kemudian Kontemporer membuat seniman punya kebebasan penuh dalam berkarya. Media yang digunakan pun makin beragam—bukan cuma kanvas dan cat, tapi juga digital, instalasi, bahkan tubuh manusia. Nama-nama seperti Jackson Pollock dengan teknik “drip painting”, Andy Warhol dengan Pop Art, sampai Banksy dengan seni jalanan, menunjukkan bahwa lukisan bisa menjadi medium kritik sosial, politik, dan budaya.
Secara keseluruhan, perkembangan lukisan mencerminkan perubahan cara berpikir manusia dari zaman ke zaman. Dari yang awalnya simbolik dan spiritual, menjadi realistis, kemudian eksperimental dan bebas. Lukisan nggak cuma soal gambar yang indah, tapi juga soal ide, ekspresi, dan pesan yang ingin disampaikan. Dan sampai hari ini, seni lukis terus berkembang mengikuti zaman dan teknologi yang ada.
ADVERTISEMENT
🎨 ALIRAN-ALIRAN DALAM SENI LUKIS
Dalam sejarah seni lukis, ada banyak banget aliran atau gaya (style) yang berkembang. Tiap aliran punya ciri khas, teknik, dan tujuan masing-masing, tergantung zaman dan kondisi sosialnya. Berikut ini beberapa aliran lukisan yang paling terkenal dan sering dibahas:
1. Realisme
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap lukisan yang terlalu dramatis dan imajinatif. Realisme fokus pada kenyataan—apa yang dilihat itu yang digambar.
🧠 Ciri-ciri:
- Objek lukisan diambil dari kehidupan sehari-hari
- Tidak dilebih-lebihkan
- Warna dan bentuk sesuai kenyataan
🎨 Tokoh: Gustave Courbet, Jean-François Millet
🎯 Tujuan: Menampilkan realita sosial secara jujur
2. Naturalisme
Mirip dengan realisme, tapi lebih fokus ke detail alam dan keindahan natural.
ADVERTISEMENT
🧠 Ciri-ciri:
- Menggambarkan alam secara akurat
- Proporsi, bayangan, dan pencahayaan diperhatikan banget
- Cenderung lebih halus dan estetis
🎨 Tokoh: Raden Saleh (Indonesia), Albert Bierstadt
3. Impresionisme
Aliran ini fokus pada kesan sesaat dari cahaya dan warna. Sikatannya cepat dan warna-warna yang digunakan terang.
🧠 Ciri-ciri:
- Sapuan kuas pendek & cepat
- Tidak fokus pada detail, tapi lebih ke suasana
- Banyak lukisan outdoor (plein air)
🎨 Tokoh: Claude Monet, Edgar Degas, Pierre-Auguste Renoir
---
4. Ekspresionisme
Seni ini bukan menggambarkan apa yang dilihat, tapi apa yang *dirasakan*. Jadi lebih emosional dan subjektif.
🧠 Ciri-ciri:
- Warna-warna mencolok dan kontras
- Bentuk bisa dilebih-lebihkan
- Penuh ekspresi, bahkan kadang agak “nggak nyaman” dilihat
ADVERTISEMENT
🎨 Tokoh: Edvard Munch ("The Scream"), Ernst Ludwig Kirchner
🎯 Tujuan: Menuangkan emosi atau suasana batin pelukis
---
5. Kubisme
Aliran ini mengubah objek jadi bentuk-bentuk geometris kayak segitiga, kotak, atau silinder.
🧠 Ciri-ciri:
- Benda dipecah jadi bidang datar/geometris
- Nggak ada perspektif realistis
- Kayak "dipecah dan disusun ulang"
🎨 Tokoh: Pablo Picasso, Georges Braque
---
6. Surealisme
Kalau kamu suka hal-hal mimpi, absurd, atau aneh, ini aliran yang cocok. Surealisme menggambarkan dunia bawah sadar, mimpi, dan khayalan liar.
🧠 Ciri-ciri:
- Objek nyata tapi disusun secara gak logis
- Suasana mimpi, magis, atau aneh
- Simbol-simbol misterius sering muncul
🎨 Tokoh: Salvador Dalí, René Magritte
ADVERTISEMENT
🎯 Tujuan: Mengeksplor alam bawah sadar
---
7. Dadaisme
Aliran ini muncul sebagai protes terhadap Perang Dunia I. Seninya sengaja dibuat “nggak masuk akal” sebagai bentuk pemberontakan terhadap logika dan norma.
🧠 Ciri-ciri:
- Absurd, nyeleneh, bahkan lucu
- Bisa gabungan teks, gambar, kolase
- Tujuannya lebih ke kritik sosial/politik
🎨 Tokoh: Marcel Duchamp, Hugo Ball
8. Fauvisme
Aliran ini fokus pada penggunaan warna yang liar dan nggak realistis. Mereka lebih mementingkan ekspresi warna daripada bentuk.
🧠 Ciri-ciri:
- Warna-warna cerah dan mencolok
- Objek sering tidak sesuai warna aslinya
- Gaya lukisan agak kasar dan ekspresif
🎨 Tokoh: Henri Matisse, André Derain
9. Abstrak
Di aliran ini, objek nyata diubah, disederhanakan, atau bahkan dihilangkan sama sekali. Yang penting itu bentuk, warna, dan komposisinya.
ADVERTISEMENT
🧠 Ciri-ciri:
- Tidak menggambarkan objek nyata
- Fokus pada warna, garis, dan bentuk
- Penonton harus "merasakan" maknanya
🎨 Tokoh: Wassily Kandinsky, Piet Mondrian
🎯 Tujuan: Komunikasi visual lewat elemen non-figuratif
10. Pop Art
Pop Art muncul sebagai tanggapan terhadap budaya populer dan komersial, seperti iklan, komik, dan selebriti.
🧠 Ciri-ciri:
- Gambar terinspirasi dari budaya pop (coca cola, Marilyn Monroe, dll)
- Warna kontras dan flat
- Gaya kayak cetakan massal
🎨 Tokoh: Andy Warhol, Roy Lichtenstein
11. Kontemporer
Ini aliran yang berkembang di era modern sekarang. Gaya, media, dan pesan sangat beragam—bebas banget!
🧠 Ciri-ciri:
- Bisa gabungan antara lukisan, foto, instalasi, digital, dll
ADVERTISEMENT
- Temanya bisa sosial, politik, budaya, personal
- Lebih fokus ke konsep daripada teknik
🎨 Tokoh: Banksy, Yayoi Kusama, Heri Dono (Indonesia)
Setiap aliran lukisan itu kayak "bahasa" atau cara seniman bicara. Ada yang realistis, ada yang emosional, bahkan ada yang absurd. Nggak ada yang lebih baik dari yang lain—semua tergantung pesan yang mau disampaikan. Dengan memahami aliran-aliran ini, kita jadi bisa lebih “ngeh” dan apresiatif terhadap seni lukis.