Konten dari Pengguna

Dinilai Rendahnya Minat Literasi: Apakah Generasi Z Malas Membaca?

Kiranti Bening
Mahasiswi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta yang tertarik dengan buku dan kesetaraan perempuan.
30 April 2025 16:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kiranti Bening tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap kali isu literasi muncul, Generasi Z seringkali menjadi sasaran kritik. Mereka dituduh malas membaca, terlalu sibuk dengan ponsel, dan lebih memilih menonton konten singkat dibandingkan menyelami halaman-halaman buku. Namun, benarkah Gen Z seburuk itu? Atau mungkin kita yang salah dalam menilai cara mereka mengakses informasi?
ADVERTISEMENT
Stigma yang Melekat, Namun Ceritanya Lebih Kompleks
Stereotip “malas membaca” yang sering dialamatkan kepada Gen Z sebenarnya lahir dari perubahan cara mereka dalam mengonsumsi informasi. Di era orang tua kita, sumber utama informasi berasal dari buku, koran, dan majalah. Namun, bagi Gen Z yang tumbuh bersama internet, informasi hadir dalam berbagai bentuk dengan akses yang lebih luas.
Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini, antara lain:
Ilustrasi buku (sumber: https://pixabay.com/id/)
Ilustrasi membaca (sumber: https://pixabay.com/id/)
Sebuah survei oleh Snapcart (2024) menunjukkan bahwa 40% Gen Z mengaku jarang membaca buku bukan karena mereka tidak suka, tetapi karena kesulitan untuk membeli atau mengakses buku fisik.
ADVERTISEMENT
Bukan Tidak Mau Membaca, Hanya Saja Caranya Berbeda
Stereotip tersebut jelas terpatahkan ketika kita melihat kenyataan sehari-hari. Gen Z ternyata tetap aktif membaca, meski medianya telah berubah.
Menurut laporan Indonesia Gen Z Report 2024 dari IDN Research Institute, 99% Gen Z masih menyukai membaca, meski melalui berbagai media yang variatif, seperti E-book dan artikel digital, Caption panjang di Instagram, Thread mendalam di Twitter, Wattpad atau fanfiction, danUlasan panjang di TikTok BookTok.
Fenomena BookTok menjadi bukti nyata bagaimana banyak anak muda mulai tertarik membaca berkat konten kreatif tentang buku yang mereka temui di TikTok. Beberapa judul buku yang sebelumnya biasa saja bahkan meraih status best seller berkat antusiasme dari komunitas Gen Z.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi dari ResearchGate mencatat bahwa BookTok mampu meningkatkan penjualan buku hingga 70% dalam beberapa genre young adult dan fiksi romantis, yang mayoritas dikonsumsi oleh Gen Z. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak anti-buku, melainkan menginginkan buku yang relevan dan cara penyampaian yang sesuai dengan zaman.
Literasi Digital Bukan Buta Informasi
Selain giat membaca, Gen Z juga menunjukkan kecakapan literasi digital yang tinggi. Survei Kominfo dan Katadata (2021) menemukan bahwa 60% Gen Z Indonesia sudah terbiasa untuk memverifikasi informasi sebelum mempercayainya, memiliki kesadaran terhadap hoaks, serta mampu memilah informasi valid dari yang menyesatkan.
Ini mengindikasikan bahwa mereka bukan konsumen pasif. Mereka tahu cara menavigasi informasi — kemampuan yang sangat penting di era digital ini.
ADVERTISEMENT
Membaca Tidak Harus Selalu dengan Buku Cetak
Saatnya kita mengubah cara pandang kita terhadap literasi. Saat ini, literasi bukan hanya sekadar bisa membaca buku dari awal hingga akhir. Lebih dari itu, literasi meliputi kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara kritis.
Jadi, bukan berarti Gen Z malas membaca; mereka hanya memiliki cara dan preferensi yang berbeda. Selama sistem pendidikan, industri buku, dan lingkungan sekitar tidak dapat menyesuaikan diri, maka sangat wajar jika mereka merasa terasing dari dunia literasi yang dianggap “ideal” oleh generasi sebelumnya.
Nyalakan Cahaya, Jangan Salahkan Cermin.
Alih-alih terus-menerus menyalahkan Generasi Z karena dianggap malas membaca, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri: Sudahkah kita menyediakan bahan bacaan yang mereka butuhkan? Apakah sistem yang ada mendukung cara mereka belajar dan memahami dunia? Jika jawabannya belum, mungkin kita yang perlu melakukan penyesuaian.
ADVERTISEMENT
Generasi Z sebenarnya bukanlah generasi yang malas membaca. Mereka hanya memerlukan ruang, metode, dan narasi yang lebih relevan dengan mereka. Jika kita dapat memberikan semua itu, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi generasi paling literat yang pernah ada.